" Farrel "
Hanya dia orang yang saat ini selalu ada buatku, tapi kenapa aku tidak bisa membuka hatiku buat dia. Dia memang romantis, bahkan lebih romantis dari Rayhan. Dia juga humoris dan selalu bisa buat aku tertawa. Anehnya aku hanya bisa menganggapnya sebagai sahabat, tidak lebih.
Tiba-tiba Farrel menelfonku.
" Riss ... Rissa... Alhamdulillah. "
" Alhamdulillah kenapa Rell ??? "
" Alhamdulillah aku diterima masuk di sekolah yang sama denganmu Riss. "
" Kamu di nomor berapa Rell. "
" Jangan kaget ya ?? "
" Kaget ??? kaget kenapa. "
" Aku nomor 2 Riss . "
" Hah bagaimana bisa kamu ada diatasku Rell, aku saja nomor 6. "
" No 2 dari bawah maksudnya Riss.. Hahahahahaha. "
" Dasar, aku kira kamu punya ilmu yang sakti bisa masuk zona jalur prestasi Rell. "
" Hahahaha, nanti kalau daftar ulang aku ke kosmu ya ??? "
" Ok rell, tadi kenapa gak mampir. "
" Cie-cie kenapa, kangen ya. "
" Gak, cuma nanya aja. "
" Aku tadi buru-buru soalnya aku ada acara anterin mamaku kerumah saudara Riss, papaku sibuk. "
" Oiya Rell ."
Setiap hari aku selalu bekerja di Laundry sampai sore, bahkan kadang aku mengambil lembur sampai malam agar uang yang aku dapatkan bisa lebih banyak.
Sampai di kos aku pun benar-benar kelelahan bahkan sampai melewatkan makan malam. Setiap hari hanya ini rutinitas yang aku jalani, uang yang aku terima selalu aku kumpulkan untuk tabungan. Mumpung masih belum masuk sekolah jadi aku gunakan untuk bekerja sepanjang waktu.
Terkadang saat aku pulang dari bekerja dan aku melihat banyak anak-anak di seusiaku nongkrong- nongkrong Di cafe, aku iri dengan mereka. Mereka bisa hidup enak sedangkan aku disini sekolah sambil menyambi kerja.
Tapi ada sebuah pemandangan yang membuat aku bersyukur dengan hidup yang aku punya ini. Aku melihat dua kakak beradik mengemis di jalanan, terlihat adiknya sangat kelaparan. Dia tampak memegangi perutnya sambil menangis. Aku pun cepat-cepat membeli 2 bungkus nasi dan dua bungkus teh hangat. Meskipun tidak seberapa yang aku beri tapi aku ikhlas dan berharap bisa meringankan sedikit beban mereka berdua.
" Dek, ini diterima ya, " Sambil ku berikan kantong plastik yang berisi nasi bungkus dan teh hangat.
" Apa ini kak. "
" Kakak ada sedikit rezeki hari ini, kakak belikan nasi bungkus dan teh hangat. "
" Ya Allah kak terima kasih kak, kebetulan dari pagi kami belum makan dan adik saya menangis karena perutnya sakit kak. "
" Kalian belum makan dari pagi ?? "
" Belum kak. "
" Kenapa dek. "
" Kami tidak dikasih makan kalau kami tidak dapat uang banyak kak. "
" Siapa yang tega ngelakuin ini ke kalian ?? "
" Ibu kami kak. "
" Bagaimana mungkin Ibu kalian sendiri tega menyuruh kalian mengemis dan tidak memberi makan kalian dek ? "
" Ibu kandung kami sudah meninggal kak, sekarang kami ikut dengan Ibu tiri kami, sedangkan Ayah kami kerja Di luar kota kak. "
" Ayah kalian tahu kalau kalian mengemis ?? "
" Tidak kak, Ayah jarang pulang. Tapi Ayah kalau pulang, Ibu tiri kami ngelarang kami mengemis dan Ibu Tiri kami baik sama kami. "
Astaghfirullah hal adzim, tega sekali Ibu Tiri memperlakukan dua anak kecil yang tak berdosa seperti ini. Tampak sekali dua anak kecil ini tidak terurus, badannya kurus, bajunya kotor dan sobek- sobek, dan badannya juga sangat tidak terawat.
Sebelum mereka pergi aku selipkan uang hasil kerjaku sehari ini untuk mereka semua. Dari kejauhan tampak sang kakak menggandeng tangan adeknya yang terus memegangi perutnya. Aku terduduk di pinggiran trotoar, aku menangis dan aku benar-benar bisa merasakan apa yang mereka rasakan.
Kita sama-sama menjadi korban ketidakutuhan kedua Orang Tua, bedanya Ibu kandung mereka sudah meninggal. Aku menangis sesenggukan seorang diri disana, aku tidak bisa membayangkan hidup dua anak kecil yang malang tersebut.
Tiba-tiba tampak lampu sepeda motor mendekat dan ada seseorang yang merangkulku.
" Riss, kamu kenapa ? Apa yang terjadi sama kamu ? "
" Farrel, " Aku menangis sesenggukan di bahu Farrel.
" Iya Riss kamu kenapa, kamu jangan buat aku kawatir seperti ini. Aku tadi ke kosmu tidak ada, aku ke tempat laundry juga tidak ada. Dan tau-taunya kamu ada disini. Ada apa Riss. "
" Aku sedih Rell, " Air mataku masih menetes di pipiku.
" Iya kenapa, kamu cerita sama aku. "
Aku ceritain semua yang terjadi ke Farrel, dari awal sampai akhir dan Farrel tampaknya juga ingin membantu kedua anak itu.
" Riss, coba kita keliling yuk siapa tahu masih bisa nemuin mereka. "
" Iya Rell. "
Kita pun keliling melewati jalan di sepanjang kota itu, dari gang-gang besar, gang sempit tapi tidak menemukan mereka. Karena merasa lelah kami pun berhenti di pinggir jalan, Farrel duduk dibawahku sedangkan aku berdiri di samping sepeda motor Farrel. Farrel tampak memijat kakiku dan menyuruhku diam, dia sepertinya tahu aku benar benar kelelahan.
Farrel pun mengajakku naik kembali diatas motornya dan berhenti di Warung bakso pinggiran jalan.
" Riss, mampir sini bentar ya aku laper banget nih. "
" Iya Rell. "
" Kamu makan juga ya. "
" Gak usah Rell, Aku sudah makan tadi. "
" Gak usah bohong aku tahu kamu belum sempat makan. "
Tanpa menunggu jawabanku dia langsung memesan dua mangkok bakso dan dua gelas es teh.
" Kenapa kamu mau makan ditempat beginian Rell, kamu gak gengsi. "
" Gak ada yang lebih penting saat ini yang penting bisa buat kamu nyaman Riss. Aku tahu kamu tidak nyaman ketika di restoran kemarin, makanya aku ingin belajar mengimbangi kamu Riss. "
" Tapi gak begini juga Rell, aku yang gak enak sama kamu. "
" Kamu jangan kawatir, aku tidak apa-apa kok. Sudah ayo kita makan baksonya. "
Tidak terasa semangkok bakso sudah aku habiskan, dan sebenarnya aku tahu sedari tadi Farrel menahan mual karena memang tempatnya agak kotor, tapi dia berusaha kuat di depanku.
Setelah kami selesai makan, aku membuka dompetku dan hendak membayar tapi aku lupa uang yang aku dapat dari hasil kerja hari ini sepenuhnya aku berikan pada dua anak kecil tersebut.
Farrel pun langsung membayar semuanya.
" Rell, maafin aku harusnya aku yang mentraktir kamu barusan, karena aku sudah janji sama kamu Rell. "
" Riss, aku tahu uang yang kamu dapat dari kerja hari ini pasti sudah kamu berikan semuanya pada kedua anak kecil itu. Iya kan, jadi masalah traktirannya kan bisa kapan kapan Riss. "
" Aku jadi gak enak sama kamu Rell, aku nyusahin kamu terus Rell. "
" Riss kita adalah sahabat, Inilah Arti Persahabatan yang sebenarnya. Bukankah sahabat harus saling membantu satu sama lain kan. "
" Entah dengan cara apa aku bisa membalas kebaikanmu Rell. "
" Kamu mau tahu gimana cara kamu membalasnya ???? "
" Iya rell, bagaimana. "
" Jadilah sahabat terbaikku. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Fatma ismail
pelajaran hidup, gumanapun keadaan kita ,kita harus tetp bersyukur,,mkash thor...mengingatkn
2020-08-28
0