Rasa sakit itu menghantam kepala Alice tanpa ampun. Ia bisa merasakan denyutan kepalanya begitu hebat hingga membuka mata saja butuh tenaga ekstra. Beberapa kali ia mengerang kesakitan tanpa suara tetapi sepertinya malah membuat denyutan itu bertambah parah. Benar-benar pagi yang buruk. Harusnya pagi ini ia menghirup udara segar yang menentramkan, membiarkan matahari pagi menerjang kulit tubuhnya memberikan kehangatan.
"Kau sudah bangun?"
Suara dingin itu jelas milik Krystal. Si gadis tinggi semampai, berwajah galak, dan berambut panjang. Ini jelas menambah satu keburukan lagi untuk paginya hari ini.
"Kau bangunlah, gadis nakal. Atau aku akan menendangmu karena membiarkan Marc mengantarmu saat mabuk di jam yang tidak wajar!" teriak Krystal.
Marc?
Sedikit mengerang, Alice sudah berhasil menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya, menapak di lantai rumah yang dingin tanpa alas kaki. Ia membiarkan dirinya melangkah menuju dapur dan disana ia menemukan pria itu duduk manis di kursi tinggi bar dengan sebelah tangan mengaduk isi cangkir.
"Morning, Park Hyo Alice," sapanya tanpa menoleh.
Ia mengerjap, menggaruk sedikit tengkuknya yang tidak gatal dan berusaha berdeham untuk mengembalikan suaranya yang mendadak hilang. "Oh. A-apa yang k-kau lakukan disini?"
Dari samping Alice bisa melihat bibir Marc melengkung ke atas. Seulas senyum yang ia tidak tahu alasannya. Hingga kemudian pria itu menoleh.
Rasanya ia seperti ditelanjangi. Marc tahu benar cara membuat seseorang mati gaya hanya dengan sekali tatap. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena entah alasan apa otaknya yang cerdas ini tiba-tiba dilumpuhkan dengan tatapan Marc.
Marc menaikkan sedikit alisnya saat pandangannya beralih menatap rambut, tubuh, kemudian kembali ke wajah Alice. "Kenapa kau berdiri diam begitu? Minum ini," lanjutnya dengan menggeser cangkir yang baru selesai diaduk.
"Aku yakin kau dan Krystal cukup dekat. Dia membangunkan seniornya sendiri dengan galak."
Ayolah Alice! Kenapa kau bertingkah aneh pagi ini! Gerutu Alice di dalam hati.
"Hmm, kuanggap itu pujian."
Suara dingin itu muncul kembali kali ini disertai wajah tidak bersahabat dari Krystal. Dia berjalan menuju lemari es setelah Alice duduk tepat di samping Marc dan menyeruput teh hijaunya dengan tekun.
"Jelaskan padaku hubungan seperti apa yang kalian punya. Dan kau," Krystal melayangkan tatapan datar tapi dengan suara penuh penekanan kepada Marc. "Kupikir kau tidak menyukainya. Jadi apa rencanamu kali ini?"
"Wow," senyum Marc semakin lebar. "Apa junior-senior tidak berlaku disini?"
Dengan mata disipitkan dan berusaha terlihat mengintimidasi, Krystal membalas ucapan Marc. "Ini daerah teritorialku, dude."
"Ah, i see," gumamnya.
"K-kau pasti salah paham," Alice yang sedaritadi patuh meminum obat anti hangovernya, kini menyela dengan ragu-ragu. "Kami tidak punya hubungan apa-apa... eh, aku yakin... kau tau itu. Eh, jadi..."
"Jadi apa yang kulihat itu salah? Marc menuntunmu yang mabuk sampai ke rumah, memegangmu, dan kalian minum berdua-"
"Ah itu! Itu... kami merayakan keberhasilan kami."
"Benar," Marc menimpali.
Astaga! Ini tidak benar. Ia tidak bisa berpikir jernih dan menyusun kata-kata yang tepat di pagi hari seperti ini. Otaknya masih bekerja lebih lambat dan ia tahu krystal tidak akan puas dengan jawabannya tapi apa boleh buat. Ia akan menjelaskan nanti kalau ia sudah berhasil mencerna apa saja yang sudah terjadi tadi malam.
"A-a-aku... ada jadwal pagi ini. Ya..eh, jadi aku mau bersiap-siap," ia berdiri dengan tergesa, menggumamkan ucapan terimakasih kepada Marc sebelum melarikan diri dari dapur dan tenggelam di balik pintu kamarnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu," Krystal beralih menatap Marc yang menikmati kopi paginya setelah Alice menghilang dari pandangan.
"Sebaiknya kau tidak mencegahku."
"Sebaiknya kau menghentikan rencanamu."
"Kenapa kau melindunginya, Krystal? Kau bahkan tidak tau apa yang akan kulakukan."
"Bukan kau," sergah Krystal dengan cepat hingga membuat alis Marc terangkat. "Fansmu mengerikan. Permainan baru saja dimulai, Marc. Kau mungkin tidak menyadarinya. Tapi salah satu grup junior agensi baru saja mendeklarasi peperangannya kemarin kepada Alice."
"Apa?"
"Jangan mengakuinya di depanku, itu menggelikan. Aku sudah tau kau menyukainya."
"Siapa?"
"Alice. Memangnya siapa lagi?"
••••
Yang benar saja. Ia tidak benar-benar masuk dan menutup pintu kamarnya. Ia hanya membuka pintu kemudian menutupnya kembali sebelum melangkah dengan hati-hati untuk mendengarkan pembicaraan.
Ya... baiklah, tidak. Ia bukan orang yang suka mendengar dengan sembunyi-sembunyi pembicaraan orang lain. Tetapi kali ini berbeda, ia harus mendengarkan karena menyangkut dirinya.
"Alice. Memangnya siapa lagi?"
Ia yakin saat itu juga ia tidak bisa bernapas dengan benar. Apa-apaan kalimat itu? Apa yang Krystal ucapkan? Asumsi tidak masuk akal darimana itu?
"Kalau bukan karena kau menyukainya, menjauhlah mulai dari sekarang. Atau kalau kau punya alasan bagus kenapa kau mengganggunya, kupikir aku bisa membiarkanmu."
Satu...
Dua...
Tiga...
Astaga! Yang benar saja! Kenapa ia tanpa disadari menghitung di detik ke berapa Marc akan menjawab. Bukannya mendengar jawaban, yang ia tangkap hanyalah suara kursi yang bergeser disusul suara langkah kaki. Saat itu juga mata Alice mengerjap dan seolah baru sadar sepenuhnya, ia buru-buru bersembunyi di balik tembok, dan mengintip Marc berjalan keluar.
Apakah dia tidak menjawab ucapan Krystal? Lalu apa artinya itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
double like
2020-07-23
0
Admiral Farmuhan
kwkwkwkw
2020-07-14
0
follow ig:@im_storykan
lanjut thor
2020-07-14
0