A Fan With A Man
Siapapun mengenal gadis manis tinggi semampai dengan rambut ikal sebahu menjuntai bergelombang milik Meila. Dengan perempuan disebelahnya, dia berlari-lari kecil menuju kantin begitu mata kuliah kedua selesai. Perutnya terasa lapar memukul-mukul rongga lambungnya ingin segera minta diisi.
"Tunggu gue Mei, cepet-cepet banget sih." sambil merengut, Airin berlari-lari kecil berusaha mengikuti langkah sahabatnya dengan kaki sedikit terseret.
Meila yang mendengar ucapan Airin hanya sedikit melirik dan mengukir senyum tipis di bibirnya.
Tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai ke tempat tujuan dimana mereka akan memanjakan perut dengan berbagai macam menu lezat.
"Lo kan tau kalau udah jam segini perut gue gak bisa di ajak kompromi. Lo mau perut gue sakit?" Sambil mendudukkan bokongnya di kursi yang kosong sambil meletakkan tas nya di atas meja samping tangan kirinya.
"Ya gak usah lari lari kayak tadi gitu dong, yang ada malah perut gue yang sakit." sungut Airin memarahi Meila. Sedangkan gadis yang di marahi hanya memasang senyum sedikit memperlihatkan gigi rapinya.
"Makanya isi perut dulu biar perut lo gak sakit." sekali lagi Meila hanya memberikan senyuman manisnya dan sedikit menaikkan alisnya pada Airin.
"Emang lo gak sarapan tadi pagi? sampe keliatan nya laper banget, Mei?" Airin memiringkan kepalanya ke arah Meila sambil menaikkan alisnya penuh tanya.
Meila yang mendengar pertanyaan Airin hanya tertawa dan menggelengkan kepala nya geli.
"Sarapan, lah.. lo kan tau kalo tiap pagi bi inah selalu buatin gue sarapan. Sekarang kan udah siang, lo ngerti kan maksudnya siang? Makan siang, Rin... Lunch!" Meila menegaskan kata "lunch" pada Airin seperti menjelaskan pada anak umur lima tahun.
"Tapi gue heran sama lo, badan lo langsing-langsing aja sih, meski ngemil juga. Gak mikirin diet pula. Kalo gue boro-boro, berat badan cepet banget naiknya. Sampe gue stress ngatur pola makan gue."
Meila yang mendengar ocehan Airin hanya bisa menggelengkan kepala dan tertawa dengan tingkah lucu sahabat nya ini. "itu tuh masalah lo! Lepasin aja, rin. gak usah stress. Stress itu salah satu faktor utama pola makan gak teratur. Coba lo cari kegiatan lain, kayak baca Novel, komik, nonton kartun. Jangan lupa juga olahraga, sama tidur jangan kemaleman. Lo sih begadang mulu"
Airin yang mendengar ceramah sahabatnya hanya merengut dan menopang dagunya dengan sebelah tangannya.
"Yaudah buruan lo mau makan apa? biar gue yang pesenin." tanya Meila.
"Sekalian traktir dong..??" goda Airin pada Meila.
"Beresss..." Meila yang sudah terbiasa dengan godaan Airin tidak merasa tersinggung. Dia hanya tertawa sambil mengangkat jempolnya tanda setuju.
Mereka menikmati santapan makan siang bersama dengan nuansa kantin yang mulai ramai oleh pengunjung mahasiswa lain. Tidak jarang mereka juga berbincang sambil bersenda gurau bersama menikmati angin sejuk tanda akan turun hujan.
Semua orang tau Meila hanya tinggal berdua saja dengan bi inah, seorang asisten rumah tangga yang sudah bekerja sejak Meila dilahirkan. Di tambah seorang tukang kebun yang tidak tinggal menetap di rumahnya. Kesibukan orang tuanya memang membuat Meila terpisah jarak dengan mereka. Tapi itu tidak membuat Meila menjadi anak yang susah di atur ataupun terlibat pergaulan bebas.
Meila sangat memahami batasan, mana yang harus diambil dan mana yang harus di jauhkan. Oleh karenanya, kedua orang tua Meila tidak khawatir meninggalkannya seorang diri ke Luar Negeri dengan memberikan tanggung jawab mengurus diri sendiri tanpa syarat. Mereka percaya bahwa putrinya akan tau apa batasannya.
Mata kuliah ketiga telah selesai. Meila bersiap-siap menata buku dan merapikan kemudian memasukkannya ke dalam tas. Jarak antara kampus dan rumahnya sekitar 30 menit, itupun tanpa macet. Hari ini dia menggunakan taksi dari aplikasi untuk menjemputnya.
Dia memasuki pintu gerbang besar diapit dengan pepohonan rindang hingga membuat pejalan kaki merasa teduh.
"Non, udah pulang?" Bi inah menghampiri majikan kecilnya sambil berlari-lari.
"Iya, bi. Dosen cuma ngasih tugas tadi." jawab Meila sambil mengukir senyum dan sang bibi membalas anggukan tanda mengerti.
"Non Mei mau langsung mandi atau santai-santai dulu? biar bibi langsung siapkan." tanya bi inah meyakinkan.
"Langsung mandi aja, bi. Tadi sedikit gerimis soalnya." jawab Meila.
"Siap non, bibi akan siapkan." Bi inah menganggukan kepala pamit untuk menyiapkan keperluan Nonanya.
Meila menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2 rumahnya. Sebagai putri satu-satunya di keluarga Wiguna memang tidak membuatnya pongah. Dia malah berfikir itu adalah tugas berat yang harus di jaga. Oleh sebabnya, Meila tidak pernah meletakkan nama belakang keluarganya pada nama lengkapnya. Karena dia tidak mau dikenal oleh orang banyak karena nama 'Wiguna' yang disandangnya.
Meila telah selesai mandi. tubuhnya terasa segar dan ringan. Dia berjalan menuju kamarnya sambil seskali bersenandung kecil. Dia memilih mengenakan pakaian casual rumahan yang nyaman.
Meila mengecek social media miliknya, salah satunya facebook. Salah satu aplikasi social media pertama yang Meila punya pada zamannya.
Suara pesan notifikasi direct message mengalihkan perhatiannya. Membuatnya mengerutkan alis tapi tak luput dari rasa ingin tahu.
Siapa yang mengirimiku pesan ?
Hatinya bertanya-tanya. Dia membuka pesan masuk yang berada si sudut kanan atas. Ada sebuah nama yang dia kenal tapi tak pernah memperhatikan secara detail profilnya. "Dimas Alexsander", nama yang mengiriminya pesan.
"Hi.. boleh kenalan? Oiya, sebelumnya mungkin kita berteman tapi tak pernah saling menyapa." Ucapnya tak lupa memberikan tanda emoji.
"Hi, salam kenal sebelumnya. Boleh kok.. Oh ya? maaf aku gak pernah memperhatikan." jawab Meila sungkan sambil memberikan tanda emojinya.
"Anyway.. boleh minta nomor telepon kamu? Biar bisa bicara lewat telepon secara langsung?" Meila mengerutkam dahinya.
Hah?! Baru first introduce udah minta nomor hape gue? kenal juga baru, saling kenal sebelumnya juga nggak?
"Maaf aku gak bisa kasih nomor ke orang yang baru dikenal. Karena aku juga gak terbiasa berkomunikasi lewat telepon." Meila memberikan alasan yang menurutnya masuk akal agar tidak menyinggung dan tidak lupa juga meletakkan emoji nyengirnya.
"Ooh. Ok. Maaf sebelumnya. Terimakasih.." jawab Dimas singkat.
Reaksi Meila juga cukup membuat kaget. Ada rasa sedikit kesal tapi sedikit penasaran dengan jawaban si pria. Diketuknya foto profil, namun tidak muncul. Lalu Meila mencari nama melalui pencarian tapi tidak muncul juga.
What?!! langsung di blocked ? gue di blocked ? Seorang Carmeila Queenza Wiguna di blocked seorang pria melalui akun facebook ? Ya Tuhan... apalagi ini ?Ini aneh... sungguh aneh!
Pikirannya langsung di gayuti rasa ingintahu yang berlebih. Meila sadar, tidak ada yang bisa di lakukan olehnya kecuali si Pria yang bernama 'Dimas Alexsander' lah yang membatalkan blocked akunnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Meli_Melati
hallo kakak yang ganteng and cantik jangan lupa y buat mampir di karya aku yang judulnya " Bersama Denganmu menuju pelaminan "
2020-04-21
1
Memey
semangat thor💪👍
ijin promo, mampir di ceritaku
"Sorry my heart"
jangan lupa Like & coment
saran & kritik memantu perkembangan cerita selanjutnya😊
2020-04-20
1
Leilaa Abdillah
Thank so much all.. i will come to yours to read your story 😊😊😊
2020-04-07
1