Kejadian yang baru saja melintas di kepalanya, buru-buru enyah karena suara denting bel pintu apartemen. Ia mengerjap, menormalkan kembali isi pikirannya yang sempat kacau balau dan degup jantungnya yang tidak normal sebelum beranjak membuka pintu.
Marc di sana, berdiri tepat di ambang pintu dengan setelan kasual. Meskipun separuh wajahnya ditutupi masker, Alice tetap bisa mengenali mata hitam kecoklatan itu yang memandangnya lekat-lekat.
"A...ap.. apa yang kau lakukan disini?"
Rasa canggung diikuti dengan suasana hening koridor apartemennya, ditambah pria dingin di depannya tidak langsung menjawab, membuat degup jantung Alice kembali kambuh.
Sesungguhnya, ia tidak mengenal Marc Hyun Jo. Mereka hanya pernah bertemu untuk pertama kali di Amerika, dengan tidak sengaja, dan sekarang seolah takdir sedang bermain-main dengan mereka.
Kejadiannya sudah beberapa tahun yang lalu. Waktu itu...
Flashback on
Mungkin setelah ini ia akan kehabisan uang. Apa yang ia lakukan dengan melarikan diri ke Amerika setelah menyaksikan beberapa orang berwajah tidak menyenangkan mengetuk-ngetuk pintu rumahnya untuk menagih utang. Ia jelas tidak punya uang sebanyak itu.
Ayah Alice, sebelum benar-benar pergi, hanya menyisihkan uang yang cukup ia gunakan untuk menempuh pendidikan, sedangkan untuk keperluan sehari-hari, ia dan ibunya harus bersikeras mencari uang.
Tapi yang kulakukan malah meninggalkan ibuku sendirian di Korea dan menghadapi orang-orang jahat itu dengan susah payah. Seharusnya aku tidak mengikuti ucapan ibuku yang menyuruhku melarikan diri kesini dan meninggalkannya sendirian di sana. Seharusnya aku tinggalkan saja sekolah teaterku ini...
"Aduh!"
Alice mengaduh, mengusap bagian pundaknya yang dengan kasar ditabrak dari arah belakang, membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh memalukan di lantai bar.
Okey, ya, di bar.
Ia hanya minum-minum sedikit. Ini pertama kalinya ia menginjak salah satu bar di Amerika setelah usianya menginjak dua puluhan tahun dan sudah tiga tahun belakangan ini bersekolah disini.
"Sorry! Sorry! H-hey, are you ok?"
Alice tidak terlalu fokus. Ia mendongak, masih dengan mengusap pundaknya, dan entah karena alasan apa otaknya bekerja lebih lambat ketika matanya bertemu dengan mata hitam nyaris kecoklatan yang melekat di wajah maha tampan.
"Korean?"
Ia mendapati dirinya sendiri mengangguk dengan tidak yakin. Tunggu... apa ia baru saja membuat kesalahan? Seharusnya ia tidak membiarkan orang asing mengetahui identitasnya dengan mudah.
"Eh, begini, apa kau bisa membantuku?" Pria itu berwajah cemas. Sebelum melanjutkan ucapannya, ia melirik ke belakang punggung Alice seolah memastikan dirinya berada dalam posisi aman.
"Kau pasti mau membantuku. Aku akan membayarmu dan sangat berterima kasih," Pria itu menarik dengan cepat pergelangan tangan Alice membuat tubuh mereka semakin terpojok di sudut ruangan.
"Kupastikan kau tidak akan menyesal setelah selesai membantuku. Kau kenal aku kan? Baiklah, kau kenal atau tidak juga tidak apa-apa asal tau saja aku artis terkenal, keterlaluan kalau kau tidak mengenalku kecuali kau gadis kuno... eh, lupakan."
Baiklah dia mulai terdengar menyebalkan.
"Seorang wanita yang mengklaim dirinya jatuh cinta padaku baru saja mengejarku dengan tidak tau malu. Kau pasti bingung kenapa artis terkenal sepertiku tidak didampingi bodyguard atau semacamnya, tapi ini lain cerita. Kau bisa bantu aku kan? Berpura-pura menjadi kekasihku. Sebentar saja. Hanya untuk malam ini."
Dia... mengidap penyakit sinting nomor wahid? Bagaimana bisa Alice tidak terbengong begitu mendengar serentet ucapan tidak masuk akal dari pria asing di depannya?
Apa ini awal dari mimpi buruknya? Atau ia sedang dijatuhi hukuman karena melakukan dosa besar telah meninggalkan ibunya?
"Aku tidak mabuk kalau itu yang kau pikirkan," tambahnya.
Ia masih mematung. Setidaknya ia butuh berpikir dan mengambil keputusan cepat. Tapi keputusan apapun yang akan ia ambil saat ini ia harap tidak membawa dampak buruk untuknya.
Ia menoleh ke belakang, mendapati seorang wanita molek berambut pirang sedang mencari seseorang. Dia bolak-balik menoleh ke samping, menajamkan matanya.
Setelah menghembuskan napas dan mengibaskan rambutnya, Alice bergumam, "Apa yang harus kulakukan, Mister?"
Flashback off
Marc menurunkan maskernya sebelum menatap Alice yang sepertinya ingin menamparnya sekarang juga. Baiklah, ia tidak akan bertingkah konyol dan pura-pura bodoh. Tentu saja ia akan memaklumi jika gadis di depannya benar-benar melakukan hal demikian, tidak masalah.
Asalkan gadis itu nantinya tidak merasa terbebani ketika bekerja sama kembali.
Kalau dipikir-pikir, ia kan tidak sengaja. Memangnya Marc Hyun Jo yang tampan dan digilai banyak wanita ini mau saja mencium gadis sembarangan?
"Maaf, aku tidak sengaja. Kau sendiri juga tahu kalau aku tidak akan mungkin mau menciummu." Marc diam sesaat. Ia melirik Alice yang masih saja memasang wajah ingin menerkam kalau Marc salah bicara sedikit saja.
Gadis itu kenapa sih? Dia alergi dicium pria tampan? Ini yang menciumnya adalah Marc Hyun Jo. Marc Hyun Jo, idola legendaris itu.
"Tapi tolong tetaplah bersikap profesional ketika bekerja nanti. Syuting video klipnya akan selesai besok. Kuharap kau tidak menjadikan alasan ini untuk menjadi tidak konsentrasi esok hari."
Ia sendiri tidak terlalu mempermasalahkan kejadian ini. Ia tidak ingin ambil pusing. Lagipula bukan hal baru baginya melakukan adegan kissing. Baik ia maupun Alice sudah terbiasa melakukannya di depan kamera untuk acara drama. Tapi bukan berarti ia suka melakukannya di belakang kamera.
"Sudah, kan? Kau tidak perlu khawatir. Aku pasti akan tetap profesional."
Marc mengedikkan bahunya. Menatap Alice dalam-dalam dan entah kenapa ia ingin mengerjai gadis itu. Sebenarnya sangat menyenangkan mengganggu Park Hyo Alice, karena gadis itu akan memasang wajah galak itu lagi dan berteriak di hadapan Marc lalu berusaha membalasnya.
"Aku memang tidak hanya akan memegang tanganmu tapi bukan berarti aku juga akan menciummu."
Hah! Rasa ia ingin mendengus.
Kalimat aneh itu lagi. Ia tidak akan memikirkan apapun yang barusan dikatakan pria gila di depannya ini. Hal itu hanya akan membuat kepalanya pusing dan kembali emosi.
"Kau tidak penasaran dengan apa yang akan kulakukan padamu?"
Alice beranjak dari sofanya. Ia menatap Marc yang masih duduk manis di sofa seberang. Setelah mengumpulkan rasa percaya diri, mengibaskan helaian rambutnya ke belakang dan memasang wajah angkuh, Alice berjalan mendekati pria itu dengan yakin.
Bola mata nyaris kecoklatannya menatap mata gelap Marc yang masih terlihat tenang. Tidak ada penyesalan sama sekali yang terbit di bola mata itu. Hanya tatapan penuh rahasia dan rasa percaya diri setinggi langit yang menjadi tameng diri Marc.
Pria ini menyebalkan sekali.
"Biar aku beritahu kau satu hal," bisiknya dengan senyum sinis. "Aku akan menggagalkan apapun rencanamu sebelum kau sempat menyelesaikannya. Tunggulah, Marc Hyun Jo."
Senyum Marc melebar, Alice sama sekali tidak tahu seberapa besar efek yang ditimbulkan saat gadis itu menyebut namanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Adi Kusma
lanjut
2020-07-30
0
Sofiana
kerenn.. suka suka
2020-07-24
0
🐷ღAhra✠ᵛᶜʳ
semangat
2020-07-01
0