Legendary Idol In Love

Legendary Idol In Love

Part 1 [Dia Kembali]

"Whipped creamnya yang banyak, ya!"

Pria jangkung berwajah Asia tersenyum ramah kepada Alice. Dia seorang barista di Cafe Summer, cafe langganan Alice yang terletak di lantai paling bawah gedung agensi yang kini tentu menjadi tempat nongkrong favoritnya. Jenis minuman yang tersedia memang sederhana, tetapi rasanya tidak sesederhana itu.

Menjadi salah satu artis di bawah nama agensi terkenal bukan hal yang mudah bagi Alice. Apa lagi jika ia bepergian sendiri tanpa ada pengawal atau tanpa diketahui orang-orang. Jadi menurutnya salah satu tempat yang nyaman untuknya beristirahat sebentar adalah di cafe ini. Tanpa perlu merasa dikuntit.

Selama menjadi artis tentu saja ia sering mengalami hal demikian. Diikuti kemana pun pergi, dikuntit oleh orang aneh yang membuatnya ketakutan setengah mati, ada yang salah mengenalinya sebagai orang lain dan ada pula yang sangat menbencinya sampai ingin mencelakai.

Astaga. Kalau diingat-ingat membuatnya merinding saja. Saat pertama kali terjun ke dunia entertainment, ia benar-benar takut mengalami hal itu. Untuk pertama kalinya untung saja kejadiannya terjadi tidak jauh dari lokasi apartemennya.

Ia hanya pulang pukul sebelas malam. Saat itu belum sepi karena suasana natal. Tapi diantara keramaian seperti itu justru bisa juga menimbulkan kekacauan. Beberapa orang datang menolongnya. Tidak ada yang terlalu mengenali karena ia menggunakan topi dan baju turtle neck yang diangkat sampai menutupi bawah hidung.

Tidak hanya ia yang pernah mengalami hal demikian. Beberapa teman kerjanya juga mengalami hal yang sama bahkan lebih mengerikan. Ada yang dengan sengaja menabrak tubuh mereka sampai tersungkur. Ada juga yang pura-pura tidak waras sampai membawa benda tajam.

Tidak, tidak. Ia tidak ingin membayangkan dirinya lah yang mengalami hal tersebut. Jelas saja ia akan menjerit sekuat tenaga, tubuh gemetar hebat plus memucat. Ia pernah mengalaminya sekali. Dan bersumpah tidak ingin mengalaminya lagi.

Tapi ada satu yang ia takuti. Orang-orang dulu yang mencoba untuk menyakitinya, apakah mereka masih mengejar? Atau sudah melupakan kejadian itu dan beralih ke mangsa yang lain? Lebih baik ia tidak bertemu salah satu di antar mereka lagi.

"Pekerjaanmu selesai lebih cepat?"

Alice menerima minuman yang disodorkan padanya dengan senyum cerah kemudian mengeluarkan dompet tetapi gerakannya terhenti ketika pria yang sudah ia kenal beberapa tahun belakangan ini berujar, "Anggap saja sebagai bonus karena kau pelanggan tetap kami."

Ia membalas senyum pria itu, mengibaskan rambutnya sedikit sebelum menanggapi. "Terima kasih, kau benar-benar baik. Oh, ya, sedikit lebih cepat dari biasanya. Managerku mau mengadakan acara makan malam bersama hari ini. Tapi kau tau, aku sudah hapal sifatnya itu. Besoknya pasti aku harus bekerja lebih keras," ucap Alice dengan nada bergurau, membuat mata hitam nyaris kecoklatannya berbinar cantik dan senyum yang menular.

"Semoga harimu menyenangkan, Alice."

Setelah melambai kepada si barista, Alice kembali melangkah, menuju lift yang tidak jauh di depannya.

Benar, ia kini seorang artis meskipun menjadi artis bukan cita-citanya. Ia hanya gadis biasa, yang kebetulan dikaruniai wajah di atas rata-rata, dan kata menyerah tidak ada dalam kamus hidupnya. Direkrut oleh agensi terkenal secara tiba-tiba ketika ia sedang menempuh pendidikan di luar negeri adalah hal yang paling tidak pernah ia bayangkan.

Saat itu ia baru saja menyelesaikan pendidikannya berlatar belakang jurusan teater, dan sama sekali tidak tahu hidupnya ke depan akan seperti apa, karena ia belum punya rencana yang matang. Tetapi setelah ia berpikir dan menyetujui untuk mengukir jalan hidupnya menjadi artis, ia sama sekali tidak menyesal. Setidaknya sampai saat ini ia tidak menyesal.

"Marc Hyun Jo! Kau sudah kembali?"

Alice menunduk, ikut mengantri bersama orang-orang yang ingin masuk lift, menatap sepatu dengan tapak setinggi dua belas sentimeter dengan tatapan kosong. Hari ini lelah sekali. Setelah pemotretan tiada henti sejak pagi, baru lah sekarang ia bisa sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya, tetapi tetap saja ia butuh penambahan jam istirahat.

"Kapan kau kembali ke Seoul?"

"Entahlah, mungkin tiga hari yang lalu?"

"Kau memang akan bekerja kembali, bukan? Para fans merindukanmu, tentu saja kami juga."

Ia tidak bermaksud menguping, tentu saja. Percakapan itu tepat berasal dari balik punggungnya yang membuat dahi Alice sedikit berkerut. Siapa Marc Hyun Jo? Ia yang ketinggalan info atau memang Marc Hyun Jo tidak seterkenal itu?

"Manager Kim mengadakan acara makan malam hari ini. Bergabunglah. Aku yakin dia pasti juga merindukanmu."

Nah, apa maksudnya itu?

•••••

"Hei, coba dengar."

Alice menoleh sebentar, mendapati Lee Yu Ra dengan ekspresi dan senyum misterius terukir di wajahnya. Matanya yang bulat dan besar seolah menyiratkan kepada Alice bahwa ini berita penting.

Gerakan Alice memoles lipstik terhenti. "Ada apa?"

"Kau tahu," ucapnya dengan menggebu. "Si legendaris telah kembali. Ini mengejutkan!"

Tidak memedulikan respon Alice, gadis berambut hitam sebahu itu tetap melanjutkan celotehannya. "Kupikir dia sudah mengundurkan diri menjadi artis. Masalahnya sekarang ada dua pilihan disini," Yu Ra menatap kedua mata Alice dengan serius lalu melanjutkan, "Kau tersingkir atau kau menjadi lawan mainnya."

"Apa?" tanya Alice sama sekali tidak mengerti.

Apa-apaan itu? Apa sangkut-pautnya dengan si 'legendaris' tersebut? Justru kalau si legendaris telah kembali, bukankah agensi ini menjadi semakin terkenal? Menjadi semakin bagus reputasinya? Kenapa justru menimbulkan efek dirinyalah yang akan tersingkir?

"Tapi sepertinya... tidak mungkin. Kau juga disebut legendaris belakangan ini, kubaca dari komentar orang-orang."

Alice memutar bola matanya, menatap Yu Ra yang bekerja sebagai penata riasnya lalu berucap, "Aku tidak tahu kalau kau berpikir sejauh itu. Omong-omong siapa si legendaris yang kau maksud?"

Selanjutnya Yu Ra membelalakkan mata, mengangkat alisnya tinggi-tinggi seolah Alice baru saja menanyakan hal paling bodoh sedunia. "Kau-Oh, astaga Alice! Jangan sampai Direktur mendengar ini."

Ia mengerjap, memberengut sebal. "Tidak ada yang pernah menyebut-nyebut dia sebelumnya. Lagi pula kau tahu, sebelum kembali ke kota ini, aku menempuh hidup di negeri orang terlebih dahulu."

"Oh, ya, baiklah," ucap Yu Ra mengalah. "Dia adalah pria luar biasa. Aku yakin kau akan menyukainya," seru gadis itu senang.

Sebelum Alice sempat menanggapi ucapannya, tiba-tiba pintu ruang rias terbuka, menampilkan Mister Kim dengan setelan kemejanya seperti biasa namun wajahnya seratus kali lipat lebih cerah siang ini.

Di sampingnya berdiri seorang pria, dengan rambut berpotongan rapi yang sepertinya baru saja dipotong, berwarna gelap sedikit kecoklatan dengan wajah tersenyum ramah dan... Oh My God! dia kan si pria pembawa sial itu!

Terpopuler

Comments

$uRa

$uRa

baca ahh..👍👍😁🍭

2020-10-02

1

Sindi Kumala Sari

Sindi Kumala Sari

sukak banget dehhh

2020-09-30

1

Sept September

Sept September

pagiii ....


Salam jempol...


semangat yàaaaa 🙄

Sept 💝

2020-08-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!