NovelToon NovelToon

Kupu Kupu Tak Bersayap

BAB 1 MASA KECIL YANG TAK BAHAGIA

Keluarga adalah dimana kita hidup bersama, yang terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak dan Adik. Keluarga adalah tempat kita mencurahkan kasih sayang dan tempat kita berkeluh kesah terhadap permasalahan hidup ini. Keluarga adalah tujuan utama kita berteduh untuk hidup damai bersama.

Tidak semua anak di dunia ini terlahir dengan keluarga yang utuh dan harmonis. Ada dari beberapa anak yang tidak beruntung, salah satunya anak-anak korban perceraian orang tuanya.

Banyak dari mereka yang merasa hidupnya terlantar, sehingga banyak yang memilih hidup Di jalanan. Misal menjadi pengamen, pengemis, penjual asongan. Di sisi lain ada juga yang salah langkah ke dalam pergaulan bebas. Misalkan saja terjerumus ke dalam narkoba, **** bebas, dan lain sebagainya.

Jangan pernah menyalahkan mereka. Mereka hanyalah korban keegoisan orang tuanya. Mereka hanyalah salah jalur karena memang tidak ada peran kedua orang tua disisinya. Andai bisa memilih, mungkin mereka tidak akan pernah mau terlahir dari keluarga yang bercerai.

Sebut saja aku RISSA, aku adalah salah satu anak dari korban perceraian orang tuaku. Saat itu aku masih bayi berusia 7 bulan. Bisa dibayangkan usia dimana yang seharusnya bagiku cukup untuk mendapatkan kasih sayang kedua orang tuaku, justru sebaliknya aku kehilangan semuanya. Dari sinilah aku merasa hak-hak ku untuk bahagia seketika musnah.

Aku tumbuh tanpa kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuaku. Seumur hidupku aku tidak pernah merasakan belaian hangat dari kedua orang tuaku sendiri. Jujur aku memang haus kasih sayang dan aku hanya bisa meratapinya seorang diri.

Masa kecil yang harusnya masa yang paling indah justru sebaliknya aku dapatkan. Masa kecil yang sangat suram sekali. Bahkan mungkin aku tidak mau mengingatnya kembali. Banyak kenangan pahit didalamnya.

Aku tidak punya selembar pun foto keluarga di masa kecilku, tidak ada sedikitpun jejak memori kebahagiaan yang bisa aku simpan hingga saat ini.

Hal yang paling menyedihkan buatku adalah sejak kecil sudah merasakan kekurangan secara finansial. Hal ini yang menyebabkan aku berbeda dari anak-anak yang lainnya.

Bagai mimpi buruk, Ayahku tidak pernah menganggap ku ada di dunia ini. Semenjak perceraian itu, Ayahku lepas tangan dan tidak mau membiayai kebutuhan hidupku. Dia sibuk dengan urusannya sendiri. Dia juga sibuk dengan keluarga barunya. Mungkin dia sudah menganggapku tidak ada di dunia ini.

Untuk makan kami sehari-hari Nenek dan Kakek yang berjuang mencari nafkah. Karena selepas perceraian itu Ibuku tinggal Di rumah Nenekku. Karena memang Nenekku lah satu-satunya harapan Ibu yang bisa membantu kami.

Yang selalu ku ingat dari cerita Ibuku, hari itu mendekati Lebaran Idul Fitri. Ibuku ingin aku mempunyai baju yang layak seperti anak-anak lainnya. Hingga pada akhirnya Ibu nekat meminjam uang pada Rentenir (Orang yang meminjamkan uang). Dari hasil uang pinjaman itu, Ibu akhirnya membelikanku baju seperti Cinderella. Waktu itu baju itu sedang trend dan banyak dipakai anak seumuran ku.

Kata ibu, " Kamu sungguh cantik memakai gaun berwarna merah muda itu Rissa sayang. "

Di usiaku yang beranjak satu tahun, karena tuntutan ekonomi membuat Ibuku harus menikah lagi. Namun diusiaku yang masih terlalu kecil, Nenekku melarangku untuk ikut bersama Ibu dan Ayah Sambungku. Sehingga aku pun dirawat oleh Nenekku dengan keterbatasan yang ada.

Hingga pada suatu hari aku jatuh sakit, sakit keras. Aku di diagnosis sakit Tipes dan Infeksi Hati. Berita ini sampai juga ke Ibuku, hingga akhirnya dia menjengukku. Melihatku yang hanya terbaring di kasur, dia sangat sedih.

Dia memelukku dan bertanya, " Apa yang kamu inginkan nak ? "

Aku yang masih berumur satu tahunan hanya diam terpaku, sambil meneteskan air mata.

Ibu kembali berkata, " kangen Ibu ya nak ?"

Aku pun mengangguk saat itu.

Ibu langsung memelukku dengan erat karena merasa bersalah meninggalkanku hidup dengan Nenek dan Kakekku. Ibu mana yang tega melihat anaknya sakit seperti ini.

Akhirnya aku dirawat Di rumah sakit untuk beberapa hari dan dengan penanganan Dokter yang baik aku dinyatakan sembuh. Aku diperbolehkan pulang Ke rumah.

Sejak saat itu Ibu dan Ayah Sambungku tinggal Di rumah Nenekku. Sebenarnya Ayah Sambungku menganggap ku seperti anaknya sendiri. Dia menyayangiku sama seperti anak kandungnya sendiri.

Hari berganti hari hingga akhirnya Ibu hamil dari hasil pernikahan dengan Ayah Sambungku. Aku mempunyai dua adik, perempuan semua. Meskipun kita berbeda Ayah, namun aku sangat menyayangi kedua Adikku seperti saudara kandungku. Begitu juga dengan Adik- adikku, mereka juga menyayangiku.

Meskipun kini ekonomi sudah terbantu Ayah sambung, tetap saja tidak mencukupi karena Ayah Sambung bekerja sebagai kuli bangunan yang pekerjaannya pun tidak menetap. Ibu yang harus selalu pintar memutar keuangan untuk menutupi di kala Ayah Sambungku tidak bekerja. Tidak heran waktu itu Ibu selalu berhutang kesana kemari disaat Ayah Sambungku tidak bekerja.

Bagi kami kita bisa makan nasi tanpa lauk sudah bersyukur. Aku pernah menangis tatkala waktu itu kita bertiga, Aku dan Kedua Adikku benar-benar merasa lapar dan Ayah Sambung tidak bekerja. Ibu hanya memiliki 1 bungkus mie instan yang terpaksa kita bagi tiga tanpa nasi. Meskipun cuma sedikit tapi setidaknya cukup untuk mengisi kekosongan perut kami yang keroncongan. Karena bagi kami berbagi itu indah, dan uhung-ujungnya Ibu yang terpaksa harus menahan lapar setiap hari.

Sungguh teriris relung hati ini, ketika kami melihat teman-teman kami bisa menikmati makan-makanan yang lezat. Kami hanya bisa menelan ludah setidaknya agar kami juga bisa ikut merasakannya. Air mata yang senantiasa mengalir karena kelaparan, akan jadi saksi bisu dan selalu teringat sampai kapanpun.

Keluarga kami jauh dari kata cukup dan bisa dikatakan sangat kekurangan. Tapi satu prinsip kami, meskipun kami orang miskin dan serba kekurangan pantang buat kami untuk mengemis. Lebih baik kami mati kelaparan daripada kita hidup dengan meminta-minta apalagi mengambil hak milik orang lain.

Aku pun rela menukar hidup dan nyawaku, asal bisa ku tukar dengan kehidupan yang layak untuk adik-adikku dan keluargaku. Itu satu janjiku suatu saat nanti, janji untuk membahagiakan keluargaku.

Biarlah semua kekurangan yang aku alami ini menjadi kenanganku di kemudian hari. Akan aku ceritakan kelak kepada anak cucuku agar mereka senantiasa bersyukur dengan apa yang mereka miliki.

Masa Kecil Yang Tak Bahagia ini selalu menjadi kenangan dan intropeksi diri untuk menjadi lebih baik dan bermakna untuk orang lain. Aku akan terus berjuang karena hasil tidak akan pernah mengkhianati sebuah usaha. Percayalah, Allah bersama hambanya yang senantiasa berdoa kepadanya.

BAB 2 IBUKU YANG LUAR BIASA

I . B . U

Nama itu yang selalu ada di sampingku selama ini. Ibu yang selalu aku sayangi dan Ibuku Yang Luar Biasa.

Hari ini aku memasuki duniaku yang baru, ya dunia sekolah TK (Taman Kanak-Kanak). Aku tumbuh menjadi anak yang pemalu, minder, penakut dan pendiam. Mungkin faktor latar belakang keluargaku yang bercerai salah satunya.

Selama Di sekolah, aku selalu meminta Ibu terus bersamaku. Lama-lama karena Teman-temanku sudah berani ditinggal oleh orang tuanya, membuat Ibuku juga mengajariku untuk berani. Aku pun menangis sesenggukan tatkala Ibuku meninggalkanku di kelas.

Dan yang membuatku semakin sedih karena teman- teman menertawakanku. Ibu guru pun kemudian memberiku pengertian bahwa aku sudah besar dan pintar makanya harus belajar mandiri.

Sedikit demi sedikit aku berani masuk kelas tanpa Ibu, aku rajin belajar dan menurut dengan Ibu Guruku. Namun ada beberapa hal-hal yang mungkin aku terlihat sedikit berbeda oleh Ibu Guru dan Teman- temanku. Saat itu adalah pelajaran mewarnai buah- buahan. Kebetulan waktu itu tema buah yang diwarnai adalah buah anggur. Semua teman-temanku mewarnai buah anggur dengan warna ungu dan lain halnya denganku, aku justru mewarnai buah anggurku dengan warna hijau.

Ibu Guru menegurku karena harusnya aku memberi warna buah tersebut dengan warna ungu.

Bu Guru menegurku, " Rissa harusnya kamu mewarnai buah anggur dengan warna ungu bukan hijau. "

" Apel kan dulu warnanya hijau, tapi sekarang ada yang warna merah bu, " Aku menjawabnya dengan suara bergetar dan penuh rasa takut dan gugup.

Bu guru pun menasehatiku, " Iya buah apel kan memang sekarang sudah ada yang warna merah, tapi buah anggur warna hijau itu belum ada Rissa, Jangan mengada-ada. "

Aku tertunduk sedih, karena aku berfikir siapa tahu nanti memang benar-benar ada buah anggur berwarna hijau. Memang masa-masa TK ku tidak sebebas sekarang. Metode pembelajaran TK sekarang lebih kearah kreativitas murid-muridx untuk bebas berkreasi sehingga bisa mengembangkan bakat dan minatnya.

Dan mari kita lihat sekarang entah kebetulan atau tidak, imajinasi yang pernah ada di otakku pas masih TK sekarang benar benar terwujud bahwa banyak anggur berwarna hijau sekarang.

Masa TK (Taman Kanak-Kanak) adalah masa dimana juga banyak kegiatan out door terutama karnaval dan pentas seni tari. Kalau disuruh memilih aku kurang begitu tertarik dengan kegiatan macam ini, tapi karena keharusan aku terpaksa mengikutinya. Dan disinilah masalahnya, dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini justru menambah beban ekonomi keluarga kami. Dimana kami harus membayar sewa baju dan transportasi untuk karnavalnya dan juga biaya riasnya. Ibu pun rela berhutang dulu agar aku bisa mengikuti kegiatan wajib sekolah ini.

Miris dan berbanding terbalik dengan keluarga kami, keluarga yang dikategorikan mampu berbondong bondong menyewa pakaian terbaik dan terbagus untuk anak anak mereka. Aku hanya bisa memilih pakaian sisa yang mungkin tidak menarik untuk di lihat.

Tapi aku tetap bersyukur setidaknya aku masih memiliki Ibu yang selalu ada disampingku, yang berjuang untuk anaknya agar bisa ikut kegiatan ini.

Masa-masa yang masih sulit untuk kami lalui dengan ekonomi yang masih jauh dari kata cukup. Entah sampai kapan akan berakhir, karena dengan kita bisa membeli beras saja sudah cukup bagi kami. Beras bagi kami adalah harta yang teramat berharga sekali.

" Kamu ngelamunin apa nak ?" Sontak ibu membangunkanku dari lamunanku.

" Tidak Bu, tidak ada, " Aku berusaha menutupi kegusaranku.

" Aku Ibumu, 9 bulan Ibu mengandungmu, Ibu susui kamu selama 2 tahun, Ibu tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu, " Kata Ibuku.

Aku berusaha mengatakan sesuatu meskipun dengan nada yang berat, sambil menangis meneteskan air mata.

Aku berkata, " Aku ingin punya tas baru Bu seperti temanku, kemarin Di tengah jalan Rissa melihat Bella bersama kedua Orang Tuanya pergi Ke toko membeli tas dan sepatu baru. "

Ibu sambil melirik tas ku yang koyak karena tas itu memang tas ketika masih TK hingga sekarang, aku sudah masuk sekolah SD (Sekolah Dasar) tetap sama.

"Maafkan Ibu nak, Ibu belum bisa membelikanmu tas baru seperti teman-temanmu. "

Kulihat Ibu berkaca-kaca, " Bu, kenapa Ayah kandungku tidak pernah menjengukku ? "

Sontak Ibu kaget karena tiba-tiba aku menanyakan perihal Ayah Kandungku. Lama Ibu terdiam, dan tidak berani berkata apa-apa.

"Bu, Aku mau Ke rumah Ayah Kandungku siapa tahu Ayah mau membelikanku tas baru Bu. "

Tanpa berkata apa-apa Ibu hanya mengangguk setuju, karena mungkin saat ini aku sudah cukup besar untuk memahami kehidupanku.

Keesokan harinya aku pergi Ke rumah Ayah Kandungku, tapi Ibuku hanya menunggu di seberang jalan.

Kelihatan sekali bukan tatapan sayang yang terlihat di kedua mata Ayahku namun ketidaksukaannya akan kehadiranku. Dan selama ini memang aku tahu kalau Ayah Kandungku memang sudah menikah lagi dengan janda beranak dua yang dua-duanya perempuan yang seumuran denganku. Ketika aku mengutarakan untuk minta di belikan tas, jawabannya sungguh mengiris iris hatiku.

" Apa kamu minta tas, minta sana sama Ibumu emangnya dia tidak punya uang, dasar miskin !!! "

" Tas Rissa sudah sobek-sobek Yah karena tas itu tas TK. "

" Emangnya aku ini gudangnya duit apa, mikir dong jangan seenak jidatmu saja kalau minta," Sambil nuding-nuding ke kepalaku.

Kulihat sekilas anak tiri Ayah Kandungku datang dan bergelayut manja seperti anak kandungnya sendiri dan meminta untuk dibelikan baju baru. Lantas ayah kandungku langsung mengiyakan permintaan anak tirinya. Aku pun bereaksi tanda tidak menerima ketidakadilan ini, karena harusnya aku yang mendapat perlakuan tersebut karena memang akulah anak kandungnya.

Lantas ayah kandungku bilang, " Dasar anak tidak tahu diuntung, pergi sana keluar dari rumahku !!! "

Bruakkk!!!!...

Pintu ditutup dan aku di dorong keluar. Astaghfirullah hal adzim. Ada rasa sakit yang teramat dalam dan merasa di dzolimi oleh Ayah kandungku sendiri.

Sambil melangkah tertatih dan genangan air mata yang sudah hampir menetes, aku memeluk Ibuku.

Seakan Ibuku sudah tahu jawabannya, dia menenangkan ku, " Sabar Nak, Allah akan menolong kita dengan caranya sendiri, " Ibu menguatkan ku, menenangkanku. Selalu seperti itu di kala aku kehilangan semangat akan hidupku.

Sambil melangkah pulang dari kejauhan aku melihat lipatan kertas dan bergegas aku ambil.

Begitu senangnya hati ini tatkala aku menemukan uang Rp 25.000,00, dengan uang segitu aku bisa membeli tas.

" Bu, Allah Baik Allah kasih uang dari langit untuk Rissa beli tas baru. "

" Bukan nak, ini uang bukan jatuh dari langit, mungkin ini uang orang yang sedang terjatuh nak, " Ibu memberikanku sedikit pengertian.

Sebenarnya Ibu kurang setuju kalau uang tersebut digunakan untuk membeli tas, karena Ibu yakin uang itu milik orang yang jatuh dan mungkin saat ini orang tersebut sedang bingung mencarinya.

Tapi karena keadaan dan Ibu tidak tega melihat ku menangis lagi, akhirnya Ibu menurutiku pergi Ke pasar untuk membeli tas. Ibu juga berjanji kalau nanti ada rezeki akan mengganti uang tersebut dan di amalkan Ke masjid.

Tidak akan ada sosok yang bisa menggantikan ketulusan dan cinta kasih Ibuku, Surgaku.

Terima Kasih, Ibuku Yang Luar Biasa.

BAB 3 MASA REMAJA PUNYA CERITA

Masa remaja adalah masa yang paling berkesan sepanjang kehidupan yang pernah kita lalui. Banyak cerita di dalamnya, entah itu cerita bahagia atau cerita sedih. Di masa ini kita berproses dari yang awalnya kita anak anak sampai menjadi remaja. Memang tidak mudah, ada banyak tahapan belajar yang harus kita lalui.

Kalau kita gagal belajar memahami dan menelaah diri sendiri dan hubungannya dengan lingkungan sosial akan timbul konflik-konflik di luar batas. Dalam hal ini yang rentan adalah remaja remaja dari keluarga yang bercerai. Kenapa?. Karena mereka mendapatkan Support System nya hanya dari dirinya sendiri, sedangkan peran serta Orang tuanya hanya sedikit.

Remaja yang memiliki penyesuaian, Resiliensi (kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan), optimisme yang bagus pasti bisa melewati dan melalui kehidupannya dengan positif. Berbeda halnya dengan remaja yang keluarganya bercerai yang tidak memiliki penyesuaian diri, tidak memiliki Resiliensi ataupun tidak memiliki optimisme akan masa depannya pasti dia akan salah langkah dan hidupnya hancur.

" Aku harus belajar lebih giat sekarang, " Gumam Rissa dalam hatinya.

Saat ini Rissa sudah menjadi murid seragam putih biru. Rissa berhasil masuk SLTPN 01 terbaik di tempatnya, dia lulus dari SD (Sekolah Dasar) dengan nilai urutan kedua terbaik di sekolahnya.

Saat ini dia masuk kelas Unggulan dan berkumpul dengan siswa siswi terbaik dan terpintar dari SD-SD lainnya. Tidak mudah bersosialisasi dengan teman teman yang dengan IQ diatas rata rata, kebanyakan dari mereka egois dan saling bersaing satu sama lain. Entah dari setiap mata pelajaran yang ada Rissa lebih tertarik dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

" Aku paling tidak suka pelajaran olahraga ini, " Rissa bersungut sungut saat latihan lari dan disaat itu pula dia selalu urutan paling belakang.

" Rissa, ayo cepat larinya nanti pak Guru marah, " Ujar Mella yang juga sama sepertiku selalu lemah di bidang pelajaran olahraga ini.

Ternyata pelajaran Olahraga kali ini membahas mengenai olahraga Basket. Dan setiap anak diajari memantulkan bola dan memasukkan bola basket di jaring netnya.

" Sungguh membosankan, " Batinku.

Setelah jam olahraga berakhir kami semua pun bergegas untuk mengganti baju dan istirahat untuk makan di kantin. Seperti biasa aku selalu memesan nasi kesukaanku.

" Nasi pecelnya 1 Bu, Es teh juga 1 ya Bu. "

" Iya mbk, " jawab Ibu kantinnya ramah.

" Ris, sebentar lagi pelajaran Fisika dan Matematika cepat yuk makannya. "

Entah waktu itu aku benci setiap hari Rabu karena satu hari itu aku tidak menyukai semua mata pelajarannya.

Hari ini aku sedikit terlambat, aku lari dengan sedikit kencang karena ada tugas yang tidak aku pahami "Matematika".

Di tengah perjalanan tidak sengaja aku bertabrakan dengan salah satu anak laki-laki yang juga seangkatan denganku, tapi beda kelas. Entah kenapa ketika aku menatap matanya ada perasaan aneh dalam hati ini yang bergejolak. Aku tidak tahu perasaan apa yang aku rasakan saat itu, dan untuk pertama kalinya jantungku berdetak tak karuan. ''Inikah cinta, Cinta pertama di masa remajaku, " Cinta yang tak sengaja ku temui di masa-masa remaja awalku.

Sejenak kita berdua memang saling berpandangan satu sama lain namun bel berbunyi masuk membuyarkan lamunan kami. Disaat itu juga aku tersentak akan tugas PR Matematika no 5 yang belum aku selesaikan, aku pun langsung lari meninggalkannya.

Di dalam kelas aku terus memikirkan kejadian tadi, entah kenapa wajah itu terus melekat dalam ingatanku. " Uhhh... pergi kau dari ingatanku," Aku terus berusaha melupakan sosok wajah itu.

Keesokan harinya ketika aku mau meminjam buku di perpustakaan, karena bagaimanapun juga aku termasuk kutu buku. Ketika sedang memilih-milih buku yang hendak aku cari, tanpa sengaja aku menatap sepasang bola mata yang sedang memperhatikanku.. Dag Dig dug jantungku berdetak kencang!!!! " Dia, cowok ganteng yang tak sengaja aku tabrak ternyata tengah memandangiku dan entah mulai kapan,"

Aku menjadi salah tingkah, dan cepat- cepat aku cari buku yang aku butuhkan dan langsung antri ke petugas bagian peminjaman buku. Keringat dingin rasanya mengalir menetes membasahi tubuhku.

" Astaghfirullah, kenapa aku segelisah ini.. siapa cowok itu ya Allah. "

Lalu setelah administrasi untuk meminjam buku selesai aku langsung lari menuju kelas. Di kelas aku senyam senyum sendiri dan tanpa sadar kelakuanku ini diperhatikan oleh Mella. " Riss, kok aku perhatikan dari kemarin kamu senyum nyengir sendiri sih?? Gak lagi gila kan ? "

Aku tersenyum pada sahabatku itu, teman dan sahabatku satu satunya yang mengerti aku dibandingkan teman-teman sekelas ku yang lain yang selalu berebut untuk mendapat nilai terbaik. Dia sungguh orang yang tulus dan baik hatinya, jago mata pelajaran matematika dan fisika yang berbanding terbalik dengan kemampuanku. Setiap aku kesulitan mengerjakan tugas Matematika aku selalu minta tolong padanya.

" Mell, kamu pernah gak jatuh cinta sama orang???" tanyaku.

Lantas saja Mella bengong seakan tak percaya atas apa yang telah aku katakan. " Hah,,,, kamu lagi gak mimpi kan??, cowok mana yang bikin kamu jatuh hati padanya??? "

" Entahlah Mell, semuanya terasa begitu cepat dan tragedi tabrakan itu yang bikin aku ngerasain perasaan aneh dalam hati ini. "

" Maaf Riss kali ini aku tidak bisa berbagi pengalaman dengan kamu masalah tentang cinta, karena aku sendiri belum pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. "

" Serius kamu belum pernah jatuh cinta dengan cowok Mell ???"

" Belum Riss, untuk saat ini aku belum mau membuka hatiku untuk cowok manapun karena aku ingin terus fokus dengan sekolah, eh ngomong ngomong cowok yang kamu taksir itu seangkatan dengan kita atau kakak kelas? "

" Seangkatan, " Jawabku datar.

" Kamu yakin dia seangkatan dengan kita? "

" Iya Mel, saat aku gak sengaja tabrakan dengannya kemarin di depan kelas B. "

" Oya ???? "

" Ya Mel, tapi aku gak tau siapa namanya. "

" Tenang saja, kalau dia juga menaruh hati padamu pasti dia akan ajak kenalan. "

" Tapi bagaimana kalau ternyata dia gak menaruh hati padaku Mell?? "

" Riss, kamu cantik, pintar dan hatimu juga baik. "

" Tapi aku miskin mell. "

" Hussh!!! cinta itu tidak mengenal kasta!!!, " Kata kata Mella membuat makjleb di hatiku. Jujur dengan keadaanku ini aku tidak percaya diri untuk mencintai dan dicintai terlebih laki laki yang aku cintai itu anak orang kaya.

Dirumah pun aku masih membayangkan wajahnya, wajah teduh yang selalu aku rindukan. Sesaat ketika aku mengingat tatapannya aku tersenyum sendiri layaknya remaja yang lagi kasmaran. Akankah cinta ini bersambut atau ujung-ujungnya bertepuk sebelah tangan. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

Dan benar adanya, Masa Remaja Punya Cerita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!