Setelah melalui perjuangan panjang dan berat, akhirnya kini Aku bisa memilikimu di sisiku. Tak ada lagi penolakan halus dari mulut manismu yang terasa pahit di telingaku.
Masih segar dalam ingatan bagaimana tersiksanya Aku yang hanya bisa
memandangmu … -- dari dekat -- Ya, Aku selalu ada di sampingmu, namun yang tampak di mata indahmu hanya Adi Sahabatku.
Ada sedikit sesal dalam dada, saat Ku tahu bahwa ternyata Kau dan Dia memiliki rasa yang sama. Karena Aku yang mengenalmu lebih dulu…lebih lama ... -- sepuluh tahun -- dari Adi yang Ku kenalkan Padamu baru lima bulan yang lalu.
Lupakah Kau siapa yang selalu ada di depanmu, saat Kau diperlakukan buruk oleh Keluarga yang telah mengangkatmu menjadi Anak? Kau di bawah ke Rumah oleh Keluarga yang hanya menganggapmu sebagai Asisten Rumah Tangga di Rumah ini yang telah Ku tempati sejak Aku lahir? bagaimana mungkin Kau bisa dengan mudah melupakannya.
***
Kehadiranmu di Rumah mungkin telah membuatku dibenci oleh keluargaku, namun aku tetap bahagia. Bahagia bisa bersamamu, bisa melihat senyumanmu, hingga tanpa sadar semua rasa yang kumiliki untukmu berubah menjadi harap.
Entah sejak kapan rasa yang ada semakin besar dan bertumbuh setiap saat, Aku ingin memilikimu. Namun saat Kuungkapkan semua asa yang ada, hanya penolakan yang ku dapat.
“Maafkan aku Angga, Aku hanya menganggapmu sebagai seorang Kakak selama ini. Tak akan mungkin rasa itu berubah jadi perasaan yang lain!" ucapmu kala itu, dengan matamu yang mulai basah dengan air mata. Kau mengucapkan kalimat yang menghancurkan hatiku.
“Tapi aku bukan Kakakmu Cinta, Kita tak Sedarah. Walau bagaimanapun Aku tetaplah orang lain!” dengan putus asa Kucoba meyakinkanmu kala itu.
“Bagiku tak akan bisa berubah. Terlepas apakah Kita berdua sedarah atau tidak, Kau tetap Kakak terbaik untukku. Kau yang selalu melindungiku, bahkan dari Keluargamu sendiri. Aku tak ingin kehilangan sosok itu, Kakakku .... " dengan semakin terisak Kau menggenggam tanganku yang terasa semakin dingin.
Meski berat, pada akhirnya Aku hanya bisa berucap, “Baiklah, jika memang itu keputusanmu. Tapi Aku masih tetap berharap Padamu, tolong pandanglah Aku sebagai seorang Pria. Aku akan pastikan untuk selalu Melindungimu dari Apa pun dan dari Siapa pun yang mencoba untuk Menyakitimu!” dengan semakin putus asa Aku mencoba untuk meyakinkanmu yang saat itu tak bergeming dalam isak tangismu. Kau semakin menangis dalam pelukanku ... sebagai seorang Adik.
***
Seiring berlalunya waktu, ikatan antara Kita semakin kuat. Tak ada perubahan yang berarti dalam setiap tutur kata dan sikap manjamu atas pernyataanku sebelumnya. Seakan Kau coba meyakinkanku, dan Kuanggap sebagai penegasan bahwa memang Aku harus menyerah dengan Perasaanku.
Semua baik-baik saja … Bagimu, tapi tidak Untukku! Aku semakin tersiksa, karena nyatanya di mataku Kau tetaplah orang yang Kucintai, bukan cinta sebagai Kakak dan juga bukan hanya cinta sebatas kata, seperti namamu.
Aku yang tumbuh dengan cinta yang besar untukmu, tak pernah membiarkan Kau bertemu dengan Orang-orang terdekatku yang mungkin bisa merenggutmu dariku.
Hingga tanpa sadar Aku lupa pada Adi Sahabat kecilku, yang sudah lama tak berjumpa karena pendidikannya di Luar Negeri. Dengan bodohnya Aku mengenalkanmu padanya, yang tentu saja membuat Ia langsung terpikat pada wajah sendu milikmu yang selama ini mampu meneduhkan hatiku yang sering emosi dan kadang hilang kendali atas perlakuan Keluargaku pada Dirimu.
Wajah sendu Milikmu yang selalu bersemu merah saat bertemu Adi, caramu menatapnya yang seakan tak menyadari kehadiranku diantara Kalian. Begitupun Adi yang selalu tersenyum hangat Padamu, memperhatikan setiap gerakmu dengan tatapan teduhnya. Semua itu menyadarkanku, bahwa Aku telah kehilanganmu. Tepat di depan mataku sendiri.
Hatiku hancur berkeping-keping saat Kau dan Dia meminta Izinku untuk hidup bersama selamanya. Aku hanya bisa menangis dalam hati, namun bahagia melihat senyum manismu kala itu. Senyum yang hanya bisa Kurindukan dalam setiap malam-malam kerinduan, yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi sepiku.
***
Tapi cerita pilu itu kini telah usai Cinta, sekarang Kau adalah milikku. Kita lupakan masa lalu yang pahit itu, nyatanya Aku yang mendapatkanmu seutuhnya. Tak ada lagi yang bisa memisahkan Kita, termasuk Adi.
Bicaralah Cinta, katakan tentang perasaanmu kini! Aku ingin mendengar suaramu yang Syahdu di telingaku saat Kau memohon untuk Melepaskan Adi kekasih hatimu yang kini telah terbaring kaku di gudang bawah tanah yang sudah tak terpakai lagi. Entah sampai kapan Dia akan di sana. Aku tak perduli dan tak mau tahu.
Ayo bicara cinta! jangan hanya diam saja. Bicaralah seperti saat Kau memohon padaku untuk memaafkanmu, mengiba untuk diberi kesempatan kedua dengan putus asa.
Seandainya saja Kau mau membuka hatimu sedikit saja untukku, mungkin ceritanya akan berbeda.
Seandainya saja Kau berpaling dari Adi dan datang dalam pelukanku, mungkin sekarang Pria yang baik hati itu sedang tersenyum ceria di tempat yang hangat. Bukan terbaring di Gudang yang dingin dan tak berpenghuni.
Tapi semua sudah terjadi, jangan salahkan Aku yang telah melakukan semua ini. Berulang kali Aku mencoba membuat hatimu tergerak untuk menerima cintaku, namun berulang kali pula Kau menolakku dan malah meminta untuk Ku lepaskan.
Kini Aku memang melepaskanmu Cinta! Kulepaskan semua Ego dan Perasaanmu bersama Nyawamu dari Raga yang kini terbujur Kaku di sampingku. Bicaralah Cinta ,,, BICARA!!! JANGAN DIAM SAJA ....
SELESAI
-‐------------------------
Terimakasih telah membaca novel ini, jika suka mohon dukungannya dengan like, rate dan vote yaa… biar Author lebih semangat nulisnya🤗
Serta tolong sampaikan kritik dan sarannya juga jika ada kesalahan dalam penulisan. Ditunggu dalam kolom Komentarnya yaa… happy reading😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
dhapz H
ternyata ceritanya sekali baca langsung tamat
2021-09-14
0
Yustin
Cintanya beneran diam...
2020-10-18
1
Jhi Yho
Psiko...
2020-10-18
3