hentakan dari kenangan akan terus menggema
jangan menoleh kebelakang
karena nanti kau akan terluka
...🍂🍂🍂...
"Karena aku peduli padamu..."
"Eh?"
"Aku takut kau terluka, Zoya."
"Kenapa? Apa yang disembunyikan oleh semua orang?"
"Sudahlah. Jika kau memang ingin belajar tentang perusahaan, maka aku juga akan membantu."
"Daniel..."
"Ada apa?"
"Apa aku... bisa percaya padamu?" Tanya Zoya.
"Eh?"
"Aku ingin tahu ... tentang masa lalu ayah dan ibuku. Kau pasti tahu sesuatu, bukan? Kau adalah pengacaranya."
Daniel mulai menghindar.
"Aku bukan pengacara pribadinya. Aku pengacara Aro Group."
"Beri satu saja petunjuk agar aku bisa mengungkap masa laluku. Kenapa ayah sampai mengasingkan aku ke tempat yang jauh?"
"Itu adalah cerita klasik, Zoya. Saat orang tua tidak menyetujui anaknya bersama seseorang, tentu saja sang anak harus menyembunyikan orang-orang yang dia cintai demi keselamatan mereka."
"Jadi, kakek tidak menyetujui hubungan ayah dan ibu?"
"Lalu apa lagi? Ibumu bukan berasal dari kalangan yang sama dengan keluarga Arora, tentu saja Tuan Akash tidak setuju."
Zoya mengerutkan dahinya. Sepertinya percuma saja membahas hal ini dengan Daniel. Zoya memutuskan pergi dari ruangan Daniel.
Ia kembali menemui Hendra, asisten ayahnya.
"Sebaiknya kita pulang, Pak," ucap Zoya lesu.
"Heh? Ada apa Nona? Bukankah tadi Nona bersemangat untuk datang ke perusahaan?"
"Aku masih tidak bisa mengerti dengan perusahaan. Aku akan belajar dulu. Lagipula, ruangan ayah juga dipakai oleh Bibi Mahiya. Aku mau bekerja dimana?" Zoya mengerucutkan bibirnya.
"Baiklah, nanti saya akan carikan ruangan untuk Nona juga. Ini semua terlalu mendadak, jadi saya tidak menyiapkannya. Maafkan saya, Nona."
"Iya, tidak apa. Ayo kita pulang!"
.
.
.
Perjalanan kembali ke rumah Arora hanya di isi keheningan antara Zoya dan Hendra.
"Pak..."
"Ada apa Nona?"
"Apa ayahku tidak menitipkan sesuatu untukku?"
DEG.
Hendra terkejut mendengar pertanyaan Nisa.
"Maksud Nona?"
"Semacam catatan atau apapun. Dia hanya menemuiku satu bulan sekali. Dan aku tak tahu banyak tentangnya."
"Nona, sebenarnya... Tuan Yash punya buku catatan seperti buku harian yang selalu ia tulis setiap hari."
"Eh? Lalu dimana buku itu, Pak?"
"Ada di kamar Tuan Yash."
"Kalau begitu aku akan mengambilnya."
"Tapi kamar Tuan Yash sudah lama ditutup."
"Maksud bapak?"
"Tidak pernah ada yang menyentuh kamar itu setelah kepergian Tuan Yash."
"Kalau boleh aku tahu, bagaimana ayahku bisa meninggal dalam kecelakaan? Daniel bilang malam itu adalah malam setelah ayah mengunjungiku."
"Nona..."
"Aku hanya ingin tahu, Pak. Asal bapak tahu, itulah tujuan utamaku kenapa aku mau pindah ke rumah keluarga Arora. Aku ingin mengungkap kebenaran dibalik kematian ayah dan ibuku."
"Nona... Bukankah ibu Nona meninggal saat melahirkan Nona?"
"Itu 'kan yang dikatakan semua orang. Tapi aku mendengar kenyataan yang berbeda."
"Nona tidak menuduh Tuan Akash dibalik semua hal ini 'kan?"
"Entahlah, aku tidak tahu..." Zoya memalingkan wajahnya dan menatap keluar mobil.
...***...
Zoya sudah berdiri di depan kamar milik ayahnya. Kamar itu terkunci. Zoya harus mencari tahu siapa yang memegang kunci kamar ayahnya.
Zoya berinisiatif untuk menemui Teguh, kepala keamanan. Zoya yakin Teguh tahu tentang ini.
"Kunci kamar Tuan Yash?" Teguh mengernyitkan dahi.
"Tolong bantu saya, Pak! Saya janji hanya sebentar saja disana."
Teguh sebenarnya tidak ingin melanggar peraturan di rumah itu, namun ia juga tak tega kepada Zoya.
"Baiklah, Nona. Tapi berjanjilah hanya sebentar saja."
"Iya, aku janji."
.
.
.
Malam itu Zoya mengendap-endap bersama Teguh. Begitu pintu terbuka, Zoya langsung masuk dan mencari buku harian ayahnya yang diceritakan Hendra. Ia menggeledah meja kerja ayahnya di kamar itu.
"Ketemu!" seru Zoya dalam hati. Ia juga melihat beberapa foto dirinya dan ibunya. Juga foto ayah dan ibunya. Ia mengambil itu juga.
Setelah selesai, Zoya kembali menemui Teguh dan mengucapkan terima kasih padanya.
Zoya kembali ke kamar dan membaca lembar demi lembar yang ayahnya tulis di buku hariannya.
Seperti yang pernah dikatakan Daniel, memang benar jika hubungan ayah dan ibunya tak pernah mendapat restu dari Akash. Akash menentang habis-habisan hubungan mereka.
Namun Yash adalah orang yang keras kepala, apa yang ia inginkan harus ia dapatkan. Hingga akhirnya Yash dan Alamanda menikah secara diam-diam.
Yash masih berbaik hati mengunjungi ayahnya dan tetap mengenalkan Alamanda sebagai istrinya. Namun keluarga Arora tak pernah mengakui Alamanda sebagai istri Yash.
Zoya merasa sesak membaca kisah hidup ayah dan ibunya. Pasti berat menjalani kehidupan pernikahan tanpa restu orang tua.
"Kenapa kakek tidak menyukai ibuku? Ibu Delina bilang ibuku adalah wanita yang baik."
Zoya menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia menangis. Menangis dalam diam. Agar tak ada yang mendengarnya.
...***...
Keesokan paginya, semua anggota keluarga berkumpul untuk menyantap sarapan bersama.
Zoya terlihat murung setelah membaca buku harian ayahnya semalam. Ia menatap ke arah kakeknya yang tersenyum ramah pada Daniel. Mereka berbincang seputar perusahaan.
"Daniel sudah seperti anggota keluarga disini. Bahkan sarapan pagipun dia datang." Batin Zoya.
Zoya kembali menyantap makanannya, namun kemudian terhenti karena bibinya bicara padanya.
"Kau yakin akan mengurus perusahaan?"
"Eh? Kenapa Bibi menanyakan itu? Bukankah ayah memang memberikan perusahaan itu untukku?"
"Ayah, apa ayah yakin dengan keputusan Kak Yash?" Kini Mahiya meminta pendapat ayahnya.
Zoya menatap kakeknya. Akash mengelap mulutnya yang artinya ia sudah menyelesaikan sarapannya. Kemudian Akash beranjak dari ruang makan.
"Jangan membicarakan masalah pekerjaan di dalam meja makan. Kalian selesaikan dulu sarapan kalian lalu datang ke ruang kerjaku." Perintah Akash.
Zoya segera menyelesaikan sarapannya dan menuju ke ruang kerja kakeknya.
Kini Zoya, Mahiya, dan Daniel sudah berada di ruang kerja Akash. Akash menatap Zoya tajam. Akash merasa jika cucunya ini memiliki watak keras kepala seperti ayahnya.
"Jika Zoya yakin dia bisa mengurus perusahaan, kenapa kita harus meragukannya?"
"Ayah!" Seru Mahiya kesal.
"Dia bahkan tidak menyelesaikan pendidikannya dengan benar. Dan dia hanya belajar dari buku," lanjut Mahiya.
"Karena aku tinggal di tempat terpencil, bukan berarti otakku juga kecil, Bibi. Aku cukup pandai." Sanggah Zoya.
"Sudah sudah, aku tidak mau kalian berdebat. Zoya, kau belajarlah yang rajin, Daniel akan membantumu. Jika kau sudah siap untuk memimpin perusahaan, maka kakek akan percayakan Aro Group kepadamu."
Zoya tersenyum lebar.
Sedang Mahiya mengepalkan tangannya kesal. Ia segera keluar dari ruang kerja Akash.
Zoya menghampiri kakeknya dan memeluknya. "Terima kasih karena kakek percaya padaku."
"Kakek lihat semangatmu sangat membara. Persis seperti ayahmu."
Daniel kemudian undur diri, dan memberikan waktu untuk kakek dan cucu itu saling bercengkerama.
Sementara itu, Mahiya yang sangat kesal dengan sikap ayahnya, membanting barang-barang yang ada di ruang kerjanya.
"Hentikan, Nyonya!" Daniel mencekal tangan Mahiya yang akan membanting vas bunga.
"Daniel..." Mahiya menghambur memeluk tubuh Daniel.
Daniel membelai lembut rambut Mahiya yang berada di dekapannya.
......🍂🍂🍂......
#bersambung
Jangan lupa tekan jempolnya kesayangan akuh👍👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Lizaz
Apa hubungan Daniel dan Tante mahiya?
2022-01-01
0
Senja Merona🍂
selalu menyimpan teka teki ya novelnya mak 😁
2021-12-22
2
ZaZa
Daniel pacarnya tantenya Zoya🤔
2021-12-02
1