Marc memutar gelasnya dengan gerakan lambat. Ia tidak benar-benar ingin mengobrol dengan siapapun hari ini. Kenyataan bahwa syuting kolaborasi dengan Alice sebentar lagi akan segera berakhir, membuat moodnya tidak karuan.
Seumur hidupnya, selama bekerja di agensi ini tidak ada satupun dari mereka yang bisa menyaingi dirinya atau minimal tidak ada yang dianggap cukup pantas untuk berkolaborasi dengannya. Tetapi hanya hitungan kurang dari tiga tahun ia meninggalkan posisinya, sudah ada isu yang mencoba-coba mengisi tempatnya.
Bukan karena ia cemburu, iri apalagi merasa tersaingi.
Hanya saja, sudah lama ia tidak merasakan sesuatu yang baru, yang lebih menantang. Terlebih lagi harus berhadapan dengan wanita, Park Hyo Alice. Gadis yang ia temui di Amerika beberapa bulan lalu dan dengan tidak sopan mengatakan bahwa dia tidak mengenal Marc Hyun Jo. Hah! Menyebalkan.
"Kau menyukai Alice, ya?"
"Apa?"
Managernya mengangkat bahu dengan gerakan sambil lalu. "Kurasa kalian cukup dekat. Kukira kau menyukainya."
Cukup dekat? Apa bertengkar setiap kali bertemu bisa masuk kategori cukup dekat? Marc tidak menanggapi lebih lanjut. Ia memutar gelasnya sekali lagi sebelum meneguk isinya sampai habis.
"Oh ya, jadwalmu selanjutnya syuting bermain piano. Konsepnya mungkin akan sedikit diubah. Alice akan menatapmu dari kejauhan, mengagumi-mu dan kau seolah-olah menciptakan lagu itu khusus untuknya. Bagaimana kalau kita tambahkan adegan skinship diakhir videonya?"
"Tidak mau."
Suara yang begitu jelas bercampur dengan nada tidak suka mengagetkan Marc dan juga managernya.
Alice, gadis yang baru saja mereka bicarakan, sudah berdiri tepat disamping meja mereka dengan raut wajah dingin siap untuk berperang jika diperlukan. Sejak kapan dia berdiri disitu?
"Oh kau sudah datang? Baru saja aku akan merundingkannya dengan kalian."
"Aku sudah mendengarnya barusan. Tidak mau adalah jawabanku," jawab Alice sekali lagi dengan nada tegas dan tanpa ragu.
"Kau menyakiti hatiku," balas Marc.
"Siapa yang peduli dengan hatimu," balasnya ketus.
Marc beralih menatap managernya yang sudah kebingungan dengan perdebatan kecil mereka. "Kurasa kami tidak cukup dekat seperti yang kaukatakan. Aku setuju ada adegan skinship, karena mungkin bisa membuat kami menjadi lebih dekat."
"Hei!" protes Alice dengan refleks memukul bahu Marc. Tentu saja pria itu mengadu kesakitan yang diubahnya menjadi kesempatan emas.
"Tidak hanya menyakiti hatiku, kau juga menyakiti tubuhku."
"Kau tidak apa-apa?" tanya managernya.
"Maaf manager. Tapi sepertinya aku keluar dari project ini. Batalkan saja kolaborasinya. Tidak ada gunanya dilanjutkan kalau tidak timbul chemistry diantara kami," ucap Marc kemudian berdiri meninggalkan tempat itu dengan raut wajah terluka.
"T-tunggu, Marc! Hei Marc! M-marc Hyun Jo! Oh astaga aku bisa gila!" panggil managernya dengan nada panik sambil meremas rambut sendiri.
Apa...? Apa-apaan itu...? Batalkan saja kolaborasinya?
Alice terpaku di tempatnya berdiri. Untuk beberapa saat pikirannya sempat kosong, kemudian berlari mengejar Marc.
••••
"Hei!" panggil Alice tapi pria itu tidak mengindahkannya. Marc dengan langkah lebar-lebar terus berjalan tanpa berniat mengurangi kecepatannya apalagi berhenti.
Alice mengumpat sebentar dan berlari lagi untuk mensejajarkan langkahnya dengan Marc. Dasar pria sinting sialan! Seharusnya dia tidak menyetujui skinship itu dan bukannya malah membatalkan kolaborasi ini.
"Sialan berhenti!"
Entah tuli atau memang menganggap Alice tidak ada, Marc tetap berjalan menjauhi dirinya. Dia bahkan sudah tiba di ujung ruangan dan menekan tombol lift. Hanya dalam hitungan detik pintu lift terbuka dan Marc baru saja mau melangkah maju tetapi gerakannya terhenti...
"Marc Hyun Jo!"
...hanya dengan satu panggilan nama dari Alice.
Dia berbalik dan melihat gadis itu dengan napas tersengal-sengal. Ekspresinya antara ingin membunuh dirinya atau berniat membalasnya nanti. Entah yang mana Marc tidak peduli karena ada satu hal yang menjadi pengalihannya saat ini.
"Ini pertama kalinya kau menyebut namaku."
Alice tidak menjawab. Ia masih sibuk menormalkan napasnya.
"Sekarang sudah kenal dengan yang namanya Marc Hyun Jo, kan? Sering-seringlah menyebutnya."
Untuk apa dasar gila! ucap batin Alice meronta.
"Untuk membuatmu menyukaiku," jawab Marc seolah mendengar jeritan batin Alice.
"Tidak akan."
"Kau akan menyesali ucapanmu."
"Apa?"
"Karena aku akan membuatmu menyukaiku."
Ia bisa melihat Marc mengucapkannya dengan santai tanpa keraguan dan ekspresi yang tidak menunjukkan tanda-tanda kebohongan. Apa-apaan sih pria ini!
Dia pikir Alice akan termakan ucapannya begitu saja saat dia mengucapkannya dengan menatap mata Alice lekat-lekat hingga Alice bisa melihat pantulan dirinya sendiri di manik coklat gelap Marc Hyun Jo?
Kerutan di dahi Alice semakin menjadi. Bukankah tadi pria itu marah dengannya? Lalu kolaborasinya bagaimana?
"Kolaborasinya...?"
"Akan dilanjutkan tetapi ada syaratnya."
Alice semakin bingung. Ia ingin sekali menjambak rambut Marc saat ini karena telah mempermainkannya.
"Berkencan denganku seharian."
Hah?!
"A...a-apa?!"
"Hmm, sebagai gantinya adegan skinship akan ditiadakan."
Marc tersenyum puas di dalam hati melihat kebingungan dan keraguan Alice. Kenapa mengganggu gadis ini menyenangkan sekali?
Ia yakin kepala Marc baru saja terbentur sesuatu atau pria itu memang mengidap penyakit di kepalanya. Belum pernah ia temui pria sesinting Marc Hyun Jo. Memang dari awal lebih baik ia tidak mengenal pria ini saja.
Sekarang semuanya tampak kacau. Ia tidak tahu apa cara yang paling ampuh agar Marc berhenti mengacaukan isi pikirannya.
Pria itu kenapa suka sekali berlalu-lalang di benak Alice, membuatnya pusing sampai ingin meninju sesuatu, membuat darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun. Rasanya ia ingin menerkam Marc.
Tidak. Menerkamnya saja tidak cukup. Ia perlu melepaskan tulang-tulang pria itu sampai dirinya tidak berdaya sebelum melemparnya ke neraka paling panas yang pernah ada.
Apa saat ini Marc sedang membodohinya? Berusaha membuat dirinya luluh lantak dan jatuh dalam pesona pria itu? Astaga. Ia bisa gila!
Belum pernah ia mengalami hal ini sampai tidak tahu harus berbuat apa. Sampai tidak tahu harus merespon seperti apa. Mana bisa ia mengikuti permainan Marc yang satu ini.
Berkencan?!
Ia belum pernah berkencan. Kenapa kencan pertamanya harus bersama pria sial? Memangnya tidak ada pria lain yang lebih bagus dari Marc?
Ya Tuhan! Tidak berpacaran tapi pergi berkencan? Kalau ia tidak mau bagaimana? Apa pria itu akan terus menjahilinya lebih dari ini? Atau pria itu akan menyebarkan rumor yang tidak-tidak?
Atau ia khawatir berlebihan sekarang? Memangnya Marc Hyun Jo orang yang seperti itu?
Kalau hanya menemani pria itu makan di suatu tempat atau menemaninya minum, ia akan melakukannya. Hal seperti itu mirip dengan kencan, kan? Tapi tolong jangan sebut dengan kata kencan. Ia tidak suka gagasan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kak
cinta pak bos hadir😊
2020-09-25
0
Rose Yura🌹
waduh.. dah tamat aj nih...
2020-07-29
0
Angela Jasmine
Lanjuuuttt lagi kakak 🙌🙌
Salam dari
Pemilik Hati Florence
2020-07-26
0