Adhitya mencengkeram erat lengan Viona dan dibawanya ke mansion belakang yang dijaga ketat oleh banyak pengawal.
"Lepaskan aku, Adhi!" Viona meronta namun Adhitya tak mendengarkan. Matanya merah dipenuhi amarah.
Adhitya membawa Viona ke sebuah ruangan tertutup yang biasanya dijadikan tempat eksekusi para targetnya.
"Akh!" teriak Viona saat Adhitya menghempaskan tubuhnya ke lantai.
"Apa yang akan kau lakukan, Adhi?" tanya Viona gemetar. Ia tak pernah melihat Adhitya semarah ini.
Adhitya mendekati Viona dan berjongkok lalu menarik rambutnya. Satu pekikan keluar dari mulut Viona.
"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan, huh?! Berani sekali kau menyentuh Zoya!" teriak Adhitya tepat di depan wajah Viona.
"Sudah kubilang jangan pernah menyentuhnya! Kau masih berani melakukannya, huh?!"
"Ma-maafkan aku, Adhi. Aku terbawa emosi tadi. Aku marah karena kau tak datang ke kafe sementara aku menunggumu."
Adhitya semakin menarik rambut Viona. Sekali lagi Viona merintih kesakitan.
"Jika kau berani menyentuh Zoya lagi, kau akan tahu akibatnya. Sekarang cepat pergi dari sini! Aku muak melihat wajahmu!"
Viona segera bangun dan berlari meninggalkan Adhitya. Air matanya tak bisa lagi tertahan. Ia menangis karena perlakuan kasar Adhitya padanya.
Adhitya mengatur napasnya yang memburu. Joni yang melihat kemarahan di mata bosnya segera menghampirinya.
"Apa yang membuat tuan bos sampai semarah ini pada nona Viona? Tuan bos tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apa ini karena nona Zoya?"
Adhitya tak menjawab dan malah pergi meninggalkan Joni.
"Tuan bos mau kemana?" Joni mengejar Adhitya yang ternyata sudah membawa mobilnya pergi. Joni segera mengikuti kemana mobil Adhitya melaju. Di saat begini ia takut jika Adhitya berbuat nekat.
Sementara itu, Zoya masih berdiam diri dikamarnya. Air matanya memang sudah kering. Namun hatinya masih terasa sakit.
Idar masuk ke kamar Zoya yang ternyata tak dikunci.
"Non, bibi masuk ya."
Tak ada jawaban. Idar tetap masuk dan melihat Zoya meringkuk di atas ranjang.
"Nona... Sudah waktunya makan malam. Ayo nona makan dulu."
"Aku tidak lapar, bi."
"Tapi nona harus tetap makan. Kalau sakit bagaimana?"
"Aku tidak akan sakit. Aku adalah wanita yang kuat."
Idar menghembuskan napas kasar.
"Ya sudah, kalau nona lapar bibi sudah siapkan makanan di meja makan. Nanti nona tinggal panaskan sebentar sebelum dimakan. Bibi mohon nona tetap makan. Bibi permisi ya non. Nona istirahat saja."
Idar pun berlalu dari kamar Zoya. Ia menghubungi ponsel tuannya, namun tak aktif.
"Kenapa tuan Adhi selalu saja begini jika ada masalah? Kenapa selalu menghindar? Kasihan nona Zoya. Semoga ia sabar menghadapi tuan Adhi," gumam Idar sambil menggerutu.
......***......
Di sebuah apartemen mewah, Adhitya sendirian menatap langit malam dari balkon. Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Kenapa ia bisa semarah itu dengan Viona, kekasih yang sudah menemaninya selama dua tahun terakhir. Apa ini karena Zoya? Tapi kenapa ia justru meninggalkan Zoya yang sedang terluka?
"Bagaimana kabar gadis itu?" gumam Adhitya. Ia menyalakan ponselnya yang sedari tadi ia matikan.
Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Idar. Adhitya segera menghubungi ponsel Idar.
"Halo, tuan... Tuan ada dimana? Kenapa belum pulang juga? Tuan baik-baik saja 'kan?"
"Bi, kalau mau bertanya satu persatu dong!"
"Kenapa tuan malah pergi? Kasihan nona Zoya sedari tadi hanya mengurung diri di kamar."
"Bagaimana kabarnya, bi?"
"Nona Zoya sejak sore tadi hanya mengurung diri di kamar. Bibi bujuk untuk makan malampun dia tidak mau. Bagaimana ini tuan? Kalau nona sakit bagaimana? Ini semua salah tuan! Kenapa masih berhubungan dengan nona Viona padahal tuan sudah menikah."
"Kenapa bibi jadi menyalahkan aku?"
"Terus bibi mau menyalahkan siapa? Joni? Anto? Siapa tuan? Tentu saja tuan Adhi. Tuan yang sudah membuat nona bersedih. Cepatlah pulang tuan! Jangan sampai nyonya besar tahu tentang masalah ini."
TUT.
Adhitya memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Ia tak mau mendengar Idar terus menyudutkannya.
Adhitya mengusap wajahnya kasar. Kenapa ia jadi lemah jika mendengar nama Zoya? Apa yang sebenarnya ia rasakan? Mereka baru menikah selama satu minggu. Dan kenapa Adhitya merasa tidak tenang jika tak mendengar kabarnya?
Ponsel Adhitya kembali berdering. Idar balik menghubunginya. Adhitya berpikir sejenak apakah akan mengangkatnya atau tidak.
"Argh!" Adhitya mengumpati dirinya sendiri.
Ia memutuskan untuk mengangkat telepon dari Idar.
"Halo, bi. Ada apa lagi? Kalau bibi hanya ingin memarahiku..."
"Tuan...! Cepat pulang! Nona Zoya pingsan, Tuan. Cepat datang ya!"
"Apa, bi? Zoya pingsan?"
"Bagaimana ini, tuan? Apa bibi minta tolong Toni untuk mengangkat tubuh nona?"
"Heh? Apa katamu?! Jangan biarkan siapapun menyentuh Zoya! Aku akan segera kesana!"
Adhitya segera bergegas mengambil kunci mobilnya dan berlari cepat menuju tempat parkir.
Sementara itu, Idar malah tertawa terkekeh bersama Joni. Mereka berdua beradu tos ria.
"Kita lihat, Bi. Secepat apa tuan bos sampai kesini."
"Hihihi, iya ya Jon. Sekali-kali kita harus mengerjai tuan Adhi. Dia sudah seenaknya menyakiti hati nona Zoya."
"Tapi tuan bos tidak pergi bersama Viona, Bi. Ia malah pergi ke apartemennya. Tempat biasanya dia menyendiri."
"Tapi tetap saja, harusnya tuan mengkhawatirkan keadaan nona. Pasti nona sakit hati dan sedih karena suaminya malah pergi bersama wanita lain. Nona 'kan tidak tahu jika tuan Adhi tidak bersama dengan Viona. Bagaimana jika nona malah berpikir mereka sedang bersama?"
"Hmm, benar juga bi. Untung saja kita memiliki ide ini ya, Bi. Biar saja nanti tuan bos jadi bucin pada nona Zoya."
"Apa itu bucin, Jon?"
"Ah, bibi tidak perlu tahu. Eh, itu suara mobil tuan bos. Sana bibi cepat keluar dan berakting di depan tuan bos."
"Iya, Jon. Cepat sekali sampainya. Tuan pasti ngebut ini, Jon."
Adhitya berlari masuk ke dalam rumah dan meneriakkan nama Zoya. Ia bertemu Idar namun sosok Idar nampaknya tak terlihat di mata Adhitya.
Adhitya segera berlari menaiki tangga menuju kamar Zoya. Dengan sekuat tenaga Adhitya mendobrak pintu kamar Zoya yang memang tak terkunci.
Ia terengah masih dengan berteriak.
"Zoya!" pekik Adhitya.
Zoya yang sedari tadi menelungkupkan wajahnya dengan memeluk lutut, segera menoleh kearah sumber suara.
"Adhitya?" Zoya mengernyitkan dahi.
"Zoya kau tidak apa-apa?"
Adhitya menghambur ke ranjang Zoya dan memeluknya. Zoya terkejut Adhitya tiba-tiba memeluknya. Bisa ia rasakan jika degup jantung Adhitya berdetak kencang.
Sadar dengan apa yang dilakukan Adhitya, Zoya segera mendorong tubuh Adhitya hingga ia terpental jatuh ke lantai.
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa tiba-tiba memelukku? Kau mencari kesempatan, huh? Setelah kau puas bersama kekasihmu lalu kau datang padaku! Aku membencimu, Adhitya! Aku benci! Pergi dari kamarku!" Zoya berteriak marah pada Adhitya.
Tangis Zoya pecah memenuhi seisi kamar hingga terdengar ke lantai bawah. Ia sangat kecewa dan juga sedih.
Adhitya beranjak pergi dari kamar Zoya. Ia mengacak rambutnya frustasi. Ia segera menemui Idar yang sudah memberinya informasi palsu.
"Kalian berdua! Kalian bersekongkol untuk mengerjaiku, huh?!"
Emosi Adhitya tak terbendung lagi. Ia menatap dengan tatapan membunuh kepada dua orang di depannya. Joni dan Idar.
......🍂🍂🍂......
#bersambung...
.
.
gimana inih? Mau bikin jadi bucin malah jadi kacau...
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣👣👣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Lizaz
Dikerjain😂
Semangat Zoya, kamu pasti kuat💪
2022-01-01
0
Astrid Meutia
hahahah dkerjain..
2021-12-16
0
🎤K_Fris🎧
bi idar bucin itu aku wkwkwk 😂😂
Kaishan adhi kejungkal 😂😂
2021-12-09
1