Dinding itu begitu kokoh
tak akan bisa aku tembus
siapa yang merelakan diri membantuku?
aku harap itu adalah kamu
...🍂🍂🍂...
Malam itu, semua anggota keluarga Arora
berkumpul untuk makan malam bersama. Kondisi Akash makin membaik sejak
kedatangan Zoya. Zoya pun dengan telaten merawat kakeknya itu.
Sudah satu minggu Zoya tinggal dengan keluarga barunya. Tak ada keanehan yang terjadi disana. Zoya merasa bahagia dikelilingi orang-orang yang menyayanginya.
Zoya masih penasaran dengan kisah ayah dan ibunya. Tapi ia bingung bicara dengan siapa. Bertanya pada Nana? Tidak mungkin. Ia masih muda dan pasti tak tahu apa-apa.
"Kakek dengar kau belajar dengan serius tentang perusahaan. Kau memang penuh energi seperti ayahmu. Kakek suka semangatmu."
"Terima kasih, Kek. Pada dasarnya aku sangat suka belajar dan membaca buku."
"Oh ya, besok kau ada waktu? Bibi ingin mengajakmu jalan-jalan. Sudah seminggu kau tinggal disini, tapi kau hanya belajar di perpustakaan. Kau pasti bosan, bukan?" Mahiya bertanya dengan suara seksi dan lembutnya.
"Ah, tidak Bibi. Aku senang berada di ruang baca."
"Bibimu benar. Berjalan-jalanlah sebentar untuk mengurangi penat."
"Ah iya, baiklah Kakek."
“Cih, dasar gadis udik. Bisa-bisanya dia hanya menuruti keinginan ayah saja. Bersiaplah, karena kau akan mendapat pelajaran dariku.” Seringai Mahiya.
.
.
.
"Nana, apa kau tahu kisah tentang ayah dan ibuku?" tanya Zoya.
Entah kenapa aku menanyakan ini pada Nana.
"Maksud Nona, Tuan Yash dan Nyonya Alamanda?"
Zoya memutar bola matanya. "Siapa lagi?"
"Saya tidak tahu banyak, Nona. Saya juga baru tahu kalau Tuan Yash memiliki anak dari Nyonya Alamanda, yaitu Nona Zoya. Kenapa Nona bertanya?"
"Aku hanya ingin tahu tentang masa lalu ayah dan ibu. Dan kenapa aku sampai hidup diasingkan. Apa kau tahu aku harus bertanya pada siapa?"
"Umm, bagaimana kalau Tuan Daniel saja. Dia adalah pengacara di keluarga ini. Dan setahu saya, dia dekat dengan Tuan Yash."
Ide dari Nana bagus juga. Tapi ... apa Daniel bisa dipercaya?
...🍂...
Pagi itu Nisa keluar dari kamarnya sudah dalam keadaan rapi. Ia memakai gaun panjang yang terlihat sopan. Ibunya bilang seorang wanita harus bisa menjaga kehormatannya. Dan itulah yang selalu Zoya ingat dalam kehidupannya.
Zoya melihat Theo keluar dari kamar kakeknya. Dan tiba-tiba ia teringat jika masing-masing orang dirumah ini memiliki asisten.
Zoya mulai berpikir siapa asisten ayahnya semasa hidupnya? Zoya berjalan cepat menghampiri Theo.
"Pak Theo, tunggu!" Zoya mengatur napasnya.
"Ada apa, Nona? Nona ingin menemui Tuan Akash?"
"Tidak. Aku mencari bapak. Ada yang ingin kutanyakan pada bapak."
Theo nampak mengerutkan keningnya. "Nona mau bicara dengan saya?"
"Iya. Kita bicara di ruang baca saja. Mari, pak!"
Zoya dan Theo duduk berhadapan di ruang baca.
"Ada apa, Nona? Apa yang ingin Nona bicarakan dengan saya?"
"Maaf jika saya mengganggu waktu bapak. Saya ingin bertanya tentang ayah. Siapa asisten ayah semasa hidupnya? Kulihat semua orang di rumah ini memiliki asisten. Pasti ayahku juga memiliki asisten kan?"
Theo terdiam. "Kenapa Nona menanyakan ini?"
"Aku ingin tahu tentang masa lalu ayahku. Selama ini aku tak begitu mengenalnya."
"Asisten Tuan Yash bernama Hendra. Dia sudah mengundurkan diri setelah Tuan Yash meninggal."
"Dimana dia sekarang?"
"Saya tidak tahu, Nona."
"Aku mohon tolonglah, Pak!" pinta Zoya.
Theo merasa tak enak hati pada Nona Mudanya ini. Ia tak mau jika apa yang Zoya akan lakukan bisa menyakiti keluarga ini.
......***......
Akhirnya Zoya mendapat alamat Hendra
dari Theo. Ia segera menuju kesana seorang diri menggunakan taksi dengan bantuan Nana.
Sesampainya di depan rumah Hendra, Zoya
menekan bel. Muncul seorang wanita yang Zoya tebak adalah istri Hendra.
"Permisi, saya ingin bertemu dengan Pak Hendra."
"Anda siapa? Ada perlu apa dengan suami saya?"
"Saya adalah putri dari Yash Arora,” jawab Zoya tegas.
Hendra yang sebenarnya mengetahui kedatangan Zoya, sangat terkejut saat mendengar Zoya menyatakan bahwa ia adalah
anak Yash.
Hendra segera menuju pintu dan bertemu dengan Zoya.
"Nona Zoya?" Hendra nampak kebingungan melihat Zoya ada di rumahnya.
.
.
.
"Terima kasih bapak bersedia menemui saya," ucap Zoya membuka percakapan.
"Dari mana Nona tahu kalau saya tinggal disini?"
"Pak Theo. Saya meminta alamat bapak dari beliau."
"Saya turut berduka atas kehilangan Nona. Saya..." Hendra seakan tak mampu berkata apapun lagi.
"Kenapa bapak berhenti jadi asisten ayah saya? Apa karena ayah sudah tidak ada?"
"Nona..."
"Pasti bapak sudah tahu 'kan
jika saya sekarang tinggal di rumah keluarga Arora. Saya ... hanya ingin tahu kisah masa lalu ayah dan ibuku. Pasti bapak tahu banyak soal itu. Benar 'kan?"
"Nona... sebaiknya jangan membuka luka lama di keluarga Nona. Jika tidak, Nona bisa terluka."
"Kenapa? Apa yang keluarga itu tutupi?"
"Tidak ada, Nona." Hendra membuang muka.
Zoya tahu jika Hendra mengetahui sesuatu namun tak bisa ia katakan.
"Baiklah, saya tidak akan bertanya lagi. Tapi, saya punya permintaan."
"Eh?"
"Kembalilah bekerja, Pak. Jadilah asisten saya." Pinta Zoya.
"Apa?"
"Saya mohon!" Zoya memohon dengan mata berkaca-kaca. "Saya tidak tahu apa-apa tentang perusahaan, saya mohon bantuan bapak untuk membimbing saya."
Hendra tampak bingung. Ia ingin menolak permintaan Zoya, tapi disatu sisi ia juga ingat pesan terakhir mendiang
Yash.
......"Tolong jaga putriku,...
...Hendra. Aku yakin banyak orang yang ingin menyingkirkannya setelah aku tiada....
...Tolong penuhi permintaanku..."......
Hendra memejamkan mata seraya berpikir. Sedangkan Zoya dengan harap-harap cemas menunggu jawaban Hendra.
"Baiklah, Nona. Saya bersedia."
Semburat senyum manis terukir di wajah cantik Zoya. Ia sangat berterimakasih kepada Hendra.
......***......
Keesokan harinya, Hendra kembali bekerja pada keluarga Arora. Ia menunggu didepan kamar Zoya.
Hendra pun mengetuk pintu kamar Zoya.
Tak lama Zoya membuka pintu dan tersenyum pada Hendra. Hari ini mereka akan pergi ke gedung Aro Group.
Beberapa minggu lalu Zoya pernah
berkunjung ke perusahaan bersama Daniel namun hanya berkeliling saja. Tapi kali
ini, ia akan mulai belajar tentang bisnis dan juga Aro Group.
Sesampainya di gedung utama Aro Group, banyak mata memandang ke arah Zoya dan Hendra.
Zoya memakai setelan kerja panjang warna hitam dengan kemeja putih didalamnya.
Untung saja waktu itu bibinya mengajaknya berbelanja baju, Zoya memanfaatkan hal itu untuk membeli beberapa baju kerja.
Zoya menuju ke ruangan milik ayahnya yang sekarang di tempati oleh bibinya, Mahiya.
Mahiya tercengang melihat Zoya datang bersama Hendra. Di ruangan itu juga ada Daniel yang tak kalah terkejut.
"Zoya? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Mahiya dengan suara khasnya.
"Aku ingin belajar tentang perusahaan, Bibi. Mohon bimbingan dari Bibi dan juga Daniel."
.
.
.
"Zoya, apa yang kau lakukan? Kenapa tiba-tiba datang ke kantor?" Daniel membawa Zoya ke ruangannya.
"Kenapa memangnya? Kau sendiri yang bilang kalau aku harus belajar tentang bisnis."
"Kau tidak tahu apa yang sedang kau hadapi." Daniel mengusap wajahnya.
"Kenapa kau begitu takut?"
"Dunia bisnis tak seperti yang kau bayangkan. Kau bisa terluka nanti."
"Daniel... Kenapa kau bicara begini padaku?"
"Karena aku peduli padamu..."
"Eh?"
#bersambung
yuk tinggalkan jejak lagi yuk, he he he
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Senja Merona🍂
novel yg satu juga blm selesai baca ,sekarang muncul zoya 😁 semangat ya kak
2021-12-22
1
ZaZa
rebutan bondo ama bibinya👍👍👍
semoga daniel membantu Zoya
2021-12-02
1
shin min ah
lanjutin thor
2021-11-28
1