Dua puluh dua tahun usia Rania kini, ada sebuah harap yang diinginkannya jadi nyata. Menjadi seorang isteri. Yaa ... Gadis yang kini bekerja di salah satu Bank Swasta itu ingin menikah muda. Menjalin hubungan yang cukup lama dengan kekasihnya Rio, enam tahun tepatnya hubungan mereka kini. Tak lantas memudahkan keduanya untuk menikah.
Bukan karena tak serius atau tak pernah ada niatan untuk kesana, tapi Karena kesibukan keduanya yang berbeda Profesi dan tuntutan Pekerjaan membuat rencana indah itu tak kunjung terwujud. Long distance relationship yang mereka jalani tiga tahun ini salah satu penyebabnya.
Meski menjalani hubungan jarak jauh yang terpaksa dijalani itu, karena tuntutan pekerjaan. Namun hubungan keduanya lebih kompak dari hubungan jarak dekat, jika ada waktu keduanya manfaatkan untuk bertemu. Bukan hanya untuk melepas rindu, namun juga berkumpul dengan keluarga masing-masing.
Keluarga mereka sudah sangat dekat, seperti sudah menjadi satu. Tak jarang ada desakan dari keluarga untuk meresmikan hubungan keduanya, namun Rania dan Rio masih ingin mencapai target mereka. Menikah tanpa membebani keluarga, itulah yang membuat keduanya fokus bekerja. Rania juga harus menyelesaikan kontraknya dengan Bank, agar bisa ikut dengan Rio nanti. Dan kontraknya akan berakhir bulan depan, yang juga sudah disepakati keduanya untuk menjadi bulan persiapan pernikahan mereka.
Semakin dekat hari itu, semakin tak menentu perasaan Rania. Meski tahu hari penting itu akan tiba, sejak mereka sepakat untuk serius dengan hubungan ini. Namun tak bisa ia pungkiri betapa bahagia dan gugupnya dirinya jika membayangkan hal itu.Terutama proses lamaran yang sudah ia idam-idamkan sejak dulu.
Sebuah kejutan romantis dengan mawar merah dan cincin yang terselip pada sebuah kue dan diiringi dengan musik romantis. Atau sebuah surat lamaran pada sebuah novel romantis yang ia suka, dan masih banyak gambaran tentang lamaran yang terpampang nyata dalam imajinasinya. Meski Rio bukan Pria yang romantis, tapi tak ada salahnya bukan untuk sedikit memperlihatkan sisi itu pada lamaran mereka? begitu pikir Rania.
*
"Rania, bangun Sayang. Rio sudah menunggu di depan, katanya malam ini kalian mau makan di luar ya?" Suara mamanya membangunkan Rania yang sedang tidur karena libur kerja.
"Rio udah dateng Ma? Ini jam berapa?" tanya Rania sambil membuka matanya enggan.
"Ini udah sore Rania ... katanya mau ada urusan dulu? Bangun Sayang. Gak baik gadis tidur sore-sore begini. " Mamanya berkata sambil membangunkan Rania yang tetap masih enggan beranjak dari tempat tidurnya. Namun karena terus didesak oleh sang mama, akhirnya gadis berlesung pipit itupun bangun dan segera membersihkan dirinya dan berdandan dengan senatural mungkin. Gaya dandannya yang membuat sang kekasih jatuh cinta.
*
"Sdah siap?" Rio yang tengah asyik berbincang dengan calon mertuanya itu, segera menoleh pada sang kekasih yang sudah terlihat cantik dengan gaun sederhananya namun semakin membuat kekasihnya itu semakin manis.
"Iya, yuk berangkat."
"Rio dan Rania pamit pergi dulu ya Pa ... " pamit Rio pada pak Hamid, Ayah Rania sambil mencium punggung tangannya. Disusul Rania yang juga melakukan hal yang sama.
Begitupun pada Bu Tari, mama Rania yang bergabung dengan mereka saat mendengar anaknya mau pamit pergi. Keduanya juga melakukan hal yang sama.
*
Ternyata tempat yang mereka kunjungi pertama adalah sebuah Toko Perhiasan. Melihat bangunan yang berdiri kokoh dan tampak elegan itu saja sudah cukup membuat jantung Rania berdegup kencang, kok langsung kesini? Maksudnya apa coba langsung ngajakin Aku? Gak lucu akh ... tapi gak papa deh walaupun gak ngasih surprise juga, yang penting nikah ... hehe ....
"Ran, Rania! Kok bengong? Sayang, menurut Kamu yang mana nih yang bagus? Yang ini? atau yang itu?" tanya Rio pada kekasihnya yang terlihat seperti baru bangun dari mimpi, karena terlihat jelas kegugupan dan rasa malunya dari wajahnya yang bersemu merah. Rio hanya bisa tersenyum melihat tingkah polos Rania, yang memang jadi salah satu daya tariknya di mata lelaki yang berpostur tinggi itu.
"Ekhm ... yang ... tunggu! Kok Kamu nanya ke aku?"
"Ya iya, makanya aku ngajak kamu ke sini. Kan buat bisa bantuin Sayang ... jadi, yang mana nih yang cocok buat Ibu?"
"Yang ini bagus nih, buat ... APA? Buat Siapa?" Rania yang tidak bisa menyembunyikan kekagetannya secara tidak sadar mengeluarkan suara yang keras, mengundang perhatian pengunjung yang tengah melihat perhiasan juga. Secara refleks ia menutup mulut dengan tangannya dan hanya bisa menunduk malu.
"Iya Sayang, kan Ibu ulang tahun besok? Kamu lupa ya? Setiap tahun juga kan kita ngasih kado? Dan kali ini aku pengen ngasih cincin ke Ibu?" tanya Rio heran dengan tingkah Rania yang semakin terlihat gugup.
"I ... ingat lah ... tadi aku salah denger aja. Hehe ... yang ini bagus Yang. Cocok buat Ibu, gak terlalu rame desainnya tapi tetap elegan. aku yakin Ibu bakal suka," jawab Rania yang coba menenangkan dirinya di depan Rio dan bersikap sesantai yang ia bisa, meski dalam hati ia sedang merutuki kecerobohannya. Sadar Rania, kamu apa-apaan sih bisa se -ge-er itu? Mana sampe lupa lagi kalo Ibunya ulang tahun? Udah ngebet nikah apa gimana sih? Sadar!
"Ran, kok bengong lagi? Yuk kita ke Resto sekarang. Aku dah laper nih." Gandeng Rio pada kekasihnya yang kembali terlihat bingung.
Meski mengikuti langkahnya, Rania tetap masih bingung dan bertanya, "Tapi ... cincinnya?"
"Kan udah dibayar tadi? Kamu lupa ya?" tanya Rio sambil mengacak rambut kekasihnya pelan dan tertawa, "Makanya, jangan bengong terus. Jadi gak sadar gitu kan?"
Rania yang sudah terlanjut malu hanya bisa tersenyum, namun lagi-lagi merutuk dalam hati. Beruntung Rio yang sudah hafal dengan tingkah absurdnya, sudah tak mengungkit soal tingkah anehnya dan merekapun pergi makan malam ke restoran seafood langganan keduanya.
"Kamu kenapa sih Yang, akhir-akhir ini kok jadi ilang konsentrasi gitu? Ada maslah di Bank, apa gimana? Cerita dong Sayang?" tanya Rio pada kekasihnya saat menunggu hidangan di siapkan.
"Enggak ada masalah Sayang. Aku gak apa-apa kok, mungkin cuma capek aja kali, maaf yaa ... aku jadi malu-maluin gini. hehe.... "
"Jangan terlalu capek dong kerjanya, kamu jaga kesehatan dong Sayang, aku gak mau kalau kamu sampai sakit, " ujar Rio sambil menggenggam tangan Rania erat, dan di sambut oleh kekasihnya yang juga menggenggam jemarinya erat dan tersenyum sambil mengangguk. Keduanya saling menatap mesra dan dalam, bahkan untuk sesat lupa sedang berada di sebuah Restoran. Sayangnya saat-saat yang indah itu terganggu dengan datangnya hidangan mereka yang membuat keduanya tertawa bersama seketika, karena harus melepaskan genggaman tangan di atas meja.
Usai makan malam yang hangat dan saling berbagi cerita tentang hari-hari yang mereka lalui masing-masing, sepasang kekasih yang semakin mencinta itupun pulang ke rumah Rania.
*
"Kamu mau langsung pulang aja atau?"
"Aku mau ngomong sama Mama Papa bentar Sayang, mereka belum tidur kan jam segini?"
"Paling juga lagi nonton tivi, ya udah aku panggilin yah. Tapi tumben kok Kamu mau ngomong sama mereka? Emang mau ngomongin apaan?"
"Mau ngomongin soal lamaran lah Sayang .... "
"Oh ... mau ngomo ... Apa?! LAMARAN? Lamaran Siapa?"
"Kamu pertanyaannya aneh deh, yaa lamaran aku buat kamu lah! Masa buat Tetangga Kamu? dasar amnesia!" Kembali Rio mengacak rambut kekasihnya yang makin terlihat menggemaskan dengan mata bulatnya yang menatapnya heran dan tak percaya.
"Tapi, kamu kok gak bilang apa-apa sama aku sebelumnya? Atau ... tadi? Ya, tadi waktu kita makan malam? Kenapa kamu gak bilang sama aku? Terus cincin? Bunga? Kue? atau Kertas? Tulisan will you marry me gitu gak ada?" tanya Rania panjang lebar pada kekasihnya yang hanya menatapnya bingung.
"Kan ini udah mau bilang? Langsung ke Papa sama Mama? Cincin? Kan belum sekarang lamaran resminya? Kue? Coklat? Kertas? Aku harus siapin itu dulu? Kamu mau nikah gak sih sama aku?"
"Yah mau lah. Mau banget malah. Tapi kok nggak ada kejutannya gitu Sayang?"
"Iya deh nanti aku siapin, tapi sekarang aku mau ngomong sama Papa dan Mama dulu."
"Gak spesial lah, kan udah aku tahu!"
"Papa sama Mama setuju Nak, jadi kapan Orang Tua Kamu kesini?" tanya pak Hamid yang datang dengan istrinya sambil tersenyum melihat tingkah Putri tunggal mereka yang semakin lucu dengan wajah terkejutnya.
"Papa ... Mama ... pasti menguping yaa? Gak lucu ih masa gini lamarannya aku?"
"Jadi kamu mau nikah atau mau ngelawak? Kalo mau ngelawak ya udah aku mundur deh!" ujar Rio yang bertingkah seolah sedang merajuk dan bersiap untuk pergi. Rania yang memang sangat polos itu langsung menahan tangannya.
"Mau, aku mau nikah sama kamu. Gak apa-apa deh lamarannya gak spesial, yang penting nikahnya sama kamu."
Mama Papanya dan Rio yang mendengar pengakuan Rania yang putus asa itupun langsung tertawa seketika, yang juga membuat Rania ikut tertawa. Mereka berempat tertawa lepas dan bahagia, sebahagia Rania yang tidak menyangka lamarannya akan sesederhana ini, namun terasa bermakna dan istimewa.
SELESAI
---------------------------
Rabu, 29 April 2020
Terimakasih telah membaca novel ini, jika suka mohon dukungannya dengan like, rate dan vote yaa… biar author lebih semangat nulisnya🤗. Serta tolong sampaikan kritik dan sarannya juga jika ada kesalahan dalam penulisan. Di tunggu dalam kolom comentarnya yaa… happy reading😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jhi Yho
bikin senyum-senyum sendiri endingnya Thor
2020-10-23
1
Cinta
lebih simple sbnrnya lbih romantis sih... mnurut aku🤭☺️☺️
2020-10-22
4
Yhan Thie
se simple itu yg namanya bhagia... Aku setuju Thor
2020-07-27
2