Menyesal Menikahi Mereka Berdua!

Yudha sontak menyeru nama Vita pada saat tubuh Vita ambruk di pelukannya. Tubuhnya yang tidak siap tertimpa beban secara mendadak tersebut sempat terhuyung mundur. Beruntung dengan sigap dia dapat menguasai keadaan. Kemudian dengan segera Yudha membaringkan tubuh istrinya ke atas ranjang.

Dilihatnya lama-lamat wajah istrinya yang sudah pucat pasi itu. Entah sedari kapan keadaan Vita seperti ini karena akhir-akhir ini ia tak terlalu memperhatikannya. Tidak dapat menanganinya sendiri, Yudha segera memanggil Bi Retno untuk membantu menyadarkannya.

“Iya, Mas. Ada apa?” tanya Bi Retno bersamaan dengan tubuhnya yang muncul di depan pintu. Disusul oleh Uminya yang kebetulan mendengar pekikan suara putranya dari atas sana.

“Ada apa ini, Nak?”

“Vita pingsan, Mi.”

“Biar saya saja, Bi. Bibi tolong ambilkan minyak saja, ya.”

“Baik, Bu.” Bi Retno gegas berlalu untuk mengambilkan benda yang Ros perintahkan.

“Kenapa bisa pingsan begini?” tanya Umi kepada Yudha. Namun tidak mendapat jawaban karena pria itu terlalu bingung untuk menjelaskannya. Lagi pula memang tidak sepantasnya masalah pribadi seperti ini terdengung di telinga Uminya. Jelas tidak ada urusannya sama sekali.

“Kamu juga kapan sampai? Baru sehari kok sudah pulang. Khawatir sama keadaan istrimu?” tanya Umi Ros lagi.

“Apa perlu Yudha bawa ke RS?” Yudha mengalihkan pembicaraan.

“Tidak perlu sepanik itu ... mungkin dia hanya dehidrasi saja.”

Berbeda dengan Yudha yang begitu panik, wajah Umi malah tampak biasa-biasa saja tanpa ada ketakutan sedikit pun. Yudha baru menyadari bahwa dirinya memang sedang sangat berlebihan.

Sesaat setelah Bi Retno kembali, Umi Ros memijat kening Vita, mencondongkan botol minyak kayu putih tersebut ke hidung menantunya. Berkali-kali beliau melakukan itu sampai akhirnya upayanya berhasil membuat Vita membuka mata.

“Alhamdulillah,” ucap Umi tersenyum. Pun dengan Yudha yang juga sama-sama bersyukur meski terucap di dalam hatinya saja. “Ambilkan minum, Nak!” titah Umi Ros kepada Yudha. Kemudian meminta Vita untuk menghabiskan minum tersebut.

Setelah membantu menaikkan bantal agar posisi kepala menantunya menjadi lebih tinggi, Umi bertanya. “Kenapa Vita bisa sampai pingsan, pusing?”

“Iya sedikit, Mi,” jawabnya dengan suara lirih.

Umi tersenyum dan mengusap rambutnya. “Cepat sarapan ya, habis ini. Minum yang banyak biar tidak dehidrasi.”

Vita mengangguk dan tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipitnya yang begitu manis. Binar matanya menyampaikan bahasa terima kasih karena beliau sudah mau menyayanginya. Dia seperti melihat mendiang ibunya berada di sini. Sekelebat bayangan itu membuat Vita menjadi rindu wajah ibunya sendiri.

“Ya sudah, Umi mau ganti baju dulu. Bu keringat, habis olahraga sama Abah.”

“Makasih, Mi.”

“Sama-sama ... istirahat ya. Supaya cepat sembuh,” ujarnya lagi sebelum akhirnya wanita dengan hijab menutupi lekuk tubuh itu meninggalkan mereka berdua.

Vita menatap Yudha yang sedari tadi berdiri tanpa bergerak. “Aku mau pulang ... apakah boleh?” lirihnya setengah memohon.

“Pulang ke mana?” tanya Yudha. Pria itu mendekat dan duduk di hadapannya. “Ini rumahmu.”

“Bukan ... ini bukan rumahku.”

“Sudah, pikirkan kesehatanmu dulu. Nanti baru kupikirkan lagi,” jawab Yudha. Pria itu terlihat tak terlalu menanggapi permintaannya. Selanjutnya dia malah gegas keluar dari kamar tanpa mengatakan apa pun lagi.

Vita mendesahkan napasnya. Dia benar-benar seperti burung yang ada di dalam sangkar. Tidak bisa pergi ke mana-mana lagi terkecuali melihat dinding-dinding penghalang yang bisu.

Tapi siapa menduga, beberapa menit kemudian Yudha kembali dengan membawa nampan di tangannya. Di atasnya terlihat beberapa jenis makanan; berupa nasi beserta lauk pauk.

“Sarapan dulu, ya,” bujuk Yudha meminta Vita untuk membuka mulut.

Vita menggelengkan kepala. “Aku hanya ingin pulang, itu saja.”

“Jangan kekanakan Vita!” Yudha kembali meletakkan sendoknya ke atas piring. “Aku bilang nanti.”

“Aku malas makan. Aku ingin pulang.”

Hampir saja Yudha hilang kesabaran. Pria itu berdiam sejenak untuk menguasai dirinya lagi agar bisa lebih sabar dalam menghadapi kelakuan istri pertamanya saat ini. Dalam hati ia berharap, jangan sampai Rahma berkelakuan demikian juga, karena lama-lama bisa membuat rambutnya menjadi keriting.

Ah, iya. Tetapi Yudha baru ingat. Sesungguhnya Vita memang masih sangat kekanakan. Siapa yang mengira, jika Yudha dan Vita berdua berjalan bersisian—lantas mengira bahwa Vita adalah istrinya? Karena yang tampak adalah seperti adik perempuannya. Dan entah karena sebab apa—jika dilihat secara lamat, keduanya memang mempunyai kemiripan!

Setelah berbagai upaya Yudha membujuk, akhirnya Vita mau menelan makanannya meskipun masih sedikit tersisa. Badannya sedikit hangat, mungkin oleh karena sebab itulah Vita menjadi kurang naf su makan.

Hari itu berlalu begitu membekas. Entah kenapa, waktu berlalu begitu cepat ketika Vita sedang bersama suaminya. Saat ia sedang terbuai dengan semua perhatiannya, pria itu sudah harus pergi lagi meninggalkannya sendiri.

Keadaan ini mungkin akan terasa lebih baik jika suaminya pergi ke tempat lain namun tidak bersama dengan siapa pun. Maka dengan segenap hati Vita akan berlapang dada meski harus menahan rindu. Tetapi yang membuatnya menjadi nyeri ialah, dia pergi ke tempat istri keduanya, menikmati malamnya di sana. Melebur dengan wanita itu.

Seperti hari kemarin lagi, pada saat malam menjelang, Vita akan termenung sendirian. Merintih setengah bersujud di lantai seraya memohon agar selalu diberi keluasan hati untuk menerima kenyataan hidup ini. Sesekali dia membuka jendela, melihat orang-orang dari atas sana sembari bertanya-tanya; adakah yang bernasib sama sepertinya?

Dan celakanya, siksaan itu masih juga belum berakhir dan justru datang bertambah parah. Karena pada saat keesokan harinya, Yudha malah membawa madunya masuk ke dalam rumah ini dengan membawa koper besar!

Orang yang seharusnya Vita hindari sejauh mungkin, kini malah berada di hadapannya. Berani menatap mukanya dan terang-terangan menunjukkan betapa bahagianya hidup mereka. Terlebih, yang membuat Vita begitu muak adalah tatapan Yudha yang selalu lebih lama kepada istri keduanya.

“Apa maksudmu begini, Mas?” tanya Vita ketika dia mengajak suaminya masuk ke dalam kamar, untuk berbicara empat mata.

“Dia akan tinggal di sini juga,” jawab Yudha yang seketika langsung disela oleh istrinya.

“Kalau seperti ini caranya, bagaimana kami bisa mendapat keadilan masing-masing?” tanyanya dengan suara tinggi. “Belum cukupkah kamu menyakiti aku?”

“Aku belum selesai berbicara!” kata Yudha tak kalah meninggi.

“Kamu sengaja melakukan ini untukku hah?” Vita mendorong tubuh Yudha agar pria itu selangkah mundur dari hadapannya. Sedang jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajahnya untuk menyudutkan pria itu. “Pernahkah kamu bertanya—sekali saja, bagaimana perasaanku yang harus menerima semua jenis perlakuanmu?!” pekiknya lagi begitu nyaring.

“Turunkan nada suaramu. Sadari, sedang berbicara dengan siapa kamu saat ini.” Dada Yudha kembang kempis menahan gejolak amarah yang melanda. “Rahma hanya sebentar tinggal di rumah ini. Rumahnya sedang di renovasi,” sambung Yudha lagi masih dalam batas kesabarannya.

“Tapi dia bisa tinggal di penginapan, tidak harus tinggal di sini. Apa begitu sempitnya kota Jakarta sehingga kamu tidak menemukan satu pun tempat penginapan? Atau perlu kutunjukkan tempatnya? Beritahu aku, aku bisa memberitahumu.”

“Apa aku harus membiarkannya tidur di tempat penginapan, sementara suaminya mempunyai rumah yang luas? Tolong bersabarlah sedikit, saja!”

“Katakan saja dia sengaja melakukan ini untuk membuatku pergi dari sini. Tentu saja karena aku akan muak melihat kemesraan kalian nantinya.”

“Apa hanya masalah seperti ini saja membuatmu sangat marah?”

“Tidak usah kamu tanyakan juga seharusnya kamu tahu ini menyakitiku.”

“Ya Allah ...,” geram Yudha begitu kesal. “Harus dengan apa aku menjelaskannya agar kamu mengerti? Apa aku harus menyertakan tulisan agar kamu paham? Apa aku harus menggunakan bahasa lain, atau menggerakkan tubuhku, atau melompat-lompat agar penjelasanku lebih gamblang dan sampai di kepalamu?! Ini hanya sementara. Sementara!”

“Aku membenci kalian berdua!”

PRANG!!

Gelas terlempar dari tangan Vita hingga membentur lantai dan menimbulkan pecahan. Dua puluh tahun umurnya, baru sekali ini dia memecahkan barang. Itu tandanya dia sudah sangat marah sekali.

Yudha menatapnya dengan sorot mata kecewa sekaligus tak percaya. Dia memang mengetahui persis bagaimana istrinya yang memang tegas dan sedikit keras kepala. Namun inilah sisi lain yang baru diketahuinya sehingga membuatnya tak habis pikir. Di depan suaminya, dia berani berbuat demikian. “Kamu memang berbeda dengannya.”

Duar!

Kendatipun kata yang keluar memang bernada rendah namun begitu menyakitkan. Niscaya tidak ada satu pun wanita yang sanggup untuk dibandingkan oleh suaminya sendiri. Terlebih wanita itu adalah istrinya yang lain.  

Vita tersenyum miris. “Oh, ya jelas, karena kami memang bukan wanita yang sama. Aku berbeda dengannya.” Lagi-lagi Vita menggeleng menahan perih. “Aku bukan wanita salihah seperti ‘dia’. Aku sangat jaaaauh sekali dari kenyataan garis lurus itu. Dan aku lebih senang kamu menduganya demikian karena aku bukan orang yang pandai berpura-pura.”

Yudha terdiam. Dia tertohok dengan ucapan istrinya barusan. Karena memang demikian adanya. Bahkan dengan berteman selama bertahun-tahun pun, tidak bisa membuatnya mengenal dengan baik, seperti apa keluarga Rahma yang sebenarnya.

Malam ini Yudha tidak mendatangi istri mana pun. Di dalam kesendiriannya, Yudha merenung. Dia terus memikirkan kata-kata itu meskipun dia tak kunjung mendapatkan jawabannya. Semua yang terlihat dari kedirian Rahma begitu baik tanpa cacat.

Terbetik dalam benaknya untuk menceraikan keduanya dan memulangkan mereka ke rumah masing-masing. Untuk sesaat, dia menyesal telah hidup di dunia ini dan mengenal mereka berdua!

***

To be continued.

Follow ig otor yuk. Ana_miauw.

Terpopuler

Comments

Sri Watigustami

Sri Watigustami

makanya jd laki2 jgn serakah,mampus km.

2024-01-19

0

Nor Chayati

Nor Chayati

😭😭😭😭baru sampe sini udaj ga kuat....
kasisn vita...😭😭😭

2023-09-28

0

Ibu Dewi

Ibu Dewi

y g adil dong llebih baik cerai ksn dua dua nya biar ada jangan ada yang di pilih kalo pilih salah satu na yang satu nya sakit hati dong dosa juga karna g adil kebih baik lepas kan dua dua nya biR adil g ada yang sakit hati aman beres sudah

2023-06-18

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Pertama Tak Terlupakan
2 Dinikahkan Secara Paksa
3 Biarkan Aku Bertanggung Jawab
4 Keakrabankah Yang Terjalin?
5 Apa Arti Pernikahan Ini Untukmu?
6 Menyebut Nama Perempuan Lain
7 Luka Untuk Yang Ke Sekian Kali
8 Kita Pergi Sekarang
9 Aku Hanya Sebuah Pelampiasan
10 Tanpa Kehadirannya Di Sisiku
11 Keputusan Terakhir
12 Cara Yang Amat Kampungan!
13 Akad Nikah Suamiku
14 Malam Pertama Dengan Istri Kedua
15 Menyesal Menikahi Mereka Berdua!
16 Bekerjasama Membuatnya Cemburu
17 Positif Dua Bulan
18 Nasib Apa Yang Menimpanya?
19 Tapi Jangan Sekarang
20 Berdebat Dengan Besan
21 Apa Kamu Tahu Makna Bahagia?
22 Merasa Tidak Dicintai Oleh Siapa Pun
23 Aku Kabur Dari Rumah
24 Kabar Tidak Menyenangkan
25 Pilih Aku Atau Dia
26 Dia Melarikan Diri
27 Laki-laki Tidak Berguna
28 Ulangilah Sebanyak Kau Mau
29 Melihat Menantunya
30 Menemukan Istri Pertama
31 Fakta Besar Yang Di Sembunyikan
32 Kedua Manusia Terkutuk
33 Aku Sangat Tertekan
34 Ditemukan Oleh Alif Noran
35 Jangan Beritahu Siapa Pun
36 Hukuman Mengerikan
37 Betapa Bodohnya Dia
38 Karma Yang Mulai Berdatangan
39 Mendekati Persalinan
40 Kemarau Yang Tersiram Hujan
41 Pertengkaran Besar!
42 Kelahiran Bayi Pertama
43 Pintu Telah Tertutup
44 Eshan Rayyan Altair
45 Kekesalan Yang Mendalam
46 Terimalah Aku Kali Ini
47 Apa Setelah Ini Kamu Masih....
48 Prepare For The Worst
49 Sebuah Pelukan Hangat
50 Ingin Melihat Kesungguhanmu
51 Pria Pencuri Ciuman
52 Apa Aku Berhalusinasi?
53 Hanya Kamu Satu-satunya
54 Alif & Layangan Putus
55 Anda Ingin Memeras Anak Saya?
56 Apa Yang Akan Terjadi?
57 Tak Sesuai Ekspektasi
58 Akibat Sumpah Kakak Ipar
59 Karma Yang Dibayar Kontan
60 Penghibur Yang Paling Baik
61 Semakin Mendekati Hari H
62 Kedatangan Sang Pujangga
63 Masih Kurang Jelas?!
64 Setelah Perceraian
65 Anggota Keluarga Kesayangan
66 Lelaki Tidak Berperasaan
67 Bangga Dicintai Sebesar Itu
68 Hari Pernikahan Yudha&Vita
69 Penyebab Patah Hati
70 M P Pengantin Kedaluarsa
71 Drama Mantan Istri
72 Contoh Suami Posesif
73 Minta Sate 200 Tusuk
74 Yeay! Adik Untuk Rayyan!
75 Kembali Menemukan Pengganti
76 Last Episode. Happy End
77 TERNODA DI MALAM PENGANTIN
78 PROMO & GIVE AWAY
79 Pembukaan Season 2
80 Merasa Bersalah Dengan Ray
81 Penampilan Berbeda Mantan Istri
82 Plis, Mama, Kali Ini Aja ....
83 Tolong Mama, Onti
84 Masih Belum Move On, Ya?
85 Keadaan Vita & Tingkah Umar
86 Ternyata Seperti Ini
87 Acara Kabar-Kabur
88 Sesempit Apa Dunia Ini?
89 Konfirmasi Kesalahan Binti
90 Om Sama Onti Pacaran
91 Perdamaian Mertua dan Menantu
92 Lagi-Lagi Ketemu Mereka
93 Aku Juga Terpaksa Melakukannya
94 Ceraikan Suamimu!
95 Manusia Paling Aneh
96 Apa Sebaiknya Kita Pisah Saja?
97 Merasa Tak Pantas
98 Tolong Nikahi Istri Saya
99 Lebih Terang-Benderang
100 Perubahan Sang Mertua
101 Hasil Dari Pengkhianatan
102 Launching Anak Ke Empat
103 Ranya S Zunaira
104 Kamu Benci Melihatku?
105 Katakan, Siapa Laki-laki Itu?!
106 Tidak Bisa Di Pertahankan
107 Kepulangan Baby Zunaira
108 Rencana Tutup Pabrik
109 Salam Perpisahan
110 Jagoanku Sesungguhnya
111 Burung Menetas
112 Pergi Ke Singapura
113 Prekuel Haikal Al Fatir
114 Ketemu Bidadari
115 Benih-Benih Asmara
116 Pertama Kali Ceramah
117 Hangatnya Selimut Tetangga
118 Adalah Pengaruh Buruk
119 Mantap Melamar Adinda Ros
120 Mengatakan Sejujurnya
121 Datang Menepati Janji
122 Hari Pernikahan
123 Malam Pertama
124 Rencana Pindahan Ke Kota
125 Romansa Pernikahan
126 Prahara Rumah Tangga
127 Lalu Aku Harus Apa?
128 Akad Nikah Kedua
129 Naya Merasa Kerdil
130 Cemburu Dengan Ros
131 Tolong Ceraikan Aku
132 Dasar Menyusahkan!
133 Akhirnya Ditemukan
134 Aku Juga Melihatmu
135 Pindah Ke Ibukota
136 Kapan Mereka Balik?
137 Welcome Home!
138 Jangan Sebut Namaku
139 Overdosis
140 Pertanyaan
141 Sang Presdir Membenci Istrinya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Malam Pertama Tak Terlupakan
2
Dinikahkan Secara Paksa
3
Biarkan Aku Bertanggung Jawab
4
Keakrabankah Yang Terjalin?
5
Apa Arti Pernikahan Ini Untukmu?
6
Menyebut Nama Perempuan Lain
7
Luka Untuk Yang Ke Sekian Kali
8
Kita Pergi Sekarang
9
Aku Hanya Sebuah Pelampiasan
10
Tanpa Kehadirannya Di Sisiku
11
Keputusan Terakhir
12
Cara Yang Amat Kampungan!
13
Akad Nikah Suamiku
14
Malam Pertama Dengan Istri Kedua
15
Menyesal Menikahi Mereka Berdua!
16
Bekerjasama Membuatnya Cemburu
17
Positif Dua Bulan
18
Nasib Apa Yang Menimpanya?
19
Tapi Jangan Sekarang
20
Berdebat Dengan Besan
21
Apa Kamu Tahu Makna Bahagia?
22
Merasa Tidak Dicintai Oleh Siapa Pun
23
Aku Kabur Dari Rumah
24
Kabar Tidak Menyenangkan
25
Pilih Aku Atau Dia
26
Dia Melarikan Diri
27
Laki-laki Tidak Berguna
28
Ulangilah Sebanyak Kau Mau
29
Melihat Menantunya
30
Menemukan Istri Pertama
31
Fakta Besar Yang Di Sembunyikan
32
Kedua Manusia Terkutuk
33
Aku Sangat Tertekan
34
Ditemukan Oleh Alif Noran
35
Jangan Beritahu Siapa Pun
36
Hukuman Mengerikan
37
Betapa Bodohnya Dia
38
Karma Yang Mulai Berdatangan
39
Mendekati Persalinan
40
Kemarau Yang Tersiram Hujan
41
Pertengkaran Besar!
42
Kelahiran Bayi Pertama
43
Pintu Telah Tertutup
44
Eshan Rayyan Altair
45
Kekesalan Yang Mendalam
46
Terimalah Aku Kali Ini
47
Apa Setelah Ini Kamu Masih....
48
Prepare For The Worst
49
Sebuah Pelukan Hangat
50
Ingin Melihat Kesungguhanmu
51
Pria Pencuri Ciuman
52
Apa Aku Berhalusinasi?
53
Hanya Kamu Satu-satunya
54
Alif & Layangan Putus
55
Anda Ingin Memeras Anak Saya?
56
Apa Yang Akan Terjadi?
57
Tak Sesuai Ekspektasi
58
Akibat Sumpah Kakak Ipar
59
Karma Yang Dibayar Kontan
60
Penghibur Yang Paling Baik
61
Semakin Mendekati Hari H
62
Kedatangan Sang Pujangga
63
Masih Kurang Jelas?!
64
Setelah Perceraian
65
Anggota Keluarga Kesayangan
66
Lelaki Tidak Berperasaan
67
Bangga Dicintai Sebesar Itu
68
Hari Pernikahan Yudha&Vita
69
Penyebab Patah Hati
70
M P Pengantin Kedaluarsa
71
Drama Mantan Istri
72
Contoh Suami Posesif
73
Minta Sate 200 Tusuk
74
Yeay! Adik Untuk Rayyan!
75
Kembali Menemukan Pengganti
76
Last Episode. Happy End
77
TERNODA DI MALAM PENGANTIN
78
PROMO & GIVE AWAY
79
Pembukaan Season 2
80
Merasa Bersalah Dengan Ray
81
Penampilan Berbeda Mantan Istri
82
Plis, Mama, Kali Ini Aja ....
83
Tolong Mama, Onti
84
Masih Belum Move On, Ya?
85
Keadaan Vita & Tingkah Umar
86
Ternyata Seperti Ini
87
Acara Kabar-Kabur
88
Sesempit Apa Dunia Ini?
89
Konfirmasi Kesalahan Binti
90
Om Sama Onti Pacaran
91
Perdamaian Mertua dan Menantu
92
Lagi-Lagi Ketemu Mereka
93
Aku Juga Terpaksa Melakukannya
94
Ceraikan Suamimu!
95
Manusia Paling Aneh
96
Apa Sebaiknya Kita Pisah Saja?
97
Merasa Tak Pantas
98
Tolong Nikahi Istri Saya
99
Lebih Terang-Benderang
100
Perubahan Sang Mertua
101
Hasil Dari Pengkhianatan
102
Launching Anak Ke Empat
103
Ranya S Zunaira
104
Kamu Benci Melihatku?
105
Katakan, Siapa Laki-laki Itu?!
106
Tidak Bisa Di Pertahankan
107
Kepulangan Baby Zunaira
108
Rencana Tutup Pabrik
109
Salam Perpisahan
110
Jagoanku Sesungguhnya
111
Burung Menetas
112
Pergi Ke Singapura
113
Prekuel Haikal Al Fatir
114
Ketemu Bidadari
115
Benih-Benih Asmara
116
Pertama Kali Ceramah
117
Hangatnya Selimut Tetangga
118
Adalah Pengaruh Buruk
119
Mantap Melamar Adinda Ros
120
Mengatakan Sejujurnya
121
Datang Menepati Janji
122
Hari Pernikahan
123
Malam Pertama
124
Rencana Pindahan Ke Kota
125
Romansa Pernikahan
126
Prahara Rumah Tangga
127
Lalu Aku Harus Apa?
128
Akad Nikah Kedua
129
Naya Merasa Kerdil
130
Cemburu Dengan Ros
131
Tolong Ceraikan Aku
132
Dasar Menyusahkan!
133
Akhirnya Ditemukan
134
Aku Juga Melihatmu
135
Pindah Ke Ibukota
136
Kapan Mereka Balik?
137
Welcome Home!
138
Jangan Sebut Namaku
139
Overdosis
140
Pertanyaan
141
Sang Presdir Membenci Istrinya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!