Akhirnya bulan yang dinanti telah tiba, bulan yang penuh Berkah dan Pengampunan. Bulan yang hanya ada sekali dalam setahun, selalu menyisakan kisah haru dan bahagia di dalamnya. Dan inilah kisahku di Ramadhan tahun ini, sebagai pengingat untukku nanti.
Biasanya setiap memasuki bulan yang suci bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia ini, terdengar kebahagiaan di mana-mana. Termasuk di Desa tempatku tinggal, akan sangat terasa suasana saat memasuki Bulan Puasa.
Sejak Aku masih kecil, Bulan Puasa adalah Bulan berkumpulnya Sanak Saudara. Saat Kakek dan Nenekku masih ada, biasanya semua Anak dan Cucu berkumpul di rumah Kakek. Bermain bersama Sepupu yang sebaya dan kebersamaan saat Sahur dan Berbuka bersama adalah hal yang paling menyenangkan kala itu.
Biasanya pula Kami akan jalan kaki keliling Kampung setelah Shalat Subuh, menikmati sejuk dan indahnya pemandangan di Kampung Kakekku. Tak kalah serunya adalah moment menanti buah mangga jatuh dari pohonnya yang tumbuh di sekitar rumah, Aku selalu rajin mengumpulkannya untuk kemudian kami nikmati bersama, atau kadang jika berlebih akan dibagikan pada tetangga. Ah, sungguh indahnya masa itu.
Saat memasuki masa Sekolah, Bulan Puasa artinya libur panjang untuk Kami Anak-Anak Desa yang bisa tertawa lepas karena hal sederhana. Bisa dipastikan Anak-Anak SD kala itu pasti hafal betul kapan hari pertama Puasa, dan kapan Hari Raya.
Meskipun sebagian besar Warga di Desa memelihara Ayam, namun bukan berarti makan Ayam adalah menu harian Kami. Justru hanya di moment-moment tertentu Kami bisa menikmati hidangan dengan menu Ayam. Salah satunya adalah hari pertama Puasa.
Semua Orangtua mulai sibuk menangkap Ayam sejak siang atau sore hari, para Ibu mulai berbelanja. Di malam hari Ibu-ibu mulai sibuk menyiapkan bumbu dapur untuk memasak, benar-benar ramai di Desaku.
Aroma Wangi dari berbagai macam masakan yang penuh dengan bumbu, memenuhi udara malam. Memanjakan penciuman semua Insan yang lewat. Malam pertama Tarawih juga tak kalah pentingnya, khusus untuk Desaku Tarawih disahur pertama agak larut. Karena harus menunggu para Imam dan Pemangku Adat selesai melaksanakan rapat di Kabupaten mengenai pelaksanaan Bulan Suci Ramadhan.
Semua hal indah itu benar-benar masih terekam dalam ingatan, bagaimana penuhnya Masjid-Masjid yang tadinya agak kosong dari Jamaah, bagaimana ramainya jalanan Desa saat Subuh, bagaimana Syahdunya Ayat-Ayat Suci di lantunkan.
Setiap saat semua terasa Syahdu. Hingga tahun kemarin semua masih terasa, terlebih saat Aku sudah menjadi seorang Isteri. Menyiapkan makan sahur dan berbuka untuk Suami adalah hal yang terasa berbeda, namun selalu membahagiakan untukku.
*
Kali ini semua tak sama lagi, semua rasa haru itu berganti pilu di hati. Banyak yang terpisah dari Keluarga, tak ada lagi Jamaah yang memenuhi Masjid-Masjid, tak ada lagi lantunan Syahdu Ayat Suci Al-Qur'an, tak ada lagi suasana ramai selepas Shalat Subuh, semua sudah tak ada. Hanya kesunyian dan rasa sesak di dada, kala mengingat Saudara, Ayah, Ibu, Anak bahkan Suami/Isteri yang jauh dari pandangan.
Sama seperti diriku yang harus melewati malam pertama Sahur tanpa Papa yang sudah menghadap Ilahi lebih dulu tiga bulan yang lalu. Semua terasa berbeda tanpa Papa, terutama untuk situasi saat ini yang mengharuskan Shalat di Rumah.
Tak ada Imam di rumah, karena Papa telah pergi untuk selamanya. Suamiku juga tak ada di sampingku sekarang, ia pulang ke Kotanya. Karena ada urusan yang tak kalah pentingnya, namun Siapa sangka ia tak bisa pulang. Untuk menjagaku, menjaga dirinya dan keluarga kami.
Semua benar-benar berbeda, namun harus dijalani, hanya bisa berharap semoga 'Pandemi' ini segera berakhir. Agar semua Tempat Ibadah bisa terisi lagi, agar lantunan Ayat Suci bisa terdengar lagi, agar jalanan bisa ramai
lagi, agar Silaturahmi terjalin dengan lebih indah bukan hanya lewat udara.
Untukmu yang kini sedang terpisah dengan Sanak Saudara, semoga tetap kuat, selalu sehat dan selalu Berdoa agar segera dipertemukan dalam pelukan hangat dan senyum di wajah.
Untukmu yang sedang Sakit, semoga cepat sembuh dan bisa menikmati hari tanpa rasa sakit lagi dan berkumpul dengan Orang Terkasih dalam canda tawa.
Untukmu yang sedang berjuang di garis depan, para Tenaga Medis dan yang sedang mengamankan perbatasan, tetaplah kuat dan sehat. Jika tak ada Anda semua, Kami harus bagaimana? Maafkan Kami yang sudah membebani Pahlawan yang hebat seperti Anda yang berkorban jauh dari Keluarga untuk Raga yang lain. Maaf dan Terimakasih ....
Cepat sembuh Bumiku, Tetaplah kuat semuanya. Semoga semua ini cepat berlalu, dan semoga Kita bisa lebih menghargai waktu dengan Orang Terkasih ....
Jum'at 24 April 2020
--------------------------
Terimakasih telah membaca novel ini, jika suka mohon dukungannya dengan like, rate dan vote yaa… biar author lebih semangat nulisnya🤗. Serta tolong sampaikan kritik dan sarannya juga jika ada kesalahan dalam penulisan. Di tunggu dalam kolom comentarnya yaa… happy reading😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pandemi berhasil memisahkanku dgn istri, selain jg hal yg membawa keegoisan hingga anak2 menjadi korban perpisahan orang tuanya.. 😢😢😢
2025-02-26
0
kalea rizuky
q baca di taun 2025 Thor
2025-02-15
0
Jhi Yho
semoga segera berlalu
2020-10-23
1