11. MEMORIES (Part 3)

"Li, Kamu kenapa?" tanya Dewi dan Riana pada Lili yang terlihat tak tenang.

"Lili takut Kak ... " dengan wajah yang sudah terlihat hampir menangis, Lili menatap kedua Gadis yang berdiri di hadapannya.

"Takut kenapa Li?" tanya Riana pada Lili, cerita dong ke Kami. Ya kan Wi?" sambil melirik pada Dewi yang langsung menganggukan kepalanya tanda setuju.

"Tapi Kak Ri dan Kak Dewi jangan marah yaa ... emm ... sebenarnya Lili kemari gak minta izin sama Orangtua Lili Kak. Sepertinya Mama sudah tahu jika Lili kemari bukannya di kozt ... " dengan suara yang sedikit pelan Lili menjelaskan keadaannya pada Riana dan Dewi yang sudah dianggapnya seperti kakak.

"Maksudnya? Li, Kamu kok gak jujur dari awal sih? Sekarang gimana? Kita sudah jauh lo ini ... Kalo tahu dari awal Lili gak minta izin, Kita gak bakal maksa Lili buat ikut .... " dengan sedikit kalut Riana menjawab pengakuan Lili yang memang cukup mengejutkan itu.

"Justru karena itu Kak, Lili gak ngasih tahu ke Kakak dan Teman-Teman semua agar Lili bisa ikut kemari. Jika Lili pamit pada Ibu juga, gak akan di izinin ... makanya Lili nekat Kak .... "

"Tapi sekarang Kamu sudah membuat keadaannya semakin buruk Li, Orangtua Kamu akan lebih marah lagi jika tahu Kamu ada di sini .... " Dewi juga mulai merasa panik.

"Sekarang Ibu beneran sudah tahu kak ... tadi Ibu nelpon Lili, dan ... dan ... Ibu ... sangat marah .... " dengan mulai terisak Lili menjelaskan pada Riana dan Dewi yang semakin kaget dengan pengakuannya.

"Ya Allah Li? Kenapa Kamu baru bilang sekarang? Ya udah sekarang sebelum masalahnya tambah runyam, mending Kita kasi tahu ke Kak Badai aja. Siapa tahu Kak Badai punya solusinya," pungkas Dewi pada akhirnya, meski tahu keadaannya tidak benar-benar akan lebih baik.

Segera mereka bertiga keluar dari kamar tidur untuk mengatakan masalah ini pada kak Badai yang sedang berbincang dengan teman-teman yang lain di teras.

Saat Dewi dan Riana tengah menjelaskan masalahnya pada Badai secara bergantian, tiba-tiba hape Lili berbunyi. Melihat dari ekspresi wajahnya yang tegang, semua yang ada di situ langsung tahu siapa yang menelpon dan membuat suasana jadi semakin tegang dan sunyi. Semua terdiam dan mematung di tempat. Kak Badai segera memberi isyarat pada Lili untuk mengangat telephone genggamnya dan menyalakan speakernya.

"Lili, pulang Kamu sekarang! Ibu kecewa sama Kamu, sekarang Kamu sudah jadi pembangkang! Sudah bisa berbohong pada Ibu! Katanya Kamu ada di Kost, tidak bisa pulang ke rumah karena ada tugas! Pulang sekarang Lili!" semua yang ada di situ mendengarkan suara ibu Lili di seberang sana semakin tegang, kini mereka tahu persis keadaannya seperti apa.

Kak Badai langsung meminta handphone Lili untuk bicara langsung dengan ibunya, "Maaf Buk, perkenalkan saya Badai, sebelumnya saya benar-benar minta maaf atas kesalahpahaman ini ... Kami ....-"

"Saya tidak mau tahu dengan urusan kalian, yang Saya tahu Putri Saya harus pulang saat ini juga!" belum selesai Badai bicara langsung di jawab oleh Ibu Lili.

"Tapi itu sangat sulit Buk, sekarang sudah malam dan jarak tempuh dari sini cukup jauh ke rumah Ibu. Besok pagi, Kami janji akan segera mengantarkan Lili pulang ke rumah Ibu. Sekali lagi kami mohon maaf buk .... "

"Baik, jika memang tidak memungkinkan untuk Putri Saya diantarkan sekarang, Saya akan tunggu besok pagi! Tapi Saya juga sekaligus mau menegaskan untuk tolong jangan pernah lagi mengajak Lili ikut dengan semua kegiatan bisnis Kalian. Semenjak Dia bergabung dibisnis ini, Lili jadi Anak yang pembangkang dan suka berbohong pada Saya. Jika setelah ini Saya mengetahui Lili masih ikut dengan kegiatan kalian, Saya tidak akan segan untuk melaporkan kejadian ini pada jalur hukum!"

"Baik Buk ... Kami janji .... "

"Saya akan sangat berterimakasih jika Anda semua menepati janji ini ... " tampaknya Ibu Lili sudah tak terlalu marah lagi, "Saya rasa semua sudah jelas, sekarang saya ingin bicara dengan Lili"

Badai pun segera menyerahkan handphone pada Lili. "Ya Buk?... "

"Li, Kamu sudah dengar semua kan? Kamu tahu Ibu tidak pernah bercanda dengan ucapan Ibu kan?"

"Iya Buk ... "

"Ibu melakukan ini semua untuk masa depan kamu Li, tolong mengerti dengan perasaan Ibu. Meski Ibu dan Bapak ini hanya Petani sekarang dan mungkin selamanya akan seperti ini. Tapi kamu tahu betul, jika Bapak kamu punya relasi yang baik dengan orang-orang penting. Dulu hidup kita seperti apa Kamu juga tahu kan? meski Kamu masih kecil, tapi setidaknya Kamu pernah merasakan kehidupan kita sebelumnya dari hasil berbisnis. Dan kini Bapak dan Ibu lebih tenang dengan keadaan kita di Desa. Jauh dari orang-orang yang hanya baik di depan, namun menusuk dari belakang. Jadi tolong yaa Sayang, Kamu berhenti dari aktifitas yang sekarang ... ibu mohon .... " ada isak tangis di seberang sana, Lili merasakan kesedihan Ibunya. Begitupun mereka yang mendengar ungkapan hati sang ibu, hanya bisa diam dan turut sedih.

"Iya Buk, maafkan Lili .... " hanya itu yang bisa terucap.

Usai menutup panggilan telepon dari Ibunya, Lili hanya bisa menangis. Semua berkumpul dalam diam dan dengan pikirannya masing-masing. Beruntung semua agenda mereka di Kampung ini sudah usai. Namun, mereka tahu jika sekarang salah satu keluarga akan pergi. Malampun berlalu dengan cerita pilu dalam setiap hati yang kini sulit untuk terlelap.

***

Semenjak kejadian di rumah Riana, keadaan perlahan berubah. Semangat itu, cerita tentang mimpi-mimpi itu mulai menghilang. Masa kontrak rumah sederhana yang mereka tempati habis, seolah menegaskan bahwa perpisahan itu pasti. Hanya tinggal beberapa dari mereka yang kadang bertemu, sekedar untuk bercerita tentang aktifitas masing-masing.

Badai yang dulu begitu semangat dan memutuskan untuk seratus persen menjalankan bisnis ini, kini telah menemukan pekerjaan baru yang lebih menjanjikan. Riana dengan kehidupannya yang semakin tak terarah, seolah berjalan tanpa kompas. Tak tahu arah tujuan. Dewi dengan hidupnya yang semakin berwarnah, Ibu Dian yang memulai usaha gorengannya dan semua anggota keluarga dalam bisnis mereka yang sudah tak ada kabarnya lagi.

Namun ketiga Gadis yang seperti saudara itu akhirnya bisa bersama lagi. Dewi, Riana dan Lili. Mereka mencoba bangkit kembali, Lili memutuskan untuk menjalankan bisnisnya dengan sembunyi-sembunyi dari orangtuanya dan berhasil. Ia tidak ketahuan, semua baik-baik saja. Mereka bertiga bahkan mulai membuka usaha membuat pernak-pernik untuk pesta pernikahan, menjadikan ikatan ketiga gadis ini semakin kuat.

Menghabiskan waktu bersama, berbagi kisah satu sama lain dan tertwa bersama karenanya. seperti itulah kehidupan yang mereka jalani bersama ... beberapa bulan lamanya ... karena setelah itu, kembali mereka terpisah ....

Lili memilih menjalani kehidupannya dengan teman-teman baru, entah bagaimana terjadi kesalah pahaman diantara mereka bertiga. Yang membuat jarak antara mereka semakin jauh, terlampau jauh untuk dikejar.

Berbeda halnya dengan Riana dan Dewi yang tetap bersama, bahkan Riana yang menemani Dewi saat menyelesaikan study, dan Dewi yang selalu ada di samping Riana hingga ia menikah. Dewi jugalah yang turut mempersiapkan pernikahannya.

Sebelumnya Lili adalah jadi satu-satunya sahabat Riana dalam suka dan duka. Mereka saling mendukung mimpi yang coba kembali dirajut, namun semua kembali hancur karena kesalah pahaman yang mereka sendiri tidak tahu awalnya bagaimana. Itulah yang lebih menyakitkan, seperti sakit yang tak ada obatnya. Sulit untuk disembuhkan, meskipun ingin.

Komunikasi antara Riana dan Dewi tetap terjalin, meski jarak yang ada semakin jauh dengan kesibukan masing-masing dan dengan kehidupan rumah tangga mereka. Bertukar cerita lewat udara adalah satu-satunya cara, namun cukup ampuh untuk saling menyapa.

Untuk Lili, hanya masalah waktu saja. Amarah yang sempat membuncah di dada, menguap bagaikan debu yang menghilang kala terkena tetesan air. Tak bersisa, amarah itu berubah menjadi rindu akan sahabat lama. Namun tak tahu harus bagaimana ....

FLASH BACK OFF

Setelah melihat aplikasi biru di hape pintarnya, Riana menyadari ada sosok yang dikenalnya. Lili, si adik kecil diantara dirinya dan Dewi. Sebelum jarinya menekan tombol pada handpone, satu pesan masuk dari Lili,, yaa Lili mengiriminya pesan.

[Kak, apa kabar?] tanpa terasa cairan bening keluar dari matanya kala membaca deretan huruf di layar handpone pipih miliknya.

[Baik, Kamu apa kabar]

[Baik Kak, Lili minta maaf untuk semuanya Kak ... Kak Ri mau kan maafin Lili?] tangisan itu semakin tak tertahan.

[Iya Li ... Kakak juga minta maaf yaa ....]

Terharu, bahagia, dan sedih ... entah ada berapa jenis perasaan lagi yang keduanya rasakan saat ini. Segera mereka melakukan panggilan video, hanya bisa tersenyum untuk menutupi mata merah mereka yang jelas telah meneteskan banyak air mata di sana. Keduanya tahu itu, terlalu tahu untuk berpura-pura tidak tahu.

Semua kisah persahabatan antara Dewi, Riana Lili dan mungkin ada banyak kisah persahabatan lainnya yang entah berawal dari hal apa bisa mulai terbentuk, namun bisa retak karena sebqb yang mereka sadari atau tidak.

Tapi percayalah selama tak ada kepalsuan di dalamnya, selamanya akan tetap terukir indah dalam Memories ....

SELESAI ....

-----------------------

Kamis, 14 Mei 2020

(untuk semua sahabatku di manapun berada🥰)

-------------------------------

Terimakasih telah membaca novel ini, jika suka mohon dukungannya dengan like, rate dan vote yaa… biar author lebih semangat nulisnya🤗. Serta tolong sampaikan kritik dan sarannya juga jika ada kesalahan dalam penulisan. Di tunggu dalam kolom comentarnya yaa… happy reading😊

Terpopuler

Comments

Yustin

Yustin

tetnyata itu yang terjadi... jadi terharu bacanya

2020-10-23

1

Jhi Yho

Jhi Yho

ikut terharu aku...

2020-10-23

0

Cinta

Cinta

kangen kalian my friend...

2020-10-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!