Terjadi lagi

"Masih ada setengah jam lagi. Cukup buat sarapan!" Ucap Meila yang sedang menatap jam dinding kamarnya sambil memasukkan buku ke dalam tas. Tak lupa ia juga memasukkan beberapa berkas tugas yang diminta oleh Rendy semalam guna pengumpulan data untuk mengkoordinir kemudian disinkronkan dengan data digital yang ada di laptop.

Meila menuruni anak tangga dengan santai. Pagi ini memang cukup cerah, jadi ia memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri. Beberapa kali ia terlihat mengambil kaca kecil dari sisi saku tasnya untuk mengecek apakah make-up yang ia pakai hari ini cukup untuk menutupi matanya yang sedikit membengkak akibat drama adegan tangis menonton film semalam.

Ya, setelah membaca pesan yang ia terima dari Dimas semalam, dengan perasaan yang tak karuan, jantung yang berdegub kencang dan pipi yang kembali merona karena menahan malu, tanpa aba-aba bayangan adegan ciuman mereka terlintas kembali ketika di taman kemarin. Akhirnya, Meila memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dengan menonton film turki favoritnya.

Meila menjatuhkan bokongnya pada kursi meja makan yang langsung terhubung dengan dapur. Di depannya telah siap berbagai macam roti dan beberapa jenis selai terpisah untuk ia padu padankan dengan suka hati. Tak lupa juga segelas coklat hangat kesukaannya. Tanpa mengulur-ulur waktu, Meila mengambil selembar roti tawar dan memoles dengan selai strawberry kemudian langsung menikmati sarapannya dan menyesap coklat hangat sampai tandas.

"Bi, aku berangkat ya." lapor Meila pada bi inah yang langsung di hampiri olehnya sambil menganggukan kepala. Meila keluar berjalan menuju halaman dan menghampiri mobilnya dengan senyum keriangan. Ya, sudah beberapa hari ia tak mengemudikan mobilnya.

Perjalanannya pagi itu tak semacet biasanya, kalau biasanya jika menggunakan taksi ia akan terjebak kemacetan, namun beruntung untuk kali ini. Ia menyetir sambil menyenandungkan irama musik yang ia putar dan memenuhi isi ruangan kabin mobilnya.

"Syukur deh gak semacet biasanya, kalo iya, pasti bakalan telat. Dan berkas yang disuruh bawa sama kak Rendy pasti bakal telat juga sampe ke tangannya." Meila menyerukan kalimat itu dengan geli, seperti sedang menertawakan dirinya sendiri.

●●●

Meila menginjakkan kakinya menuju koridor begitu ia telah memarkirkan mobilnya di bawah pepohonan rindang nan teduh. Tak lupa ia mengenggam berkas yang ia bawa untuk diberikan pada Rendy terlebih dahulu.

"Mei..." Suara panggilan dari kejauhan. Itu adalah suara Airin yang sedang berlari sambil terengah-engah seolah memang sedang mencarinya. Meila langsung menengok ketika hanya tinggal sejangkauan saja Airin menghampiri. Meila mengerutkan kening bingung ketika Airin yang telah berhenti dihadapannya sedang berusaha mengatur nafasnya dengan susah payah.

"Ada apaan, rin? kenapa lo lari-lari gitu?" tanya Meila penasaran.

"L-lo, lo ditunggu... ditunggu diruang senat sama kak Rendy. Ada yang gawat." Airin berusaha menjelaskan ditengah nafasnya yang mulai teratur.

Meila mengerutkan kening dalam, "gawat apaan, Rin? gue emang pengen ke sana ngasih berkas ini ke kak Rendy."

"Pokoknya buruan, Mei. Lo liat sendiri dan biar nanti kak Rendy yang jelasin. Gue capek nungguin lo dari tadi." tanpa menunggu sanggahan Meila yang masih memasang ekspresi bingung, Airin langsung menyeret Meila menuju ruang senat.

Ketika mereka sampai, sudah ada Rendy, Axel, Briant dan tak lupa juga Dimas dengan wajah tegang mereka yang semakin menambah kebingungan Meila. Atmosfer ruangan itu pun berubah seketika. Meila yang tak tahan dengan apa yang ia lihat, langsung mengeluarkan suaranya tak sabar.

"Ada apa? Kenapa kalian semua tegang?" tak sabar Meila bertanya. Berharap salah satu dari mereka ada yang menjawab.

"Ada kebocoran data yang keluar dari laptop kita. Sebagian data yang udah disortir tiba-tiba menghilang seakan dihapus dengan sengaja. Sebagai konsekuensinya, kita harus mendata ulang keseluruhan berkas dan menyinkronkan lagi dari awal." Rendy yang kali ini berusaha menjelaskan pada Meila.

"Hah, hilang? kok bisa? kemarin... aku cek masih ada, kak. Dan gak ada satupun dari data yang tersimpan itu keluar atau hilang." jelas Meila sambil mengingat kejadian terakhir kali ia melakukan pengecekan data harian menggunakan laptop itu. Tatapan para pria langsung tertuju pada Meila begitu mendengar kalau dialah orang terakhir yang menggunakan laptop. Seketika itu juga kecemasan langsung melingkupinya.

Mungkinkah mereka sedang... menuduhnya?

"Kalian semua... nggak lagi nuduh aku, kan? mengingat aku orang terakhir yang pakai laptop itu untuk pengecekan harian..."

"Nggak, dek! sama sekali enggak. Kakak cuma bingung kenapa data-data bisa hilang. Sedangkan nggak ada orang luar yang bisa sembarang masuk ke ruangan ini." Rendy dengan cepat menyanggah ucapan Meila begitu melihat kecemasan dalam matanya.

"Minimal berapa data yang harus terkumpul lagi, kak?" terlihat rasa bersalah di wajah Meila ketika berucap. Meski bukan dia, dan memang sama sekali bukan dia pelakunya.

Rendy menarik nafas dalam, "minimal 70% data harus terkumpul secepatnya." Rendy berusaha menimbang-nimbang sebelum akhirnya berucap kembali. "dan.... jangan sampai kejadian ini sampai ke telinga dosen pembimbing kita dan mengetahuinya, oke?" Rendy berusaha memberikan pengertian pada semua anggota tanpa ada satupun yang membantah.

Tampak Dimas dengan seksama menatap Meila seolah memberikan pengertian padanya. Dia yang berada di sisi Rendy tampak menganggukkan kepala tipis dibarengi dengan kedipan mata lembut yang ditujukan untuk Meila seolah memberikan kekuatan dan memberikan isyarat kalau semua akan baik-baik saja. Hal itu disambut oleh Meila yang langsung menangkap maksud dari isyarat Dimas. Ia lalu menjawab dengan memberikan senyuman tipis tanda mengiyakan.

"Tenang aja, manis. Kita semua percaya sama kamu. Disini gak ada yang nuduh kamu. Jadi, jangan terlalu diambil pusing, oke?!" Axel yang tak tahan akhirnya bersuara juga mengutarakan pendapatnya dengan nada sedikit menggoda pada Meila dan langsung ditanggapi Meila dengan senyuman tanpa kata.

"Terus, langkah pertama yang harus kita lakuin apa sekarang?" seru Dimas ingin tahu.

Rendy tampak sedikit berpikir sebelum akhirnya menjawab, "Kita harus mengumpulkan data sebisa kita. Ya, meskipun nggak sebanyak di awal, minimal sebagian bisa kita amankan, dan yang paling penting usahakan semua data ter-input dengan benar tanpa celah sedikitpun."

Rendy menarik nafas dengan gusar, "Oke guys, kalo gitu sampai disini dulu pertemuan kita. Kita lanjut nanti. Ingat, jangan bertindak yang akan mencurigakan orang lain." perintah Rendy dengan ultimatum dan seketika itu juga semua anggota membubarkan diri tanpa ada suara lagi.

●●●

Meila dan Airin jalan beriringan sambil berpikir keras siapa kira-kira yang dengan teganya membuat ulah.

"Mungkin gak sih pelakunya anak mahasiswa kampus kita?"

Airin yang memang ceplas ceplos, akhirnya tak sabar mengeluarkan pendapatnya yang sempat ia tahan sejak tadi.

"Rin... jangan nuduh sembarangan. Kita belum tau jelas siapa pelakunya." Meila mencoba menjelaskan pada Airin dengan nada mengingatkan.

Kemudian rasa bersalah kembali dirasakannya mengingat dialah orang terakhir yang menggunakan laptop tersebut.

"Tapi, rin. Gue juga ngerasa bersalah, karena gue yang terakhir pake laptop itu buat pengecekan harian kemarin lusa." sesalnya pada Airin. Pada saat itu juga perasaan tak enak menggayuti Airin, secara tidak langsung ia telah membuat Meila merasa tersudutkan karena ucapannya.

"Yaudah, Mei. gak usah lo pikirin. Lo liat kan tadi kak Rendy dan lainnya gak ada yang nuduh lo. Ya, mereka memang sedikit kaget, khususnya kak Rendy yang pemegang tanggung jawab besar karena dia ketua senat. Tapi gue yakin kok, selebihnya akan bisa diatasi lagi." ucap Airin berusaha menguatkan Meila sambil merangkul dan mengusap punggungnya dengan lembut, "Percaya deh sama gue!"

"Oiya, hampir aja lupa. Tadi gue dapet kabar kalo dosen kita pak Wilson akan telat mungkin juga gak masuk." Airin memberikan informasi yang sempat tertahan tadi ketika dia mendapat kabar tak enak dari Briant begitu sampai di kampus. Senyumnya begitu merekah seperti anak sekolah dasar yang mendapati kabar bahwa guru tak datang untuk mengajar.

Meila memiringkan kepala sedikit tak percaya, "Oh ya?" dan langsung di jawab anggukan semangat oleh Airin. "Yaudah kalo gitu gue ke perpustakaan aja, nyari referensi Novel baru. Siapa tau ada yang bagus." jawabnya tak kalah antusias.

"Yaudah kalo gitu gue mau ke ruang dosen dulu ada urusan, mau ngasih tugas ini," sambil memperlihatkan tugas yang di bawanya pada Meila. "Lo duluan aja, entar gue nyusul." sambil menepuk bahu Meila perlahan setelahnya dia berjalan menuju ruangan yang ditujunya.

Melihat tingkah Airin membuat Meila menyunggingkan senyumnya dan kembali berjalan menuju perpustakaan.

Sampai terdengar suara langkah kaki menghampirinya dan berjalan beriringan dengannya.

"Mau kemana? perlu ditemenin, gak?" suara itu begitu khas di telinga, suara berat namun lembut dan mengandung nada perhatian didalamnya, sampai tak perlu dua kali untuk Meila meyakinkan.

Meila berusaha menoleh namun ternyata posisi Dimas terlalu dekat dengannya, sehingga dengan refleks Meila sedikit terkejut dan tersentak begitu kedekatan mereka tanpa jarak. "P-perpus... perpustakaan!" sambil tergeragap, Meila menunjuk ke arah perpus sambil berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup memukul-mukul rongga dadanya. Lagi, kekehan Dimas begitu renyah kali ini dengan lesung pipi mengembang dipipinya dan rahang tegas miliknya.

"Emang kak Dimas gak ada mata kuliah?" masih berusaha menetralkan perasaannya, Meila bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Tenang aja... aman." jawabnya dengan kedipan sebelah mata dan senyum misterius melingkupi bibirnya.

Hal itu malah membuat Meila salah tingkah. Entah kenapa ketika bersama Dimas, dirinya selalu dibuat seperti itu.

Berusaha membuang perasaan aneh yang melingkupinya, Meila memutuskan kontak mata antara mereka terlebih dulu, dan berjalan beriringan tanpa bertanya lagi.

Hal pertama ketika sampai di perpustakaan, Meila langsung melangkahkan kakinya menuju rak-rak yang menyusun Novel dengan berbagai genre didalamnya. Dan itu adalah spot ternyaman untuknya dimanapun ketika mengunjungi tempat sunyi seperti perpustakaan atau ruang baca. Dimas mengikuti kemanapun langkah Meila, sampai pada akhirnya ia bersuara,

"Kamu suka banget sama Novel?" sambil memiringkan kepala ke arah Meila yang telah berhenti pada genre bertema Romantis.

"Iya." sambil menyunggingkan senyumnya dan membolak-balik Novel yang ia pegang. "Kenapa kak? Kamu nggak suka, ya?" dengan cepat Meila menoleh, ingin tahu reaksi Dimas.

"Enggak dua-duanya." jawabnya singkat dengan senyum misterius.

Meskipun seperti kode, namun jawaban Dimas langsung bisa ditangkap oleh Meila. "Novel itu seru tau, kak. Membuat imajinasi kita bermain. Apalagi ketika menemukan jalan cerita yang gak bisa ditebak, itu jadi tantangan dan kesenangan kita sendiri, loh. Ya... meskipun nggak semua cerita di Novel bisa nyata seperti yang kita mau." jawabnya antusias. Hal itu memancing ide jail Dimas untuk lagi-lagi menggodanya.

"Kalo aku bisa bikin salah satu cerita seperti yang ada di Novel jadi nyata, gimana?" tanya Dimas dengan nada menggoda yang kental.

Meila menolehkan kepala dan terkekeh santai menanggapi ucapan Dimas. "Jangan bercanda deh, kak!" setelahnya ia terfokus untuk mencari Novel kembali.

Dimas yang sedang menyandarkan punggungnya santai pada lemari rak-rak buku langsung melangkah, memajukan dirinya, menggenggam tangan Meila, berusaha mengalihkan padangan Meila untuk beralih padanya, dan memepetnya hingga sedikit membentur dinding rak.

Jarak mereka begitu dekat, hingga sejangkauan saja. Bahkan mereka bisa saling merasakan hembusan panas nafas mereka masing-masing. Mata mereka saling bertemu, jantung Meila berdegup kencang, ditatap intens seperti itu membuat pipinya langsung merona. Dimas mengangkat tangannya dan mengeluskan jarinya ke pipi Meila yang halus dengan sentuhan lembut.

"K-kak Dimas... kita lagi di perpus," Meila sedikit berbisik cemas sambil melirik ke arah sekitar dengan waspada ketika merasakan bulu-bulu halusnya meremang begitu kontak kulit terjadi dan sentuhan jemari Dimas di pipinya. Namun, sepertinya Dimas tak menghiraukan kecemasan Meila.

"Cantik!" lagi, Dimas merapalkan satu kata layaknya mantra. Kemudian, tanpa aba-aba ia menangkup kedua tangannya ke sisi wajah Meila dengan lembut. Tangan Dimas terasa hangat di pipinya. Dimas semakin mendekatkan wajahnya pada gadis dihadapannya itu, kemudian menggesekkan bibirnya pada bibir Meila yang terasa sedikit bergetar.

Perlahan, dia mengecup bibir manis itu, ********** dengan lembut, dan berusaha tak menyakiti. Dimas merasakan jika gadis yang menerima cumbuannya sedikit kaget karena ciuman yang tiba-tiba, namun hanya beberapa detik saja Meila berusaha menguasai diri dan memegang tangan Dimas yang saat itu menangkup sisi wajahnya dengan tegas namun dengan kelembutan yang tak tertandingi.

Dimas melepaskan pertautan bibir mereka namun tak sepenuhnya menjauh. Kening mereka masih saling menempel sambil berusaha menetralkan nafas masing-masing yang tersengal. Tangan kekar itu masih menangkup wajah gadis yang habis dicumbunya, begitu juga gadis itu yang masih memegang tangan Dimas dengan erat sambil mengatur nafasnya.

Senyuman nakal membentuk di bibir Dimas ketika memandang gadis dihadapannya itu mengerutkan kening dalam sambil menarik nafas setelah beberapa detik mengatur irama detak jantung untuk meraih pasokan oksigen masuk ke paru-parunya. Perlahan Meila membuka mata dengan pipi merona begitu kontak mata terjadi, Dimas yang memasang wajah tak bersalah dengan kurang ajar sedang menunjukkan senyum manis menghipnotis yang selalu ia tunjukkan ketika bersama Meila.

"Gimana? seperti adegan di Novel-novel yang kamu baca itu, kan?" Dimas berbisik tepat didepan wajahnya dengan tatapan lembut dan menyisipkan nada menggoda yang kental.

Meila mengerucutkan bibirnya seiring dengan rona dipipinya yang sudah mulai memudar dan senada dengan kulitnya. Kemudian, mata Dimas tertuju pada bibir merah gadis yang baru saja dicumbunya, Dia mengusap bibir itu dengan lembut dan mengelus kepala Meila gemas dengan kekehan di bibirnya yang belum hilang.

"Astaga... bisa-bisanya gue diem aja dicium kayak gitu?

Dan... di perpustakaan pula. Airin... lo dimana sih? lama banget ke ruang dosennya. Please, gue gak bisa kalo harus ditahan berdua sama kak Dimas kayak gini. Gue nggak sanggup untuk.... untuk menolakny**a!" Meila berkata dalam hati ketika disudutkan dengan tatapan dan senyuman Dimas yang menghanyutkan.

Episodes
1 Via telephone
2 Cheerleaders
3 Tugas
4 Sibuk
5 Dompet
6 Bertemu
7 Pertukaran
8 Perkenalan
9 Tegangan
10 Kakak Cantik
11 Rasa Iri
12 Cheese cake ( part 1 )
13 Cheese cake ( part 2 )
14 Kencan
15 Pesan
16 Terjadi lagi
17 Konspirasi
18 Tiga Hari
19 Malu
20 Perhatian
21 Curiga
22 Pria-pria baik
23 Sebuah Nama
24 Liburan Kecil
25 Trauma masa lalu
26 Suara Mengerikan
27 Sinar obsesif
28 Teror
29 Rencana
30 Menelaah perasaan
31 Peringatan
32 Sebentar saja
33 Adalah Kamu!
34 Mimpi Buruk
35 Kekasih?
36 Kalah Cepat
37 Memeluk lagi
38 Hati Seorang Wanita
39 Sebuah Pilar
40 Jelas Didepan Mata
41 Sebuah Kesalahan
42 Gadis Langka
43 Paris Van Java's Night
44 Aku Sayang Kamu
45 Aku Disini...
46 Pengakuan
47 Janji
48 Tertangkap
49 Dua garis Merah
50 Sesama Tahanan
51 Ruang Hati
52 Mengajak Keluar
53 Double-date
54 Pesona
55 Tamu tak Terduga
56 Kebencian Sisil
57 Bersalah
58 Pembunuh
59 Demam
60 Takdir
61 Memilih
62 Skala
63 Keras Kepala
64 Penjelasan
65 Bersyukur
66 Kedatangan James
67 Kecupan Hangat
68 Kuliah Lagi
69 Ciuman Kerinduan
70 Bingung
71 Menghindari
72 Tekad
73 Menyembunyikan sesuatu
74 Terjawab
75 Melebihi Rasa Sayang
76 Bengkak
77 Terungkap
78 Sesal
79 Menangislah
80 Masih Tetap Sama
81 Jejak
82 Alergi
83 Gadis Cerewet
84 Jalan-jalan
85 Kebersamaan
86 Liburan Singkat ( Intermezzo )
87 Pantas Mendapatkannya
88 Menahan Sakit
89 Tumbang
90 Mengambil Tindakan
91 Rasa Bangga Seorang Ibu
92 Sebuah Penyesalan
93 Pria Sejati
94 Meluruskan Kesalahpahaman
95 Supermarket
96 Api Cemburu
97 Prioritas Utama
98 Membagi Waktu
99 Jadi Anak Baik
100 Undangan
101 Terjebak
102 Fase Kedewasaan Diri
103 Jarum Suntik
104 Tamu
105 Mencari tau
106 Gelisah
107 Seorang Pria (?)
108 Pusat Perhatian
109 Pesta
110 Memantau Keadaan
111 Kawan Lama
112 Dialah Orang Itu!
113 Rumah
114 Waspada
115 Mencari Pasangan
116 Terbiasa
117 Gejolak Hasrat
118 Akhir Pekan
119 Menjaga Sikap
120 Fase Keegoisan Diri
121 Ingatan Buruk
122 Tukang Obat
123 Teror 2
124 Lelaki Brengsek
125 Sinyal Membahayakan
126 Naik Level
127 Tanda Pertama
128 Mabuk
129 Gigitan Serangga
130 Digigit Nyamuk
131 Merebut Posisi
132 Rasa Bersalah
133 Masalah Berat
134 Teror 3
135 Izin Bolos
136 Pemeriksaan Akhir
137 Gadis Incaran
138 Mencari Informasi
139 Cara Yang Sama
140 Jangan Ikuti Aku!
141 Keributan
142 Menangani Masalah
143 Kebetulan
144 Menuruti
145 Kamar 305
146 Pengganggu
147 Ancaman James
148 Gagal Menahan Perasaan
149 Jangan Menerima Apapun
150 Alasanku Adalah Dirimu
151 Sengaja Bolos
152 Lucky Man (?)
153 Tawaran Dion
154 Hasutan Dion
155 Berniat Menjelaskan
156 Terlambat Menyadari
157 Tatapan Penuh Makna
158 PENGUMUMAN !
159 Meluluhkan Kemarahan
160 Tolong Ceritakan
161 Mengetahui Kebenaran
162 Lupakan Cerita Semalam
163 Harusnya Tidak Muncul
164 Perubahan Sikap
165 Ancaman Beno
166 Kecurigaan James
167 Menabrakkan Diri
168 Orang Tercinta
169 Piknik
170 Pengakuan Sisil
171 Serahkan Padaku!
172 Seseorang Dalam Mobil
173 Semakin Mendekat
174 Ketulusan James
175 Menculik
176 Keluar dari Kegelapan
177 Penjagaan
178 Sandaran
179 Lebih Cepat, Lebih Baik!
180 Berbicara
181 Memaafkan
182 Melindungi
183 Kesungguhan Sisil
184 Benteng Perlindungan
185 Incaran Lelaki
186 Meningkatkan Penjagaan
187 Mengakui Keberadaan
188 Bersikap Manis
189 Mendengar Suara
190 Seterusnya
191 3 Detik
192 Informasi
193 Pengawal
194 Persembunyian Bisnis Dion
195 Makan Siang Bersama
196 Menagih Ciuman
197 Tunggu Aku
198 Terdengar Indah
199 Meminta Bertemu
200 Rencana
201 Kegelisahan
202 Orang Terdekat
203 Mengakhiri Kebohongan
204 Kecemasan
205 Tidak Bersemangat
206 Putri Yang Dikasihi
207 Tamu Spesial
208 Lelaki Gila
209 Menculik (?)
210 Menyelamatkan Sisil
Episodes

Updated 210 Episodes

1
Via telephone
2
Cheerleaders
3
Tugas
4
Sibuk
5
Dompet
6
Bertemu
7
Pertukaran
8
Perkenalan
9
Tegangan
10
Kakak Cantik
11
Rasa Iri
12
Cheese cake ( part 1 )
13
Cheese cake ( part 2 )
14
Kencan
15
Pesan
16
Terjadi lagi
17
Konspirasi
18
Tiga Hari
19
Malu
20
Perhatian
21
Curiga
22
Pria-pria baik
23
Sebuah Nama
24
Liburan Kecil
25
Trauma masa lalu
26
Suara Mengerikan
27
Sinar obsesif
28
Teror
29
Rencana
30
Menelaah perasaan
31
Peringatan
32
Sebentar saja
33
Adalah Kamu!
34
Mimpi Buruk
35
Kekasih?
36
Kalah Cepat
37
Memeluk lagi
38
Hati Seorang Wanita
39
Sebuah Pilar
40
Jelas Didepan Mata
41
Sebuah Kesalahan
42
Gadis Langka
43
Paris Van Java's Night
44
Aku Sayang Kamu
45
Aku Disini...
46
Pengakuan
47
Janji
48
Tertangkap
49
Dua garis Merah
50
Sesama Tahanan
51
Ruang Hati
52
Mengajak Keluar
53
Double-date
54
Pesona
55
Tamu tak Terduga
56
Kebencian Sisil
57
Bersalah
58
Pembunuh
59
Demam
60
Takdir
61
Memilih
62
Skala
63
Keras Kepala
64
Penjelasan
65
Bersyukur
66
Kedatangan James
67
Kecupan Hangat
68
Kuliah Lagi
69
Ciuman Kerinduan
70
Bingung
71
Menghindari
72
Tekad
73
Menyembunyikan sesuatu
74
Terjawab
75
Melebihi Rasa Sayang
76
Bengkak
77
Terungkap
78
Sesal
79
Menangislah
80
Masih Tetap Sama
81
Jejak
82
Alergi
83
Gadis Cerewet
84
Jalan-jalan
85
Kebersamaan
86
Liburan Singkat ( Intermezzo )
87
Pantas Mendapatkannya
88
Menahan Sakit
89
Tumbang
90
Mengambil Tindakan
91
Rasa Bangga Seorang Ibu
92
Sebuah Penyesalan
93
Pria Sejati
94
Meluruskan Kesalahpahaman
95
Supermarket
96
Api Cemburu
97
Prioritas Utama
98
Membagi Waktu
99
Jadi Anak Baik
100
Undangan
101
Terjebak
102
Fase Kedewasaan Diri
103
Jarum Suntik
104
Tamu
105
Mencari tau
106
Gelisah
107
Seorang Pria (?)
108
Pusat Perhatian
109
Pesta
110
Memantau Keadaan
111
Kawan Lama
112
Dialah Orang Itu!
113
Rumah
114
Waspada
115
Mencari Pasangan
116
Terbiasa
117
Gejolak Hasrat
118
Akhir Pekan
119
Menjaga Sikap
120
Fase Keegoisan Diri
121
Ingatan Buruk
122
Tukang Obat
123
Teror 2
124
Lelaki Brengsek
125
Sinyal Membahayakan
126
Naik Level
127
Tanda Pertama
128
Mabuk
129
Gigitan Serangga
130
Digigit Nyamuk
131
Merebut Posisi
132
Rasa Bersalah
133
Masalah Berat
134
Teror 3
135
Izin Bolos
136
Pemeriksaan Akhir
137
Gadis Incaran
138
Mencari Informasi
139
Cara Yang Sama
140
Jangan Ikuti Aku!
141
Keributan
142
Menangani Masalah
143
Kebetulan
144
Menuruti
145
Kamar 305
146
Pengganggu
147
Ancaman James
148
Gagal Menahan Perasaan
149
Jangan Menerima Apapun
150
Alasanku Adalah Dirimu
151
Sengaja Bolos
152
Lucky Man (?)
153
Tawaran Dion
154
Hasutan Dion
155
Berniat Menjelaskan
156
Terlambat Menyadari
157
Tatapan Penuh Makna
158
PENGUMUMAN !
159
Meluluhkan Kemarahan
160
Tolong Ceritakan
161
Mengetahui Kebenaran
162
Lupakan Cerita Semalam
163
Harusnya Tidak Muncul
164
Perubahan Sikap
165
Ancaman Beno
166
Kecurigaan James
167
Menabrakkan Diri
168
Orang Tercinta
169
Piknik
170
Pengakuan Sisil
171
Serahkan Padaku!
172
Seseorang Dalam Mobil
173
Semakin Mendekat
174
Ketulusan James
175
Menculik
176
Keluar dari Kegelapan
177
Penjagaan
178
Sandaran
179
Lebih Cepat, Lebih Baik!
180
Berbicara
181
Memaafkan
182
Melindungi
183
Kesungguhan Sisil
184
Benteng Perlindungan
185
Incaran Lelaki
186
Meningkatkan Penjagaan
187
Mengakui Keberadaan
188
Bersikap Manis
189
Mendengar Suara
190
Seterusnya
191
3 Detik
192
Informasi
193
Pengawal
194
Persembunyian Bisnis Dion
195
Makan Siang Bersama
196
Menagih Ciuman
197
Tunggu Aku
198
Terdengar Indah
199
Meminta Bertemu
200
Rencana
201
Kegelisahan
202
Orang Terdekat
203
Mengakhiri Kebohongan
204
Kecemasan
205
Tidak Bersemangat
206
Putri Yang Dikasihi
207
Tamu Spesial
208
Lelaki Gila
209
Menculik (?)
210
Menyelamatkan Sisil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!