Part 18 [Rumor]

Ia tidak tinggal sendirian di apartemen. Sejak setahun yang lalu ia memutuskan untuk berbagi apartemen dengan Krystal. Awalnya apartemen mereka bersebelahan tetapi ia yang tidak terbiasa tinggal sendiri kemudian menyeret Krystal untuk tinggal bersamanya. Tetapi meskipun begitu mereka jarang bertemu di rumah. Terkadang gadis itu pergi pagi-pagi sekali mengejar penerbangan untuk mengisi konser di luar negeri, terkadang untuk syuting atau bahkan kadang dia tidak pulang. Begitu pula dengan Alice.

Aroma kopi yang diseduh bercampur suara sendok beradu dengan gelas, membangunkan Alice. Ia tidak akan repot-repot memasang alarm karena Krystal bersama kopinya sudah cukup untuk membangunkannya di pagi hari.

"Kau mau secangkir kopi?" tawar gadis itu sambil mengangkat sedikit cangkir kopinya.

Gadis dengan tinggi semampai, berambut hitam panjang lurus dengan wajah dingin dan bibir tipis itu menoleh pada Alice sekilas yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya. Kamar Alice tepat bersebelahan dengan dapur beserta meja makan yang tidak jauh dari ruangan menonton televisi.

Ia masih terlihat berantakan di pagi hari seperti ini, ya tentu saja ia yakin begitu tanpa perlu bercermin. Ia berdeham karena tiba-tiba kerongkongannya terasa kering. "Not today, Krys."

Gadis itu mengangguk, menyeruput kopinya sebelum menoleh lagi. "Kau sudah pernah melihat fansnya Marc mengamuk, belum?"

Gerakan Alice yang sedang menuang oat meal terhenti. Ia berpikir sejenak kemudian mengedikkan bahu begitu mengingat sesuatu. "Entahlah. Tapi aku pernah bertemu fansnya yang mengejar pria itu seperti orang gila." Karena Krystal tidak menjawab apa-apa, akhirnya ia balik bertanya. "Kenapa kau tanya begitu?"

"Aku membaca berita pagi ini. Kolom komentar di situs agensi penuh perdebatan antara kau dengan Marc. Ada sebuh foto yang memperlihatkan jelas wajah Marc yang sedikit menunduk dan wajah gadis itu hanya bagian samping yang terlihat. Karena dia sedikit menoleh ke belakang berhadapan dengan Marc," ia menyeruput lagi kopinya kemudian melanjutkan. "Yah.. dilihat bagaimanapun orang-orang pasti yakin itu kau. Aku sendiri juga berpikiran sama. Aku mengenal jelas lekuk tubuhmu, Alice."

Oh? Benarkah? Foto? Pose itu... Astaga!

Itu pose ketika ia memanggil Marc untuk memperlihatkan hasil foto mereka. Saat itu Marc memang sedikit menunduk untuk melihat gambar di ponsel Alice. Berarti mereka saat itu sedang diawasi? Padahal Marc sudah menyembunyikan separuh wajahnya ke dalam baju turtle neck dan sayang sekali waktu itu Alice melepas kacamatanya karena mereka mau berpoto.

"M-mm, aku memang keluar bersamanya tadi malam."

"Aku tahu. Aku berpapasan dengan Marc setelah kau masuk lebih dulu."

Mata Alice membulat dan lehernya berputar begitu cepat ke arah Krystal yang sudah berdiri dan mengantar cangkirnya ke wastafel. Oh dear... kenapa malam itu banyak sekali yang memergoki mereka?

"Tentu saja tidak terjadi apapun diantara kami."

"Tapi masalahnya, tetap berhati-hatilah dengan fans diluar sana, Alice. Selalu ada oknum yang memanfaatkan kesempatan."

•••

Beberapa jam setelah ia mengetahui kabar itu sama sekali tidak ada tanggapan dari Marc. Ia juga tidak tahu ada di mana pria itu. Atau mungkin Marc belum mengetahui berita tersebut? Tapi... mustahil kan. Pihak agensi saja sudah sibuk menerima telepon sana sini menanyakan apakah kabar itu benar. Kenapa Marc belum ada tanggapan sampai saat ini? Atau dia sudah terbiasa digosipkan begitu?

Alice menghela napas. Jujur saja ini bukan yang pertama kali baginya. Ia sudah sering digosipkan sedang berdekatan dengan aktor ini dan aktor itu, tapi tentu saja pihak agensi selalu membantah karena memang begitulah kenyataannya. Ia tidak pernah menjalin hubungan seperti itu. Terlalu beresiko dan ia tidak suka kehidupan pribadinya seperti asal muasal keluarganya diketahui publik.

Lagi-lagi ia menghela napas. Alice bersandar pada wastafel di toilet wanita sambil merenung. Ia akan membantah bahwa gosip dirinya dan Marc berpacaran, tapi memang benar di foto itu adalah dirinya. Tapi... tapi... ah! yang benar saja. Kenapa ia harus memikirkan ini sendirian sih?! Harusnya kan Marc Hyun Jo berunding padanya agar mereka memberikan jawaban yang sama ke publik.

"Oh? Senior Alice disini?"

Ia menoleh. Gadis dengan rambut di cat pirang yang terlihat lebih muda darinya berdiri di ambang pintu.

"Aku juniormu, Airin."

Alice tersenyum tipis. Ia sudah hapal dengan gerak-gerik orang seperti ini. Manik gelap gadis itu yang terlihat tajam dan senyum di bibirnya namun tidak di matanya menyiratkan kalau dia tidak menyukai Alice sama sekali.

"Aku dengar yang lain sedang mencari senior. Apa kukatakan saja kalau senior-"

"Tidak," sergahnya cepat. "Tidak perlu, terima kasih. Aku akan pergi."

Alice melirik sekilas sebelum melewati gadis itu yang kini memasang wajah datarnya.

"Wah, pasti senang namanya disebut sebut sebagai kekasih sang legendaris."

Langkah Alice terhenti. Gadis ini benar-benar membuatnya kesal.

"Tapi sepertinya tidak bisa dibiarkan berlanjut lebih dari itu ya, Senior."

••••

Marc Hyun Jo menempelkan headsetnya ke telinga sebelum mengangkat ponselnya. "Halo?"

"Dimana kau?"

"Wow," ujar Marc karena terkejut mendengar suara di seberang sana terdengar kesal. Ia menoleh ke sekeliling sebelum menjawab. "Gedung utama agensi. Ada apa?"

"Kau belum tahu?" tanya suara di seberang sana dengan skeptis.

"Tentang apa?"

"Gosip kita."

"Oh, itu," sahutnya. Marc menatap kembali ke sekeliling sebelum menaiki eskalator dan memusatkan kembali pada suara wanita yang untuk pertama kali meneleponnya.

"Ya, itu. Lalu? Apa yang akan kau lakukan?"

"Entahlah. Aku masih belum yakin apa yang akan kulakukan."

Suara di seberang diam sejenak. "Apapun rencanamu nanti beritahu aku dulu."

"Kau sedang dimana? Kenapa berisik sekali?"

"Di ruanganmu. Managermu sangat sibuk saat ini dan kenapa kau baru bisa dihubungi sekarang?"

"Ponselku habis baterai. Jadi sudah berapa kali kau meneleponku?"

Alice di seberang sana tampak berpikir. Meskipun Marc sedang tidak melihatnya tapi ia yakin gadis itu sedang menghitung sekarang.

"Entahlah," suaranya terdengar tidak yakin. "Mungkin tiga kali?"

Marc tiba-tiba tersenyum. "Baiklah. Aku akan meneleponmu tiga kali nanti. Kututup."

"Ap-apa? Hey? Halo? Halo?! Marc Hyun Jo!" Alice menatap ponselnya dengan kesal dan merutuki pria itu.

Terpopuler

Comments

Sugianti Bisri

Sugianti Bisri

lanjut

2020-07-29

0

Van Theglang Town

Van Theglang Town

next

2020-07-17

0

Sasya Angel

Sasya Angel

next

2020-07-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!