Kupu Kupu Tak Bersayap
Keluarga adalah dimana kita hidup bersama, yang terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak dan Adik. Keluarga adalah tempat kita mencurahkan kasih sayang dan tempat kita berkeluh kesah terhadap permasalahan hidup ini. Keluarga adalah tujuan utama kita berteduh untuk hidup damai bersama.
Tidak semua anak di dunia ini terlahir dengan keluarga yang utuh dan harmonis. Ada dari beberapa anak yang tidak beruntung, salah satunya anak-anak korban perceraian orang tuanya.
Banyak dari mereka yang merasa hidupnya terlantar, sehingga banyak yang memilih hidup Di jalanan. Misal menjadi pengamen, pengemis, penjual asongan. Di sisi lain ada juga yang salah langkah ke dalam pergaulan bebas. Misalkan saja terjerumus ke dalam narkoba, **** bebas, dan lain sebagainya.
Jangan pernah menyalahkan mereka. Mereka hanyalah korban keegoisan orang tuanya. Mereka hanyalah salah jalur karena memang tidak ada peran kedua orang tua disisinya. Andai bisa memilih, mungkin mereka tidak akan pernah mau terlahir dari keluarga yang bercerai.
Sebut saja aku RISSA, aku adalah salah satu anak dari korban perceraian orang tuaku. Saat itu aku masih bayi berusia 7 bulan. Bisa dibayangkan usia dimana yang seharusnya bagiku cukup untuk mendapatkan kasih sayang kedua orang tuaku, justru sebaliknya aku kehilangan semuanya. Dari sinilah aku merasa hak-hak ku untuk bahagia seketika musnah.
Aku tumbuh tanpa kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuaku. Seumur hidupku aku tidak pernah merasakan belaian hangat dari kedua orang tuaku sendiri. Jujur aku memang haus kasih sayang dan aku hanya bisa meratapinya seorang diri.
Masa kecil yang harusnya masa yang paling indah justru sebaliknya aku dapatkan. Masa kecil yang sangat suram sekali. Bahkan mungkin aku tidak mau mengingatnya kembali. Banyak kenangan pahit didalamnya.
Aku tidak punya selembar pun foto keluarga di masa kecilku, tidak ada sedikitpun jejak memori kebahagiaan yang bisa aku simpan hingga saat ini.
Hal yang paling menyedihkan buatku adalah sejak kecil sudah merasakan kekurangan secara finansial. Hal ini yang menyebabkan aku berbeda dari anak-anak yang lainnya.
Bagai mimpi buruk, Ayahku tidak pernah menganggap ku ada di dunia ini. Semenjak perceraian itu, Ayahku lepas tangan dan tidak mau membiayai kebutuhan hidupku. Dia sibuk dengan urusannya sendiri. Dia juga sibuk dengan keluarga barunya. Mungkin dia sudah menganggapku tidak ada di dunia ini.
Untuk makan kami sehari-hari Nenek dan Kakek yang berjuang mencari nafkah. Karena selepas perceraian itu Ibuku tinggal Di rumah Nenekku. Karena memang Nenekku lah satu-satunya harapan Ibu yang bisa membantu kami.
Yang selalu ku ingat dari cerita Ibuku, hari itu mendekati Lebaran Idul Fitri. Ibuku ingin aku mempunyai baju yang layak seperti anak-anak lainnya. Hingga pada akhirnya Ibu nekat meminjam uang pada Rentenir (Orang yang meminjamkan uang). Dari hasil uang pinjaman itu, Ibu akhirnya membelikanku baju seperti Cinderella. Waktu itu baju itu sedang trend dan banyak dipakai anak seumuran ku.
Kata ibu, " Kamu sungguh cantik memakai gaun berwarna merah muda itu Rissa sayang. "
Di usiaku yang beranjak satu tahun, karena tuntutan ekonomi membuat Ibuku harus menikah lagi. Namun diusiaku yang masih terlalu kecil, Nenekku melarangku untuk ikut bersama Ibu dan Ayah Sambungku. Sehingga aku pun dirawat oleh Nenekku dengan keterbatasan yang ada.
Hingga pada suatu hari aku jatuh sakit, sakit keras. Aku di diagnosis sakit Tipes dan Infeksi Hati. Berita ini sampai juga ke Ibuku, hingga akhirnya dia menjengukku. Melihatku yang hanya terbaring di kasur, dia sangat sedih.
Dia memelukku dan bertanya, " Apa yang kamu inginkan nak ? "
Aku yang masih berumur satu tahunan hanya diam terpaku, sambil meneteskan air mata.
Ibu kembali berkata, " kangen Ibu ya nak ?"
Aku pun mengangguk saat itu.
Ibu langsung memelukku dengan erat karena merasa bersalah meninggalkanku hidup dengan Nenek dan Kakekku. Ibu mana yang tega melihat anaknya sakit seperti ini.
Akhirnya aku dirawat Di rumah sakit untuk beberapa hari dan dengan penanganan Dokter yang baik aku dinyatakan sembuh. Aku diperbolehkan pulang Ke rumah.
Sejak saat itu Ibu dan Ayah Sambungku tinggal Di rumah Nenekku. Sebenarnya Ayah Sambungku menganggap ku seperti anaknya sendiri. Dia menyayangiku sama seperti anak kandungnya sendiri.
Hari berganti hari hingga akhirnya Ibu hamil dari hasil pernikahan dengan Ayah Sambungku. Aku mempunyai dua adik, perempuan semua. Meskipun kita berbeda Ayah, namun aku sangat menyayangi kedua Adikku seperti saudara kandungku. Begitu juga dengan Adik- adikku, mereka juga menyayangiku.
Meskipun kini ekonomi sudah terbantu Ayah sambung, tetap saja tidak mencukupi karena Ayah Sambung bekerja sebagai kuli bangunan yang pekerjaannya pun tidak menetap. Ibu yang harus selalu pintar memutar keuangan untuk menutupi di kala Ayah Sambungku tidak bekerja. Tidak heran waktu itu Ibu selalu berhutang kesana kemari disaat Ayah Sambungku tidak bekerja.
Bagi kami kita bisa makan nasi tanpa lauk sudah bersyukur. Aku pernah menangis tatkala waktu itu kita bertiga, Aku dan Kedua Adikku benar-benar merasa lapar dan Ayah Sambung tidak bekerja. Ibu hanya memiliki 1 bungkus mie instan yang terpaksa kita bagi tiga tanpa nasi. Meskipun cuma sedikit tapi setidaknya cukup untuk mengisi kekosongan perut kami yang keroncongan. Karena bagi kami berbagi itu indah, dan uhung-ujungnya Ibu yang terpaksa harus menahan lapar setiap hari.
Sungguh teriris relung hati ini, ketika kami melihat teman-teman kami bisa menikmati makan-makanan yang lezat. Kami hanya bisa menelan ludah setidaknya agar kami juga bisa ikut merasakannya. Air mata yang senantiasa mengalir karena kelaparan, akan jadi saksi bisu dan selalu teringat sampai kapanpun.
Keluarga kami jauh dari kata cukup dan bisa dikatakan sangat kekurangan. Tapi satu prinsip kami, meskipun kami orang miskin dan serba kekurangan pantang buat kami untuk mengemis. Lebih baik kami mati kelaparan daripada kita hidup dengan meminta-minta apalagi mengambil hak milik orang lain.
Aku pun rela menukar hidup dan nyawaku, asal bisa ku tukar dengan kehidupan yang layak untuk adik-adikku dan keluargaku. Itu satu janjiku suatu saat nanti, janji untuk membahagiakan keluargaku.
Biarlah semua kekurangan yang aku alami ini menjadi kenanganku di kemudian hari. Akan aku ceritakan kelak kepada anak cucuku agar mereka senantiasa bersyukur dengan apa yang mereka miliki.
Masa Kecil Yang Tak Bahagia ini selalu menjadi kenangan dan intropeksi diri untuk menjadi lebih baik dan bermakna untuk orang lain. Aku akan terus berjuang karena hasil tidak akan pernah mengkhianati sebuah usaha. Percayalah, Allah bersama hambanya yang senantiasa berdoa kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Chill Pe'ok
assalamualaikum kak boleh nanyak nggk
2021-09-21
0
Nonik_Vie
aku mampir kak author 😁
2020-11-28
0
Liana Nuer Dahlan
merinding thor , ingat masa kecil ku jg hmpir sama
2020-10-27
1