Kim Hyun Soo menghembuskan napas. Pikirannya saat ini sedang kacau balau hingga ia tidak tahu mana duluan yang harus dipikirkan. Meskipun ia terlihat bersikap tenang, sebenarnya saat ini ia sedang gelisah. Matanya kembali disipitkan melihat dua insan yang duduk di meja samping kaca. Marc Hyun Jo dan Alice terus mengobrol sejak tadi seolah mereka seakrab itu. Ia entah dengan alasan apa merasa sedikit terganggu.
"Wah, ternyata mereka memang sesuai dengan yang digosip kan ya."
Hyun Soo menoleh, berhadapan langsung dengan temannya yang ikut serta mengelola bar ini. "Gosip apa maksudmu?"
Lelaki itu berdecak. "Kau tidak tahu? Mereka dirumor kan sedang berkencan diam-diam."
Berkencan diam-diam? Pikir Hyun Soo tidak mengerti. Ia kembali menoleh ke arah dua insan itu lalu berpikir, apa begini yang dimaksud dengan diam-diam? Tidak masuk akal sekali.
"Oh, aku hampir lupa. Tadi ayahmu menelepon dan menanyakan bagaimana kabarmu."
"Untuk apa pria tua itu menelepon lagi?"
"Astaga anak ini!" Hyun Soo kemudian mendapatkan pukulan di bahunya. Ya, ya. Ia pantas mendapatkan itu. Tidak seharusnya ia menyebut ayahnya sekasar tadi. Sepertinya hubungan ayah dengan anak lelaki memang tidak pernah berjalan mulus ya. Atau memang hanya ia saja yang mengalami hal ini?
"Dia hanya menanyakan kabarmu. Apa kau hidup dengan baik dan makan teratur. Kau benar-benar tidak mengangkat teleponnya?"
"Aku yakin dia sendiri sudah tahu kalau aku baik-baik saja. Seperti biasa dia kan selalu punya mata-mata untuk mengawasiku."
Temannya tentu tidak terkejut dengan fakta itu. Ia pernah menangkap basah salah satu mata-mata ayahnya yang mengikuti kemana pun ia pergi. Pria-pria berbadan besar, berpakaian hitam dan menaiki mobil sedan adalah ciri khas mata-mata ayahnya. Hyun Soo sudah terlalu sering dijaga sejak kecil hingga sampai dewasa pun ayah tetap memperlakukannya seperti anak kecil.
"Aku tidak tahu bisa menyebutmu sebagai pria beruntung atau tidak. Kau berlimpah harta sejak lahir, tinggal di rumah layaknya istana dan diperlakukan seperti pangeran. Tapi coba lihat dirimu sekarang. Apa yang kau pikirkan hingga bisa menjadi owner sekaligus barista?"
Hyun Soo mendelik. Eskpresi wajahnya terlihat kesal. "Paman cerewet sekali."
Lelaki itu sebenarnya tidak layak disebut paman dan bukan pula pamannya. Dia sejak dulu sudah tinggal dengan keluarga Kim dan bekerja hingga ayahnya meninggal setahun yang lalu. Kini dia menggantikan posisi ayahnya sebagai rasa terima kasih kepada keluarga Kim yang telah menopang hidupnya selama ini.
Bisa di bilang, paman hanya lebih tua empat tahun darinya, tetapi pria itu sudah menikah dan memiliki satu anak lelaki. Itu sebabnya Hyun Soo setiap kali kesal selalu memanggil pria itu dengan sebutan paman.
"Ayahku selalu bilang kau anak yang baik," lanjut lelaki itu lagi meskipun Hyun Soo sudah sibuk di balik mesin kopi.
"Seandainya saja ayah paman adalah ayahku. Kurasa aku akan lebih bahagia," Hyun Soo berkata tanpa keraguan sambil sibuk dengan secangkir kopi buatannya hingga membuat paman menghela napas.
••••
Marc Hyun Jo melipat kedua tangan di depan dada. Pandangannya tidak lepas dari Alice.
"K-kenapa kau memandangku seperti itu?" raut wajahnya terkesan kesal bercampur malu kalau-kalau memang di wajahnya ada menempel sesuatu.
Bukannya menjawab, Marc kini malah mengubah posisinya dengan lebih condong ke arah meja dengan sebelah tangan naik menopang wajah. "Ternyata kau manis juga ya."
Ternyata. Kau. Manis. Juga. Ya.
Bibir Alice tidak terkatup, tetapi ia juga tidak mengatakan apa-apa setelah mendengar hal itu. A-apa maksud Marc memujinya di saat-saat seperti ini?
"Huh! Apa maksudmu? Berhenti menatapku seperti itu."
Marc mengabaikan ucapan Alice dan masih terus menandangi gadis di depannya yang kini menyeruput minumannya dan menenggelamkan separuh wajah di balik cangkir.
"Pantas saja sepertinya pria itu menyukaimu."
"A-ah! Kau ini dari tadi bicara apa sih?!"
Pria itu?
"Wah, wajahmu memerah. Kau juga menyukainya ya?"
Alice melotot galak pada Marc sebelum menatap sekeliling dan mendapati Hyun Soo masih sibuk di balik mesin kopi. Kalau dilihat-lihat pelanggan mereka sepertinya bertambah banyak sejak dari terakhir kali Alice berkunjung.
Karena Alice tidak menjawab, akhirnya Marc berkata lagi. "Akan kutanya padanya apakah dia benar menyukaimu."
"Dia itu pria baik, tau! Jangan coba-coba untuk mengganggunya."
Dahi Marc sedikit berkerut. "Memangnya kau mengenal dia dengan baik? Sebagai sesama pria, aku tahu tadi itu dia berbohong."
Marc jelas tahu bahwa Hyun Soo tidak menjawab dengan jujur, oke, mungkin memang tidak sepenuhnya bohong. Pria itu hanya mengatakan bahwa dia punya seorang kenalan disini dan sedang mengantar pesanan kenalannya. Kalaupun benar pria itu punya kenalan, Marc berani jamin kenalannya bukanlah orang sembarangan.
"Tunggu. Kau bilang siapa namanya?"
Masih terlihat kesal, Alice menjawab dengan ketus. "Memangnya aku pernah memberitahumu?"
"Ayolah, katakan saja siapa namanya."
"Kim Hyun Soo. Kenapa?"
Mata Marc menyipit mendengar nama itu. Kim Hyun Soo, terdengar mirip dengan nama seseorang yang ia kenal. Atau mungkin hanya perasaannya saja?
••••
"Haahh, sudah pada habis."
Marc menutup kembali lemari esnya setelah tahu isinya nyaris kosong. Tentu saja, ia sudah lama tidak berbelanja. Rasanya juga sudah lama sekali ia tidak memasak. Akhir-akhir ini ia makan bersama teman dan dibawakan makanan oleh manager. Istri manager memang pintar memasak.
Marc tidak repot-repot mengeringkan rambutnya yang masih terlihat basah sehabis mandi. Ia hanya mengelap sekilas dengan handuk hingga rambutnya sedikit acak-acakan, menggunakan kaos putih longgar berlengan panjang dan celana santai panjang warna hitam. Rasanya lega sekali setelah selesai mengisi acara di salah satu stasiun televisi, ia bisa tidur nyenyak malam ini. Ia juga menerima banyak hadiah yang mengucapkan selamat datang kembali dan berbagai ucapan rasa senang dari penggemar.
Ia hanya perlu turun ke lantai dasar apartemennya dan menyeberang jalan untuk membeli bahan-bahan dapur. Sepertinya belakangan ini ia sudah jarang minum bir.
"Aku butuh beberapa bir, wine juga.. sepertinya cocok malam ini. Persediaan keju, kari... aduh!"
Marc sedang menimbang-nimbang bahan apa saja yang ia perlukan ketika badan seseorang menabraknya dari samping hingga ia sedikit terdorong.
"M-maaf. Eh...kau..."
"Kau sengaja ya?" omel Marc begitu melihat siapa yang menabraknya.
Alice mencibir. "Oh? Kau bisa masak?" tanyanya setelah melihat isi troli Marc.
"Tentu saja," jawabnya kembali mendorong trolinya menjauh dari Alice.
"Kau mengikutiku ya?"
Alis Marc terangkat dan memandang Shin Hye dengan tidak percaya. "Bukankah kau yang menabrakku?"
Alice tersenyum malu dan menggaruk sedikit kepalanya yang tidak gatal. "Benar juga."
Marc kembali menoleh pada jajaran buah-buahan dan hendak mengambilnya ketika mendengar Alice berceloteh lagi. "Kau bisa membuat kue?"
"Hhmm."
"Apa? aku tidak dengar."
"Bisa, princess."
"Bisa...apa?"
Marc tersenyum tapi ada kilatan jenaka di matanya. "Kau ingin aku mengulanginya?"
"Oh, no. Itu memalukan," Alice pergi dengan menutup sebelah sisi pipinya yang membuat Marc tersenyun semakin lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sugianti Bisri
jempol lagi untukmu 👍👍👍
2020-07-29
0
dreamers
lanjut!!!😘😘
2020-07-24
0
vi_indraswari
lanjut Kak,
ceritanya bagus,
aku udah boomlike dan rate 5 juga,
Semangat terus ya,
nanti aku lanjut baca lagi
2020-07-23
0