I . B . U
Nama itu yang selalu ada di sampingku selama ini. Ibu yang selalu aku sayangi dan Ibuku Yang Luar Biasa.
Hari ini aku memasuki duniaku yang baru, ya dunia sekolah TK (Taman Kanak-Kanak). Aku tumbuh menjadi anak yang pemalu, minder, penakut dan pendiam. Mungkin faktor latar belakang keluargaku yang bercerai salah satunya.
Selama Di sekolah, aku selalu meminta Ibu terus bersamaku. Lama-lama karena Teman-temanku sudah berani ditinggal oleh orang tuanya, membuat Ibuku juga mengajariku untuk berani. Aku pun menangis sesenggukan tatkala Ibuku meninggalkanku di kelas.
Dan yang membuatku semakin sedih karena teman- teman menertawakanku. Ibu guru pun kemudian memberiku pengertian bahwa aku sudah besar dan pintar makanya harus belajar mandiri.
Sedikit demi sedikit aku berani masuk kelas tanpa Ibu, aku rajin belajar dan menurut dengan Ibu Guruku. Namun ada beberapa hal-hal yang mungkin aku terlihat sedikit berbeda oleh Ibu Guru dan Teman- temanku. Saat itu adalah pelajaran mewarnai buah- buahan. Kebetulan waktu itu tema buah yang diwarnai adalah buah anggur. Semua teman-temanku mewarnai buah anggur dengan warna ungu dan lain halnya denganku, aku justru mewarnai buah anggurku dengan warna hijau.
Ibu Guru menegurku karena harusnya aku memberi warna buah tersebut dengan warna ungu.
Bu Guru menegurku, " Rissa harusnya kamu mewarnai buah anggur dengan warna ungu bukan hijau. "
" Apel kan dulu warnanya hijau, tapi sekarang ada yang warna merah bu, " Aku menjawabnya dengan suara bergetar dan penuh rasa takut dan gugup.
Bu guru pun menasehatiku, " Iya buah apel kan memang sekarang sudah ada yang warna merah, tapi buah anggur warna hijau itu belum ada Rissa, Jangan mengada-ada. "
Aku tertunduk sedih, karena aku berfikir siapa tahu nanti memang benar-benar ada buah anggur berwarna hijau. Memang masa-masa TK ku tidak sebebas sekarang. Metode pembelajaran TK sekarang lebih kearah kreativitas murid-muridx untuk bebas berkreasi sehingga bisa mengembangkan bakat dan minatnya.
Dan mari kita lihat sekarang entah kebetulan atau tidak, imajinasi yang pernah ada di otakku pas masih TK sekarang benar benar terwujud bahwa banyak anggur berwarna hijau sekarang.
Masa TK (Taman Kanak-Kanak) adalah masa dimana juga banyak kegiatan out door terutama karnaval dan pentas seni tari. Kalau disuruh memilih aku kurang begitu tertarik dengan kegiatan macam ini, tapi karena keharusan aku terpaksa mengikutinya. Dan disinilah masalahnya, dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini justru menambah beban ekonomi keluarga kami. Dimana kami harus membayar sewa baju dan transportasi untuk karnavalnya dan juga biaya riasnya. Ibu pun rela berhutang dulu agar aku bisa mengikuti kegiatan wajib sekolah ini.
Miris dan berbanding terbalik dengan keluarga kami, keluarga yang dikategorikan mampu berbondong bondong menyewa pakaian terbaik dan terbagus untuk anak anak mereka. Aku hanya bisa memilih pakaian sisa yang mungkin tidak menarik untuk di lihat.
Tapi aku tetap bersyukur setidaknya aku masih memiliki Ibu yang selalu ada disampingku, yang berjuang untuk anaknya agar bisa ikut kegiatan ini.
Masa-masa yang masih sulit untuk kami lalui dengan ekonomi yang masih jauh dari kata cukup. Entah sampai kapan akan berakhir, karena dengan kita bisa membeli beras saja sudah cukup bagi kami. Beras bagi kami adalah harta yang teramat berharga sekali.
" Kamu ngelamunin apa nak ?" Sontak ibu membangunkanku dari lamunanku.
" Tidak Bu, tidak ada, " Aku berusaha menutupi kegusaranku.
" Aku Ibumu, 9 bulan Ibu mengandungmu, Ibu susui kamu selama 2 tahun, Ibu tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu, " Kata Ibuku.
Aku berusaha mengatakan sesuatu meskipun dengan nada yang berat, sambil menangis meneteskan air mata.
Aku berkata, " Aku ingin punya tas baru Bu seperti temanku, kemarin Di tengah jalan Rissa melihat Bella bersama kedua Orang Tuanya pergi Ke toko membeli tas dan sepatu baru. "
Ibu sambil melirik tas ku yang koyak karena tas itu memang tas ketika masih TK hingga sekarang, aku sudah masuk sekolah SD (Sekolah Dasar) tetap sama.
"Maafkan Ibu nak, Ibu belum bisa membelikanmu tas baru seperti teman-temanmu. "
Kulihat Ibu berkaca-kaca, " Bu, kenapa Ayah kandungku tidak pernah menjengukku ? "
Sontak Ibu kaget karena tiba-tiba aku menanyakan perihal Ayah Kandungku. Lama Ibu terdiam, dan tidak berani berkata apa-apa.
"Bu, Aku mau Ke rumah Ayah Kandungku siapa tahu Ayah mau membelikanku tas baru Bu. "
Tanpa berkata apa-apa Ibu hanya mengangguk setuju, karena mungkin saat ini aku sudah cukup besar untuk memahami kehidupanku.
Keesokan harinya aku pergi Ke rumah Ayah Kandungku, tapi Ibuku hanya menunggu di seberang jalan.
Kelihatan sekali bukan tatapan sayang yang terlihat di kedua mata Ayahku namun ketidaksukaannya akan kehadiranku. Dan selama ini memang aku tahu kalau Ayah Kandungku memang sudah menikah lagi dengan janda beranak dua yang dua-duanya perempuan yang seumuran denganku. Ketika aku mengutarakan untuk minta di belikan tas, jawabannya sungguh mengiris iris hatiku.
" Apa kamu minta tas, minta sana sama Ibumu emangnya dia tidak punya uang, dasar miskin !!! "
" Tas Rissa sudah sobek-sobek Yah karena tas itu tas TK. "
" Emangnya aku ini gudangnya duit apa, mikir dong jangan seenak jidatmu saja kalau minta," Sambil nuding-nuding ke kepalaku.
Kulihat sekilas anak tiri Ayah Kandungku datang dan bergelayut manja seperti anak kandungnya sendiri dan meminta untuk dibelikan baju baru. Lantas ayah kandungku langsung mengiyakan permintaan anak tirinya. Aku pun bereaksi tanda tidak menerima ketidakadilan ini, karena harusnya aku yang mendapat perlakuan tersebut karena memang akulah anak kandungnya.
Lantas ayah kandungku bilang, " Dasar anak tidak tahu diuntung, pergi sana keluar dari rumahku !!! "
Bruakkk!!!!...
Pintu ditutup dan aku di dorong keluar. Astaghfirullah hal adzim. Ada rasa sakit yang teramat dalam dan merasa di dzolimi oleh Ayah kandungku sendiri.
Sambil melangkah tertatih dan genangan air mata yang sudah hampir menetes, aku memeluk Ibuku.
Seakan Ibuku sudah tahu jawabannya, dia menenangkan ku, " Sabar Nak, Allah akan menolong kita dengan caranya sendiri, " Ibu menguatkan ku, menenangkanku. Selalu seperti itu di kala aku kehilangan semangat akan hidupku.
Sambil melangkah pulang dari kejauhan aku melihat lipatan kertas dan bergegas aku ambil.
Begitu senangnya hati ini tatkala aku menemukan uang Rp 25.000,00, dengan uang segitu aku bisa membeli tas.
" Bu, Allah Baik Allah kasih uang dari langit untuk Rissa beli tas baru. "
" Bukan nak, ini uang bukan jatuh dari langit, mungkin ini uang orang yang sedang terjatuh nak, " Ibu memberikanku sedikit pengertian.
Sebenarnya Ibu kurang setuju kalau uang tersebut digunakan untuk membeli tas, karena Ibu yakin uang itu milik orang yang jatuh dan mungkin saat ini orang tersebut sedang bingung mencarinya.
Tapi karena keadaan dan Ibu tidak tega melihat ku menangis lagi, akhirnya Ibu menurutiku pergi Ke pasar untuk membeli tas. Ibu juga berjanji kalau nanti ada rezeki akan mengganti uang tersebut dan di amalkan Ke masjid.
Tidak akan ada sosok yang bisa menggantikan ketulusan dan cinta kasih Ibuku, Surgaku.
Terima Kasih, Ibuku Yang Luar Biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Yuaidah Hermawati
baru mampir nih ,,ceritanya menarik
2020-11-02
0
Kucing Manis
Like
2020-09-06
0
Fatma ismail
lnjut baca marathon
2020-08-26
1