Mobil itu membawa mereka ke pusat taman kota yang cukup ramai. Dipadati dengan hiruk pikuk manusia yang sedang berolahraga bersama keluarga, teman atau sahabat mereka, atau sekedar bercengkrama di sepanjang bangku taman untuk bersantai dan menghirup udara segar. Meski diberlakukan car free day, namun tetap ada jalur khusus untuk kendaraan berlalu lalang.
Mata Meila mengerling takjub atas pemandangan yang memang berhasil memanjakan matanya secara langsung. Oh jelas, ia memang sering berolahraga meski hanya sekedar jogging disekitar taman komplek rumahnya. Tapi, melihat banyak orang berkerumun seperti itu ditambah dengan taman cantik dengan parkir yang cukup luas itu menambah sisi indah di matanya.
Namun, bukan taman kota itu yang menjadi tujuan Dimas mengajak Meila bersamanya. Melainkan sebuah toko kue berlantai 2 dekat dengan sisi taman. Tapi rupanya Meila belum juga menyadari keberadaan toko itu, mungkin karena memang banyaknya lalu lalang orang yang berjalan santai sehingga yang terfokus disana hanya sekumpulan orang berjalan yang dapat langsung dipandang mata.
Dimas tak bisa menahan senyumnya ketika ia melirik ke arah Meila yang sedang memasang ekspresi takjub seperti anak kecil yang di ajak berwisata ke tempat bermain oleh orang tuanya. Sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan paling lambat, ia mencari lahan parkir yang aman sekaligus mudah agar nanti jika mereka keluar dari area taman tersebut tak membuat mereka lama mengantri panjang dengan pengunjung lainnya.
"Ngeliat ekspresi kamu yang kayak gitu, kayaknya kamu belum pernah kesini?"
Mendengar suara disampingnya, Meila tersadar jika ia sedang bersama Dimas. Ia menoleh dan memasang senyumannya yang paling indah sebelum akhirnya ia menjawab dengan nada penuh antusias. "Iya kak..." sambil mengarahkan pandangannya ke kanan dan kiri. "...baru hari ini. Perdana! Aku gak tau malah kalo ada taman seindah dan seluas ini."
Dimas memutuskan memarkirkan mobilnya dibawah pohon ketapang kencana besar yang rimbun. Begitu ia melihat lahan parkir yang ia kira aman, tanpa pikir panjang lagi ia langsung memarkirkan mobilnya. Karena memang tempat parkir itu dekat dengan pintu keluar taman dan juga tak perlu repot-repot mengantri dengan pengunjung lain.
"Tapi, tujuan kita sekarang bukan taman ini,." Dimas menarik rem tangan dan membantu membukakan seat belt yang dipasang Meila. "...tapi, toko disebelahnya." kemudian menunjuk ke arah toko kue yang belum di jamah oleh mata bening nan polos Meila dan setelahnya mengalihkan matanya lagi ke arah Meila.
Saking dekatnya wajah Dimas, membuat Meila salah tingkah dengan kedekatan mereka. Pipinya sedikit merona akan perlakuan Dimas padanya yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Oh jelas, Dimas menyadari itu. Namun ia tak mau menggoda gadis di depannya itu dengan berlama-lama menyudutkannya dengan tatapan sedekat itu. Ada saatnya nanti untuknya menggoda Meila, tapi saat ini, hari ini, ia akan berbaik hati membuat suasana hati gadis itu bergembira.
Dengan masih menatap kaku, Meila dikejutkan dengan telapak tangan Dimas yang mendarat dikepalanya menghadiahkan usapan lembut seperti mengusap kepala anak kecil. Dengan wajah menahan malu, Meila sedikit memalingkan pandangannya ke samping melihat betapa manisnya senyum pria didepannya itu.
Oh My God.. gue lagi gak baper, kan? kenapa masang senyum kayak gitu sih? ck... kesel deh!
●●●
"Wow.. Kak, aku gak tau loh kalo ada toko kue di sekitar sini."
Ucapnya dengan nada takjub yang kental ketika mereka memasuki sebuah pintu kaca dengan sisi-sisi kayu mengkilat nan lembut dipenuhi gorden rumbai berwarna pink pastel di tiap kacanya.
Dimas tertawa ringan dibarengi gelengan kepalanya. Toko kue langganan mamanya itu memang cukup lama tak ia kunjungi semenjak orang tuanya memutuskan ke luar negeri mengurus bisnis keluarganya.
Mereka sampai di dua buah etalase kaca besar dengan sisi sebelah kiri berisi kue-kue kering dan sisi satunya lagi berisi penuh macam-macam kue tart yang langsung memanjakan mata pengunjung ketika melihatnya. Hal itu berhasil, membuat mulut Meila sedikit terbuka karena takjub dibuatnya.
Seperti pelayanan ditoko-toko pada umumnya, dengan sigap, salah satu assistent manager menghampiri posisi mereka berhenti dan memberi salam dengan penuh sopan mensejajarkan posisinya dengan Dimas dan Meila.
Entah asisten manajer itu yang tidak mengenali atau memang tak melihat wajah Dimas ketika masuk tadi, sang asisten hampir terkejut begitu melihat Dimas yang ternyata datang ke toko. Dengan memasang penuh ekspresi, penuh keterkejutan, Asisten manajer bernama 'Bram Hermawan' itu berhasil mengeluarkan suaranya yang lidahnya sempat kering karena menganga cukup lama tadi.
"Loh, mas Dimas? udah lama banget baru kesini lagi."
Dimas tersentak mendengar suara orang yang tak asing ditelinganya. Ia langsung menoleh, dan memasang raut wajah ramah seperti biasanya sambil menjabat tangan dan memegang bahu Bram.
"Ah! ya, Bram.. Saya baru sempet banget dateng kesini. Gimana toko? rame kayak biasanya?"
Melihat percakapan antara Bram dan Dimas membuat Meila bingung, dari percakapan mereka berdua menandakan bahwa mereka sudah mengenal begitu lama sebelumnya.
"Mau pesen kue seperti pesanan ibu, mas? Atau mau kreasi lain?" Bram berusaha menawarkan dengan sikap sopan.
Sambil melirik ke arah Meila yang memasang wajah bingung, Dimas akhirnya memutuskan, "Hmm kebetulan, hari ini saya mau semua varian cheese cake, dan selebihnya take away."
Dan benar saja, kebingungan Meila berubah menjadi membelalakkan mata begitu mendengar kata 'cheese cake'. Bukan hanya itu, bukan satu jenis tapi berbagai varian cheese cake akan masuk ke perutnya. Membayangkan betapa lembut dan lumer ketika di mulut saja susah membuat alir liurnya menetes. Apalagi jika benar-benar mendarat di lidah dan meluncur ke tenggorokan pasti akan sangat lezat.
Sedikit melirik ke arah Meila, Dimas lagi-lagi tak mampu menahan senyumnya. Ia bahkan sudah menahan diri untuk tak menggodanya, tapi bahkan dengan sedikit diberi makanan manis saja rupanya sudah membuat eksprsi gadis polos didepannya ini begitu menggemaskan.
"Baik, mas. Akan saya siapkan segera. Dan akan saya antarkan ke tempat Anda secepatnya."
Sambil membalikkan tubuh penuh hormat, Bram melangkah memasuki pantry dan menginstruksikan kepada chef untuk mempersiapkan pesanan Dimas.
"Kita duduk disana..." sambil menunjuk ke sudut ruangan dan mengiring langkah Meila untuk mengikutinya.
●●●
Lidahnya sedang berpesta begitu kue manis lembut sedikit rasa asin dengan irisan buah segar dan selai berwarna cerah memasuki mulutnya. Kali ini Meila mengawalinya dengan strawberry cheese cake sesuai keinginan pertamanya tadi sebelum Dimas mengajaknya ke toko itu.
Bebagai varian dan rasa cheese cake ada di depan matanya. Dengan berbagai topping menggoda yang memanjakan mata membuat Meila tak henti-hentinya mengunyah. Meila bukan tipe cewek yang memperhatikan diet, karena mau makan sebanyak apapun, berat badannya akan tetap proporsional karena ia selalu menyeimbangkan dengan sayur-sayuran dan buah-buahan.
Berbanding terbalik dengan Dimas yang tak begitu menyukai makanan manis, ia hanya memesan cappucino kesukaannya dengan sedikit gula dan creamer. Baginya, dengan memperhatikan Meila yang sedang mengunyah dengan gembira sudah sangat menyenangkan.
Ketika Meila tersadar, ia sudah menghabiskan 3 piring dessert kecil dengan 3 rasa berbeda. Dan sekarang ia sedang memulai dengan rasa ke empat yaitu, blueberry cheese cake. Ditatapnya Dimas dengan ragu dan penuh rasa malu. Saking takjubnya tadi, ia tak sadar kalau sudah makan begitu banyak. Bukan karena calorie yang tertimbun ataupun masalah diet, tapi ia memikirkan pandangan Dimas terhadapnya melihat betapa lahapnya ia akan cheese cake.
"Kamu.. gak pesen kak? cuma kopi aja? Atau mau cobain punya aku?" Dengan malu-malu, Meila besuara berusaha berbasa-basi menawarkan sambil menyodorkan sepiring cheese cake pada Dimas. Nada suaranya sedikit tersekat karena menahan malu.
"Enggak," sambil menggeleng tipis dan senyum lembut, Dimas menjawab tawaran Meila dengan bijak. "...Aku gak terlalu suka makanan manis. Lagian ngeliatin kamu makan, udah berasa kayak makan yang manis kok." Dimas mengerlingkan matanya sambil memasang senyuman termanisnya. Lagi lagi ia memperlihatkan lesung pipinya yang tersembunyi pada gadis di hadapannya itu.
Sikap Dimas membuat pipi Meila memerah menahan malu namun sekaligus melambung. Ia tak tau apa yang terjadi padanya hari ini. Harinya begitu menyenangkan, bukan karena hari libur tapi karena suasana hati dan moment yang tercipta pada hari itu yang tak bisa di petakan dengan hanya kata-kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments