Tok
Tok
Tok
"Zoya! Apa kau sudah tidur? Tolong buka pintunya!"
Tak ada jawaban dari dalam.
"Zoya! Kumohon, buka pintunya! Aku membawa kabar baik untukmu."
Tak lama pintu pun terbuka.
"Kabar baik apa?" Zoya berkacak pinggang sambil menghadap Adhitya. Wajahnya masih tak bersahabat pada Adhitya.
Adhitya mendengus kesal. Sungguh ia tak bisa mengalah meski pada seorang wanita.
"Apa? Kau tidak mau bilang? Ya sudah aku tutup lagi pintunya!"
"Eh, tunggu! Baiklah. Akan kukatakan." Adhitya pun mengalah.
Zoya menunggu dengan menyilangkan tangan.
"Kau boleh bekerja di kafe," ucap Adhitya datar.
"Hah? Benarkah? Terima kasih, Adhitya." Zoya berjingkat gembira.
"Cih, dasar kau!" Adhitya mencubit pipi Zoya.
"Aw! Kenapa mencubitku?" Zoya mengerucutkan bibirnya sambil mengusap pipinya.
Sejenak Adhitya terpesona dengan tingkah Zoya yang menggemaskan. Adhitya menarik tubuh Zoya dan memeluknya.
"Adhitya? Lepaskan!"
"Sebentar saja! Kumohon!"
Zoya pun pasrah. Ia merasakan ada kehangatan dalam pelukan Adhitya.
Adhitya melepaskan pelukannya dan menatap Zoya yang begitu dekat dengannya.
Adhitya mengusap pipi Zoya yang tadi dicubitnya. "Maaf ya, aku selalu menyakitimu."
Zoya menatap mata Adhitya. Ada kejujuran disana. "Aku sudah memaafkanmu."
Ya Tuhan! Aku tak bisa menahannya lagi. Dia begitu manis. Stroberi itu begitu menggoda...
Adhitya membawa Zoya masuk ke dalam kamar, dan menutup pintu.
Adhitya menempelkan tubuh Zoya ke dinding kamar itu.
"Adhitya, apa yang kau lakukan?"
Adhitya meraih tengkuk Zoya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Zoya.
Kali ini Adhitya melakukannya dengan lembut. Dan tak ada penolakan dari Zoya. Adhitya semakin berani memperdalam ciumannya.
Adhitya berhenti sejenak untuk memberikan Zoya ruang untuk bernapas. Ditatapnya wanita yang sudah sah jadi istrinya itu yang nampak malu-malu. Zoya menundukkan kepalanya.
"Aku tidak akan menyakitimu lagi." Adhitya kembali meraih bibir stroberi itu dan menciumnya dengan gerakan yang sangat lembut.
Tok
Tok
"Tuan Bos!!! Apa tuan bos ada di dalam?"
Zoya mendengar Joni mengetuk pintu kamarnya, dan mendorong tubuh Adhitya agar menghentikan ciumannya.
Namun Adhitya masih ingin bermain dengan bibir stroberi itu.
"Tuan Bos! Ada hal yang harus kita selesaikan malam ini!" ucap Joni lagi.
Adhitya akhirnya melepaskan bibir stroberi itu dengan terpaksa.
"Pergilah! Kau sudah beberapa minggu tidak pergi keluar," ucap Zoya.
"Baiklah. Segeralah tidur!" Adhitya mengusap bibir Zoya lembut. Ia menghembuskan napas kasar. "Aku pergi dulu ya."
Adhitya keluar dari kamar Zoya dan menemui Joni.
"Ada apa?" tanya Adhitya.
"Ada masalah di klub kita, Tuan Bos."
"Ayo kita segera kesana." Adhitya berjalan cepat menuju lantai bawah.
"Omong-omong ... Kenapa tuan bos bisa ada di kamar nona bos?" tanya Joni sedikit menggoda tuannya.
"Ssshhh!" Adhitya mendesis tanda jika ia tidak suka.
"Oke! Aku tidak akan bertanya lagi!" jawab Joni dengan menahan tawanya.
Sementara itu, Zoya masih mengatur napasnya setelah apa yang terjadi dengannya dan Adhitya barusan.
Kenapa aku tidak menolak saat dia menciumku? Apakah aku ... mulai menerimanya jadi suami? Tidak mungkin! Kami tidak saling mencintai. Tapi ... tatapan matanya seperti memberitahuku jika ia menyayangiku.
Zoya menutup wajahnya dengan tangan. Ia merasa wajahnya mulai panas dan memerah mengingat apa yang terjadi tadi.
......🍂🍂🍂......
Keesokan harinya, Zoya bangun dari tidurnya dan melihat Adhitya sedang duduk menatap dirinya.
Zoya mengerjapkan matanya tak percaya.
"Ini pasti mimpi! Kenapa aku selalu melihat Adhitya di mataku?" gumam Zoya.
"Ini bukan mimpi! Kau memang melihatku."
"Hah?!" Zoya segera bangun dan duduk. "Adhitya?! Apa yang kau lakukan di kamarku?"
"Melihatmu tidur."
"Kau baru pulang?"
"Tidak, sudah dari tadi."
"Kau terlihat lelah. Kenapa tidak ke kamarmu dan istirahat?"
Adhitya menggeleng. "Aku ingin melihatmu bangun tidur."
"Apa maksudmu?" Wajah Zoya memerah mendengar kalimat Adhitya.
"Jangan bersikap begitu, atau aku akan menyerangmu lagi!"
"Hah?" Zoya segera bangun dan bergegas ke kamar mandi.
Adhitya terkekeh melihat tingkah lucu istrinya.
Usai merapikan diri, Zoya turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan sementara Adhitya membersihkan diri di kamarnya.
Saat menu sarapan telah siap, Zoya memanggil Adhitya di kamarnya.
"Adhitya, sarapan sudah siap. Segeralah turun!" teriak Zoya dari depan pintu kamar Adhitya.
"Masuklah! Aku tidak dengar kau bicara apa."
Zoya berdecak kesal namun ia tetap membuka pintu.
"Adhitya, kau sudah memakai baju, kan?" Zoya menyipitkan matanya takut-takut Adhitya belum berpakaian rapi.
"Aku sudah rapi, Zoya," Bisik Adhitya yang ternyata berdiri di belakang Zoya.
Zoya bergidik mendengar suara berat Adhitya tepat di telinganya.
"Kau mengagetkanku! Ayo cepat turun! Sarapan sudah siap!" Zoya akan kembali keluar namun dengan cepat Adhitya meraih tubuh Zoya dalam dekapannya.
"Adhitya! Lepaskan!"
"Aku ingin sarapan stroberi dulu!" ucap Adhitya dengan senyuman penuh arti.
Zoya mengernyit. "Stroberi? Kau akan sakit perut jika memakannya sepagi ini," jawab Zoya polos.
"Benarkah? Kurasa tidak!" Adhitya segera meraih stroberi yang bagai candu untuknya.
Zoya memukul dada Adhitya pelan. Ia tak siap dengan serangan tiba-tiba dari suaminya itu.
Adhitya melepaskan stroberi meronanya karena si empunya terus memukulinya.
"Kenapa kau melakukan ini? Kau bahkan tidak mencintaiku, tapi kenapa..." suara Zoya tercekat.
"Kau sendiri kenapa tak menolaknya? Kau bahkan boleh menamparku atau memukuliku seperti dulu saat pertama kali aku merebut ciuman darimu."
Zoya hanya bisa tertunduk. Ia tak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Satu bulan hidup bersama Adhitya bukanlah waktunya yang lama, namun bukan juga waktu yang singkat. Ia banyak melihat perubahan dari dalam diri Adhitya.
"Dengar ... Aku tahu ini aneh, tapi, aku benar-benar ingin selalu bersamamu. Aku ingin melindungimu," ucap Adhitya.
"Tapi pernikahan kita hanya enam bulan, Adhitya. Kita..."
"Jangan memikirkan yang lain. Aku akan pikirkan itu nanti. Kita nikmati saja dulu kebersamaan kita saat ini. Mungkin aku ... mulai bisa mencintaimu, Zoya."
Zoya membelalakkan mata mendengar pernyataan Adhitya. Ia ragu apakah Adhitya benar-benar jujur atau tidak.
"Aku tahu kau pasti masih ragu. Tapi aku akan membuktikannya padamu."
Zoya mengangguk kemudian tersenyum.
Adhitya meraih tubuh Zoya kedalam pelukannya.
"Kita turun ya! Aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
"Tempat apa?"
"Tempat yang kau inginkan."
.
.
.
Adhitya mengajak Zoya ke kafe tempat Zoya akan bekerja.
"Kau serius? Aku akan bekerja disini?" tanya Zoya bersemangat.
Adhitya mengenalkan Zoya pada para karyawannya di kafe. Zoya mendapat sambutan luar biasa dari karyawan kafe.
"Tapi, aku ingin kalian memperlakukan aku sama seperti yang lain. Jangan memandangku sebagai istri dari bos kalian," ucap Zoya.
"Heh?" Para karyawan terkejut mendengar penuturan Zoya.
Adhitya segera merangkum wajah Zoya.
"Tidak! Itu tidak masuk akal, Zoya! Kau adalah Nyonya Hooda. Kenapa harus diperlakukan sama seperti karyawanku?"
Perlakuan manis Adhitya pada Zoya membuat karyawannya sangat terkejut dan tak mengira jika bosnya yang dingin bisa bersikap semanis itu didepan Zoya, istrinya.
"Aku tidak apa, Adhitya. Aku malah senang mereka menganggapku seperti teman kerja, bukan sebagai istri dari pemilik kafe."
Adhitya mendengus sebal. Ia tahu ia tak bisa menolak permintaan istri stroberinya itu.
"Baiklah. Lakukan apa yang ingin kau lakukan! Tapi aku akan tetap mengawasimu. Mengerti?"
"Iya. Aku mengerti." Balas Zoya dengan senyum merekah di bibirnya.
Ah, lagi-lagi Adhitya terbuai dengan stroberi ranum itu. Namun ia harus menahan hasratnya, karena sekarang semua anak buahnya sedang menatap ke arah mereka berdua.
......🍂🍂🍂......
#bersambung
Dukung terus Zoya dan Adhitya, dengan kasih jempol yaaa👍👍
terima kasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
IG: @aurin99
Mampir kesini Mak🥳🥳🥳
2022-01-03
1
🎤K_Fris🎧
kalau udah mulai bucin, ya main comot saja 😂😂
stroberi, kan aku jadi ingat sekeping memori indaaah 😩😩
2021-12-10
2