Cuaca pagi itu sangat cerah, matahari bersinar terang menyinari bumi yang memang saat itu adalah hari minggu. Meila telah bangun sejak jam 6 pagi, ia berinisiatif untuk jogging di sekitaran komplek rumahnya agar tubuhnya lebih bugar dan lebih relax kembali setelah 6 hari kemarin aktif dengan berbagai kegiatan kampus.
Pikirannya sangat lega mengingat dia telah menyelesaikan semua deadline tugas-tugas yang di berikan kepadanya. Jadi hari ini, dia bisa santai sepenuhnya menghabiskan waktu libur mingguan tanpa beban. Dengan rambut dikuncir kuda, celana olahraga panjang dengan kaus casual ringan yang mudah menyerap keringat, dan sport-shoes di padu padankan dengan headset ditelinga semakin menambah kesan manis pada dirinya. Tak jarang ada saja pria yang menoleh begitu Meila melewati mereka yang hanya sekedar berjalan santai bersama teman, sahabat, ataupun pacar.
Meila sampai di sebuah taman kota, dia duduk bersandar pada kursi taman yang kosong sambil mengelap keringatnya dengan handuk. Sesekali dia meminum air mineral botol yang ia bawa untuk sedikit membasahi tenggorokannya yang kering.
Rasanya seluruh tulang terlepas dari kerangkanya. Kulit-kulit dibawah telapak kaki mulus gadis itu seperti menebal, bahkan terasa lemas sedikit perih. Kedua pangkal pahanya pun tak kalah mengenaskan. Pegal luar biasa. Mungkin dikarenakan jarangnya ia berolahraga lantaran sulitnya mengatur waktu untuk jadwal mata kuliahnya.
Sudah 2 jam dia berolahraga. Rasanya tubuh agak sedikit relax dan ringan efek peregangan otot tadi.
Setelah ia kira cukup untuk melemaskan ototnya yang sempat kaku, Meila kembali berjalan santai, tubuhnya terasa lengket dan rasanya ingin cepat-cepat mandi dan mengguyur seluruh tubuh agar segar kembali.
Dia mulai memasuki komplek, melewati blok demi blok rumah sambil menyenandungkan lagu yang dia dengar melalui headset ditelinga.
"Bi....." panggilnya dari arah pintu masuk. Tak perlu lama untuknya menunggu sahutan dari seberang.
"Ya non..." jawab bi inah sambil menghampiri Meila.
"Tolong siapin aku sarapan dong. Aku laper. Tapi aku mandi dulu ya." perintahnya manja tak lupa dia menyelipkan tanda nyengir di bibirnya.
Bi inah yang paham atas perintah majikannya mengangguk mengerti.
Ponselnya berbunyi, dilihatnya ID pemanggil yang dikenalnya dan langsung menjawabnya. "Iya, Rin... ada apaan? buru ya, gue pengen mandi, badan gue lengket nih."
Mendengar bahwa sahabatnya baru akan mandi mengingat sudah jam 9.30 pagi, sontak langsung dijawab oleh Airin dari kejauhan.
"Lo baru bangun jam segini? Ya ampun Mei, ini udah siang kali. Lagian lo abis ngapain sampe badan lo pada lengket?"
Meila yang merasa suara Airin terlalu keras ditelinganya sampai sedikit menjauhkan teleponnya dari telinga. "Berisik deh. Gue tuh abis olahraga tau. Jogging. Emangnya gue itu, elo? Yang telat mulu karena begadang sampe bangun kesiangan terus? Jangan-jangan elo kali ya yang baru bangun jam segini?" tanyanya kembali sambil menyipitkan mata.
Terdengar suara kekehan kecil dari seberang sana. "hehehe. iya sih.. bener."
Tanpa Meila lihatpun sudah bisa menebak kalau Airin saat ini sedang memperlihatkan gigi-giginya karena salah tingkah. Lalu kemudian terdengar lagi. "Mei.. gue liat catetan Pak Robert kemaren dong. Lo kan tau kalo mata kuliah dia tuh rasanya garing, gue males buat nyatet inti/kesimpulan penjelasan dia. Boleh yaaaa...." Mohonnya pada Meila.
Kalau urusan simpul-menyimpulkan, Meila memang bisa merangkai kata. Entah itu dosen killer ataupun dosen ramah nan asyik, dia selalu berusaha mencerna penjelasan hingga sebisa mungkin dia susun. Takut-takut ketika kuis diadakan secara dadakan, sedikit banyaknya minimal dia sudah menguasai pelajaran.
"Ok.. Ok! Besok yaa, lagian mata kuliahnya juga 2 hari lagi kan? masih bisa lah buat nyontek." Meila sedikit menekankan kata 'nyontek' pada Airin untuk meledeknya.
"Yeee.. emang gue anak SMP yang bisanya cuma nyalin jawaban PR temennya. Inikan bukan PR tapi catetan."
Meila bisa menebak kalau sahabatnya sedang merengut.
Dia pun langsung menjawab. "Becanda kok gue. Sensitif deh. lagi PMS lo? hahaha. Yaudah besok gue bawain buat lo yang lengkap pokoknya." ucapnya seperti menjanjikan sesuatu pada anak kecil.
"Sip, Mei... Thanx ya, lo emang sahabat gue yang paling baik. Yaudah mandi gih sana, gue juga mau mandi. Mau me-time an. hehehe" jawabnya. Sementara Diseberang telepon, Meila hanya tertawa kecil mendengar ucapan Airin.
Mereka menyudahi obrolan, Meila bergegas untuk mandi dan setelahnya sarapan sudah menunggunya di meja makan. Perutnya sudah terasa lapar ia tak mau berlama-lama lagi.
🦋🦋🦋
"Yaelah coffee abis lagi. mana tugas tinggal sedikit lagi. harus ke minimarket ini sih.."
Dimas membuka kulkas, mencari coffee kesukaannya tapi tak ada. Dia menggaruk-garuk belakang kepalanya dan bergegas mengambil kunci mobil.
Jarak antara rumahnya dengan minimarket agak sedikit jauh. Dikarenakan memang letaknya yang berada diluar perumahan, minimarket yang akan dia tuju memang terbilang complete untuk semua barang dan kebutuhan.Maka tak jarang ia selalu menyempatkan untuk keluar sebentar memenuhi kebutuhannya.
Dimas memarkirkan mobilnya. ia keluar dan berjalan masuk melewati pintu automatic yang sekaligus dapat langsung mendeteksi pengunjung minimarket.
Ia berjalan melewati lorong-lorong, mencari kebutuhan yang ia butuhkan sesekali mengambil beberapa camilan sebagai teman mengerjakan tugas.
●●●
Ditempat lain, Meila terlihat sedang mencari-cari sesuatu. "Bi.. strawberry yang dikulkas habis ya?" tanyanya.
Sang bibi langsung menghampiri. "Kayaknya iya non. Bibi belum sempet beli, soalnya kemarin bibi bantuin pak Maman bersih-bersih kebun."
Meila menganggukkan sambil dengan mimik wajah menunjukkan tanda mengerti.
"Yaudah bi.. aku aja yang beli ke minimarket depan. Sama apalagi yang habis bi?" tanya Meila menegaskan.
Bi inah tampak berfikir, ingin mengatakan sesuatu tapi ia lupa akan nama nya. "Hmm... itu non yang biasa non Mei campurin ke dalam jus sebelum di blender."
Meila mengerutkan dahinya. Lalu seulas senyum terukir di bibirnya.
"Creamer, bi..." matanya berbinar mendengar jawaban Meila.
"Nah iya non itu. Bibi lupa namanya" ucap bi inah salah tingkah.
"Yaudah aku keluar dulu ya, ada lagi yang dibutuhin, bi?"
tanya Meila pada bi inah dan langsung dijawab olehnya.
"Enggak ada non. itu aja.."
Meila berjalan santai, cuaca siang menjelang sore yang sedikit sejuk membuat langkah kaki terasa ringan. Hanya butuh 10 menit untuk sampai ke minimarket, ia langsung masuk dan menuju lorong counter buah-buahan. Dia mengambil beberapa macam buah. Salah satunya strawberry. Apapun makanan atau minuman yang berbau buah dengan rasa asam menyegarkan dan aroma segar yang membuat indra penciumannya bergembira, ia menyukainya.
Strawberry-nya telah ditangan, tinggal mencari creamer dan beberapa camilan tak lupa juga Lollypop sudah didapatnya.
Setelah merasa cukup dan yakin sudah tidak ada lagi yang tertinggal, Meila menuju kasir, untuk ke kasir Meila harus mengantri. Ia ada di barisan ketiga, barisan pertama tampak seorang pria sedang berbicara pada kasir tak lama kemudian si pria keluar tanpa membawa barang belanjaannya.
Orang di barisan kedua maju. karena barang belanjaan orang didepannya hanya sedikit, Meila tak harus menunggu lama agar ia maju untuk mendapat giliran.
Sampai dilihat semua barang yang di belanjakannya di scan oleh alat scanner, Pria yang di barisan pertama tadi belum juga muncul namun barang-barang belanjaannya masih diletakkan dimeja kasir. Hal itu membangkitkan rasa keingintahuan Meila hingga akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Mba, cowok yang tadi kenapa? Kok dia keluar tanpa bawa barang belanjaannya?" tanyanya.
"Oh. mas yang tadi, dompet nya ketinggalan kak. katanya sih, mau pulang sebentar ambil dompetnya."
Jawaban sang kasir langsung dicerna olehnya, jiwa penolongnya muncul mendorong dirinya untuk bertindak sebelum dirinya berubah pikiran.
"Yaudah mba, barang belanjaan cowok tadi sekalian aja di scan." tanpa pikir panjang sang kasir langsung menuruti perintahnya.
Setelah semua barang belanjaan di jumlah dan di bayar, Meila keluar dengan membawa kantong plastik belajaan miliknya. Tepat ketika Meila keluar dari tempat parkir, sebuah mobil memasuki area parkir minimarket. Meila terlalu sibuk dengan lollypop nya, begitupun dengan Dimas yang terlihat buru-buru menyetir mobilnya seolah ingin cepat masuk ke dalam minimarket.
Langkahnya langsung menuju kasir. Karena kasir sudah cukup lengang, jadi ia tak perlu menunggu untuk mengantri.
"Mba, mana barang belanjaan saya yang tadi? Ini uangnya." ucapnya lembut.
Sang kasir langsung menolak secara lembut uang pemberian Dimas. "Gak usah, mas. Tadi udah di bayar sama kakak cantik."
Dimas tersentak. Sempat mengerutkan dahinya namun ia masih perlu bertanya. "Hah..? Siapa, mba?"
"Itu tadi ada kakak cantik disini, dia abis belanja. Dia ngeliat mas keluar tapi belum balik-balik juga, makanya sekalian di bayarin sama kakaknya." Sang kasir memberikan penjelasannya.
Dimas semakin bingung. Karena tak ingin membuat antrian semakin panjang, akhirnya dia mengambil barang belanjaan.
"Kalo gitu. Terima kasih, mba. Oiya, kalau kakak cantik itu dateng lagi ke sini, tolong sampaikan ucapan terima kasih saya ke dia ya, mba." ucapnya dan langsung di jawab oleh sang kasir.
"Iya, mas.. nanti disampaikan." jawab sqng kasir ramah.
Dimas keluar minimarket dengan masih memikirkan siapa cewek yang sudah berbaik hati membayarkan belanjaannya.
"Coba gue lebih cepet tadi. Pasti bakal ketemu kan sama yang udah berbaik hati nolongin gue..." ucapnya dalam hati sambil memijit pangkal hidungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments