Cahaya namanya, Gadis lugu yang sedang galau karena ditinggal pergi sang kekasih. Setidaknya itulah yang bisa Aku lihat dari setiap postingannya pada akun sosial media yang sering Aku ikuti. Sudah sekitar seminggu ini Aku menjadi followernya, selalu aku comment setiap statusnya. Hal yang sudah biasa Aku lakukan untuk menghibur Gadis-gadis yang sedang patah hati. Setelah itu tentu saja Aku akan menghilangkan penderitaan mereka ... selamanya.
Hari ini adalah hari pertamaku mulai bertegur sapa langsung secara pribadi lewat aplikasi hijau, setelah mengikuti aktifitasnya di dunia maya selama dua bulan lebih. Waktu yang cukup lama hanya untuk mendapatkan kontak pribadinya, tapi tak mengapa justru hal inilah yang membuatku makin semangat.
Dari sekian banyak gadis yang kudekati, terus terang Cahaya adalah yang paling sulit untuk ditaklukan. Sudah banyak koleksi Gadis yang dengan mudah terbujuk rayuan manisku, ditambah lagi dengan penampilanku yang memang terbilang keren ini, Gadis manapun akan mudah tertarik padaku.
***
[Pagi Cahaya, apa kabar?] pesan singkatku di aplikasi hijau untuknya pagi ini, hal yang sudah menjadi rutinitas baru yang kujalani hampir sebulan ini hanya untuk menaklukan hatinya.
[Pagi, kabarku baik] jawaban yang sama juga untuk kesekian kalinya. Aku hanya tersenyum membacanya, tunggu saja Cahaya Aku pasti bisa meluluhkan hatimu yang keras bagaikan baja itu.
[Hari ini Kamu ada acara gak?].
[Gak ada. Kenapa?] yes, akhirnya Dia sudah mulai bertanya balik. Setidaknya ada kesempatan untukku.
[Ketemuan yuk? Aku penasaran ingin kenal Kamu lebih dekat. Gimana? Ini jadi pertemuan yang pertama dan terakhir kita, kalo Kamu gak nyaman saat ketemu Aku, gak akan pernah Aku ganggu Kamu lagi.] sudah diread tapi belum ada tanggapan. Santai, Aku menikmati saat menunggu jawabannya dengan melihat koleksi berharga di ruang rahasia milikku ini sambil tersenyum.
[Besok saja. Kalo Kamu mau, datang saja ke rumahku] what? Gak salah ini? Langsung manggil ke rumah aja. Gadis ini memang tidak biasa.
[Kamu yakin langsung nyuruh Aku ke rumah Kamu? tapi Kita kan belum pernah ketemu sebelumnya?] coba masang teknik tarik ulur dulu, sambil mencari tahu apa maunya Gadis 'unik' ini.
[Aku tidak suka jalan ke luar. Kalo kamu serius ingin kenal Aku lebih dekat, Aku tunggu di rumahku. Jika mendekatiku hanya untuk main-main saja lebih baik jangan pernah bertemu.] sekarang dia malah menantangku, jadi makin tak sabar untuk membawamu ke sini Cahaya ...
[Baik, Aku akan ke rumahmu besok. Karena Aku benar-benar serius ingin mengenalmu lebih dekat. Jadi alamat rumahmu di mana?]
[Aku akan share locasi nya ke Kamu. Datang jam tujuh malam. Aku tunggu!] tak lama pesan berikutnya masuk yang berisi alamat rumahnya.
[Okay, Aku akan ke rumahmu besok. Tepat jam tujuh malam] hanya di read. Tapi bagiku itu sudah cukup.
Kembali Aku melihat koleksi berhargaku di ruangan yang hanya Aku yang tahu keberadaannya ini.
Lisa, Gadis lugu yang ku kenal dua tahun lalu. Adalah koleksi pertamaku, Aku masih ingat dengan jelas bagaimana ia dengan suka rela datang ke rumahku. Tentu saja setelah melancarkan aksi rayuan mautku, dengan mudahnya ia meminum ramuan spesialku yang bisa membuatnya lupa akan rasa sakit hatinya untuk selamanya. Yah, Aku menambahkan racun mematikan di minumannya.
Dengan bermodalkan pengetahuanku tentang seni patung lilin, dan terinspirasi dari sebuah film holywood house wax jadilah Lisa patung cantikku di ruangan ini.
Enam bulan setelahnya aku kembali berburu Gadis yang patah hati, tentu ada kriteria lain yang harus dipenuhi. Gadis itu haruslah hidup sendiri, jauh dari keluarga. Soal kematiannya, untukku yang sukses di Bisnis Properti ini bukanlah hal yang sulit.
Vania adalah koleksi keduaku. Empat bulan setelahnya Rara gadis manis yang tak sengaja kutemui di salah satu Pub tengah mabuk berat, kutuntunlah dia pulang ... ke rumahku. Koleksi ketigaku ini benar-benar tanpa rencana, tapi aku tetap menikmatinya.
Saat aku membuat karya seni indah ini secara perlahan, di iringi musik klasik yang mengalun indah, tanganku yang terampil ini mulai memoles tubuh semampai gadis yang tak berdaya ini jadi patung yang sangat indah.
Korban keempatku Rasti gadis lugu ini awalnya menolak untuk ku ajak kemari, namun seperti biasa setelah ku ajak jalan dan belanja barang mewah dengan mudahnya kembali ia datang ke rumahku dan jadi koleksi patung cantikku yang kelima.
Kelima koleksiku ini terpajang dengan rapih dalam ruanganku, mereka adalah Gadis bodoh yang dengan mudah melupakan orang yang membuat mereka menangis, hanya karena bujuk rayu pria yang terlihat sempurna di mata mereka.
Kini aku mengabulkan permintaan mereka untuk hidup bersamaku selamanya, tanpa rasa sakit lagi. Tiba-tiba adrenalinku terpacu membayangkan koleksiku yang keenam besok akan terisi. Cahaya ... tunggu sebentar lagi, Kau akan ada disini ....
***
Jam tujuh malam tepat Aku sudah ada di sini. Sebuah Rumah bergaya klasik minimalis, sederhana tapi elegan. Terus terang selama mengikutinya di media sosial Aku tak tahu tentang pekerjaannya, tapi tak masalah selama dia memenuhi kriteria untuk jadi koleksiku. Ah, sekali lagi Aku semakin tak sabar membawanya ke 'Ruangan Rahasiaku'.
Setelah menekan bel rumah, Aku pun menunggu di depan pintu dengan jantung berdebar. Untuk pertama kalinya Aku merasa segugup ini, alasannya tentu Aku tak tahu kenapa. Tak lama Ku dengar langkah kaki mendekat ke pintu.
Ceklek ... Pintupun terbuka dan ... Seorang Gadis tinggi semampai dengan rambut panjang dan wajah yang tetap cantik meski tanpa polesan makeup sama sekali berdiri di hadapanku. Jantungku serasa semakin berpacu, sial kenapa Aku bisa merasa segugup ini bertemu dengannya? batinku kala melihatnya.
"Hei, kok bengong? Kamu Ray kan? Kenalkan aku Cahaya," suaranya yang renyah di telingaku, menyadarkan lamunan bodohku. Ku terima uluran tangannya dan tersenyum kaku. Entahlah separah apa tampangku sekarang, Aku hanya tak habis fikir dengan kenyataan yang kuhadapi sekarang. Bayangan tentang Gadis polos dan naif itu hilang entah kemana.
"Kok bengong lagi? Ya udah, masuk yuk!" Cahaya langsung menggandengku ke dalam Rumah.
"Kamu beneran Cahaya?" tanyaku setelah duduk di kursi empuknya, masih dengan kurang yakin.
"Iyalah Aku cahaya ... Kamu gak yakin sama Aku karena?..."
"Semuanya ... setahu Aku, Kamu penampilannya gak ... "
"Secantik ini? Harusnya Aku terlihat polos dan pemalu gitu? Hey come on ... Aku tuh udah move on tahu ... kan Kamu yang selalu semangatin Aku untuk bisa bangkit dan melupakan masa laluku.. Kamu lupa apa gimana?" dengan santai ia menjelaskan padaku yang hanya bisa kujawab dengan anggukan.
"Ya udah sekarang daripada Kamu makin bengong gak jelas, Aku ambilin minum dulu deh. Panas atau dingin?"
"Terserah Kamu aja deh" jawabku sambil tersenyum.
"Okay tunggu bentar ya, Aku buatin dulu."
Sambil menunggu Cahaya menyiapkan minumanku, Aku hanya bisa ... entah, lega mungkin. Berada di dekatnya, Aku serasa tersihir dengan pesona yang belum pernah Ku rasakan sebelumnya.
Saat Aku masih sibuk menenangkan diri, Cahaya datang dengan minuman dalam gelas kacanya. Karena rasa gugup yang kurasakan belum hilang, segera Ku teguk minumannya hingga habis. Cahaya hanya tersenyum memandangku. Peduli amat dengan tatapannya, apapun yang terjadi Aku sudah putuskan untuk tetap membuatnya jadi salah satu Patung cantikku.
"Aku bisa numpang ke kamar kecil?"
"Tentu, lurus saja ke belakang ruangan paling Pojok."
Segera aku beranjak ke arah yang dijelaskan Cahaya tadi, sambil menyusun rencanaku yang harus berhasil malam ini juga. sebuah sapu tangan telah kusiapkan untuk nanti kugunakan menyekap mulutnya yang terlalu banyak bicara itu dengan obat bius yang sudah siap dikantongku.
Saat masuk ke ruangan paling pojok sesuai dengan arahan Cahaya, Aku pun hanya bisa tersentak kaget dan menutup mulutku.
Ini ... yang ada di hadapanku bukanlah ruangan Kamar Mandi, melainkan sebuah Ruang yang penuh dengan lemari kaca yang di dalamnya berisi Kepala Manusia yang sudah di bekukan.
Semua kepala itu adalah Kepala Pria. Jumlahnya sangat banyak, tak sempat Aku menghitungnya. Karena tenggorokanku seakan tercekat, nafasku semakin memburu, semakin sulit aku bernafas, pandanganku perlahan mulai meredup, saat semakin tak berdaya perlahan Ku rasakan sentuhan jemari di wajahku.
Cahaya sedang tersenyum menatapku, senyum yang sama dengan bayanganku di cermin kala melihat korbanku sekarat ... dalam sisa nafasku Aku hanya bisa berkata ... Ca ... Ha ... Ya ...
SELESAI
--------------------------
Terimakasih telah membaca novel ini, jika suka mohon dukungannya dengan like, rate dan vote yaa… biar author lebih semangat nulisnya🤗. Serta tolong sampaikan kritik dan sarannya juga jika ada kesalahan dalam penulisan. Di tunggu dalam kolom comentarnya yaa… happy reading😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jhi Yho
ini sadisnya gk ktebak
2020-10-26
0
Yustin
haduh... bgtu yaaa...
2020-10-23
0
Imey
Ngeri Thor
2020-10-23
1