Perawat yang ada di depan Rizki sekarang adalah Arunika, Gadis pertama dan hingga hari ini menjadi satu-satunya yang bisa membuat hati Rizki berdebar saat melihatnya.
Alasan mengapa Rizki sangat menyukai Matahari Terbit yang merupakan arti dari nama Arunika (dalam bahasa Sansekerta, Arunika adalah Matahari Terbit) meski hanya bisa mengagumi dari jauh. Karena Rizki merasa belum pantas untuk mendekati Gadis yang populer di SMA ini.
Selain Runi (panggilan Arunika) Cerdas, ia juga memiliki wajah dan penampilan seperti Aktris Korea Selatan Bae Suzi. Pantas saja jika banyak yang menaruh hati pada Runi, termasuk Rizki.
Namun dari sekian banyak Siswa yang mengagumi Runi, Rizki adalah satu-satunya yang tidak pernah berusaha mendekatinya. Justru ia mencoba sebisa mungkin menjaga jarak, karena merasa tak pantas dengan Arunika.
Setelah sekian lama tak mendengar kabar tentang Runi, kini Gadis itu ada di depannya. Tak menentu debar jantung Rizki, melihat Gadis yang selalu dirindukan itu. Kini tengah tersenyum pada Bapaknya sambil memberikan semangat pada Bapak agar segera pulih.
Hal inilah yang menjadi alasan utama Rizki mengagumi Gadis ini, karena hatinya yang lembut dan baik terpancar dari raut wajahnya yang bersih dari polesan makeup apapun. Kini Rizki hanya bisa tertunduk malu, tak bisa mengadapinya. Rizki semakin sadar akan kekurangannya, mereka berdua bagai Langit dan Bumi sekarang.
"Ki, Kamu Rizki kan?" suara Aruni sontak mengagetkan Rizki dari lamunannya. Dengan pelan Ia pun mengangkat wajahnya, dan menatap Gadis yang kini tengah tersenyum hangat padanya. Terpaksa Pria yang sekilas mirip dengan Park Seo Joon ini, turut tersenyum.
"I ... Iya ... Aku Rizki," dalam hati Rizki merasa sangat malu dengan Dirinya, yang salah tingkah di depan Arunika. Terutama pada Bapaknya yang kini tengah tersenyum melihat sikap Rizki yang tenang, bisa berubah segugup itu.
"Apa kabar Ki? Kamu masih ingat Aku gak? Ini Aku, Runi --Arunika-- ... Teman SMA Kamu ...." sambil menjulurkan tangannya pada Rizki, yang hanya bisa menjabat tangan Gadis itu dengan perasaan yang makin tak menentu.
"Kabarku baik, dan ... Iya Aku masih ingat Kamu ... Runi .... " mencoba untuk lebih tenang Rizki menjawab Aruni yang kini tampak gembira.
"Baiklah jika ada waktu, Kita bisa ngobrol nanti kan? Kondisi Bapak Kamu juga semakin membaik, jika terus dijaga seperti ini Insya Allah Bapak bisa pulang dalam beberapa hari ini," ucap Aruni pada Rizki yang hanya bisa mengangguk menjawabnya.
Setelah itu Arunika juga langsung berkata pada Pak Rahman, sambil tersenyum tulus, "Bapak, semoga cepat sembuh ya Pak ... Ada Rizki yang selalu setia menemani Bapak di sini, jadi Bapak harus lebih semangat lagi untuk bisa sembuhnya ... " Pak Rahman hanya bisa membalas dengan anggukan dan senyuman hangatnya.
"Hampir lupa, ini Ki kartu nama Aku. Kalo ada perlu, atau ada waktu luang Kamu bisa hubungin Aku," sambil menyerahkan Kartu Nama pada Rizki, yang sekali lagi hanya bisa mengambil kartu tersebut dengan kaku. Dan akhirnya yang bisa Ia ucapkan hanya, "Terimakasih."
Setelah pamit pada Pak Rahman dan Rizki, Arunika pun pergi ke ruangan pasien yang lain. Ruangan Rawat Inap yang di tempati Bapak Rahman memang untuk empat Pasien, namun saat Pak Rahman dirawat hanya ada dua Pasien. kebetulan Keduanya sudah pulang kemarin, tinggallah Pak Rahman sendiri di Ruangan ini.
Sepeninggal Arunika Pak Rahman menatap wajah Anaknya, yang kini sudah mulai terlihat normal kembali. Tampak jelas Anak Sulungnya ini, sangat gugup dan salah tingkah saat berbicara dengan Arunika. Hal yang belum pernah ia lihat dari Rizki yang selama ini tenang dalam situasi apapun, menyadarkan Pria yang sudah banyak makan asam garam kehidupan ini apa yang tengah dirasakan Putranya.
"Jika Kamu yakin, perjuangkan Nak! Bapak mendukungmu," ungkap Pak Rahman pada Rizki yang kini kembali menemukan ketenangan dirinya lagi. Dan kembali menyuapkan dua suapan bubur terakhirnya, setelah memberi Bapaknya minum Rizki pun langsung bertanya, "Maksud Bapak?"
Pak Rahman hanya tersenyum mendengar pertanyaan Putranya, yang terdengar lucu di telinganya, "Kamu tidak bisa membohongi Bapak, terutama diri Kamu sendiri. Semua sikap dan tatapan Kamu tadi sudah menjelaskan semuanya Nak. Arunika Gadis yang baik dan perhatian, Dia selalu menanyakan Kamu. Bapak hanya belum sempat saja memberitahukan pada Kamu langsung, tanyakan pada Adikmu Riska. Sepertinya Mereka cukup dekat. Selama ini Runi bertugas mengecek kondisi Bapak saat kamu sedang ke luar dan digantikan Riska."
Rizki terhenyak sesaat mendengar penjelasan Bapaknya, "Jadi selama ini Arunika sering bertanya tentang Aku? Kenapa? Mungkin ... Ah tidak ... Dia kan memang baik, itu hanya pertanyaan biasa tentang Teman SMAnya. Yah sepertinya begitu!" batin Rizki sambil memandang kartu nama Arunika yang kini tengah digenggamnya.
"Kamu itu Pria baik, dan juga sudah cukup umur untuk bisa mencintai seorang Gadis. Bapak mengerti kekhawatiran Kamu, tapi Bapak sangat yakin Kamu bisa mewujudkan mimpimu Nak. Semua mimpi Kamu. Termasuk untuk bisa bersama Arunika!" kembali Pak Rahman mencoba meyakinkan Rizki yang mulai terlihat ragu.
"Tapi Pak, Rizki sadar Diri. Siapa Rizki dan Siapa Arunika. Kami bagaikan Langit dan Bumi. Rasanya semua ini mustahil untuk diwujudkan Pak."
"Istighfar Nak. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Bawa semua dalam Doa dan Ikhtiar Kamu. Serahkan segalanya pada Sang Penentu Keputusan. Jadi Petani bukan pekerjaan yang memalukan, ini juga pekerjaan Halal. Kamu pantas malu jika Kamu Mencuri atau Menipu Orang Lain. Bapak lihat sepertinya Arunika juga memiliki Perasaan yang sama dengan Kamu. Tapi tak mungkin Dia yang Berjuang, sedangkan Kamu sudah menyerah. Itu bukan Rizki yang Bapak kenal. Putra Bapak seorang Pejuang bukan Pecundang yang menyerah sebelum berjuang!" sambil menggenggam tangan Putranya, Pak Rahman memberikan keyakinan pada Rizki yang kini bangkit dari duduknya dan langsung memeluknya erat.
"Terimakasih Pak. Maafkan Iki yang sudah terpedaya dengan rasa minder atas Diri ini Pak. Rizki janji akan bekerja lebih giat lagi ... Tapi Bapak janji untuk sembuh yaa Pak, demi Putra Putri Bapak. Rizki sayang Bapak ... " kini keduanya menangis terharu, dengan disaksikan sepasang mata yang tengah menatap nanar di balik pintu, tanpa sepengetahuan Bapak dan Anak yang kini semakin larut dengan perasaan Mereka.
***
Setelah menerima perawatan intensif selama empat belas hari, Pak Rahman sudah diperbolehkan pulang ke Rumah. Rawat Jalan tepatnya. Terlihat jelas kebahagian di wajah Mereka berempat. Bapak akhirnya bisa pulang, Arunika juga turut menemani. Setelah menyelesaikan semua biaya Admnistarsi Rumah Sakit, Mereka pun pulang ke Rumah.
Sambil tetap merawat Bapaknya, bersama Riska dan Randa secara bergantian. Rizki akhirnya bisa melanjutkan pekerjaannya yang sempat terbengkalai, namun tak ada penyesalan dihatinya. Karena merawat Bapak lebih penting dari apapun. Saat tengah membersihkan Ladangnya, handphone yang ia letakkan di Gubuk kecilnya berbunyi. Tanda seseorang sedang menelpon, segera Rizki menghentikan aktifitasnya.
"Assalamualaikum .... " suara di seberang, itu suara seorang Gadis. Setelah memastikan sebentar, Rizki melihat nomer yang tengah menghubungi sekarang belum terdaftar dalam kontaknya.
"Waalaikumsalam .... " jawab Rizki akhirnya.
"Maaf, apa benar ini nomer hapenya Rizki?"
"Iya, Saya sendiri ... Ini dengan ...-" ragu Rizki bertanya, karena sebenarnya ia sudah bisa menebak Sang Pemilik suara.
"Ini Aku Ki, Arunika ... Maaf, Aku ganggu Kamu ya?" tanya Gadis itu terdengar ada kekhawatiran dari suaranya.
"Tidak Runi, Aku tidak sedang sibuk sekarang. Ada apa Kamu menelponku?" ucap Rizki sambil mengedarkan pandangannya pada Ladang yang sementara terhenti pengerjaannya.
"Aku ... emm ... Bisa gak Kita ketemuan? Ada yang mau Aku bicarakan dengan Kamu. Penting!" jawab Arunika di Seberang masih dengan suara yang terdengar khawatir.
"Baiklah ... Kapan?"
"Sekarang! Kamu bisa Ke Tempatku Ki?"
"Kamu dimana sekarang?"
"Akan Aku kirimkan Alamatnya. Segera datang ya Ki. Aku tunggu!"
"Baik, Akan Aku usahakan."
Panggilan telepon berakhir setelah keduanya saling mengucapkan Salam. Tak lama kemudian, Arunika mengirimkan Tempat pertemuan mereka. Rizki menghembuskan nafasnya yang terasa tercekat di tenggorokan. Entah kenapa perasaannya tak tenang sekarang. Ada apa dengan Arunika? Mengapa Dia terdengar khawatir dan gelisah? dan masih banyak pertanyaan lainnya yang berkelebat dalam Kepalanya kini ...
BERSAMBUNG...
--------------------------
Terimakasih telah membaca novel ini, jika suka mohon dukungannya dengan like, rate dan vote yaa… biar Author lebih semangat nulisnya🤗 Ditunggu dalam kolom Komentarnya yaa… happy reading😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jhi Yho
semoga gk sad yaa endingnya
2020-10-26
0
Ayaka
Nyesek aku Thor...
2020-07-27
1
Yunus
Kasian bapaknya..
2020-06-12
0