TAK SANGGUP BERBAGI
Vita tersenyum bahagia melihat suaminya kini sudah terpejam setelah kegiatan halal yang baru mereka beberapa menit yang lalu. Akhirnya, setelah beberapa hari yang lalu menikah—kini mereka sudah bisa menjadi suami istri yang sesungguhnya. Vita masih menoleh ke samping, tangan mungilnya meraba wajah suaminya dengan gerakan memuja. Betapa sempurnanya Tuhan menciptakan laki-laki ini.
Dikecupnya sekali lagi bibir yang tadi membuatnya berkali-kali melenguh tersebut, lalu berpindah ke bagian pipi. Namun pada saat tangannya akan kembali meraba bagian dada suaminya, tiba-tiba tangannya terhenti. Bukan—bukan Vita yang menghentikannya, tetapi tangan Yudha.
Senyumnya kembali terukir karena Yudha merespons gerakannya. Itu artinya Yudha kembali terpancing. Ya, pikirnya demikian sebelum akhirnya nama laknat keluar dari bibir suaminya.
“Rahma ....”
DEG!
Seperti dipelintir hati Vita. Bagai terpelanting jauh dari atas jurang yang terjal. Dia sontak berbalik badan, tubuhnya bergetar disusul dengan bahu yang terguncang. Ia berjanji tidak akan pernah melupakan hari ini seumur hidupnya. Malam pertama, suaminya malah menyebut nama wanita lain. Ini adalah kenangan termanis dan terpahit yang ia rasakan secara bersamaan.
***
-Awal Pertemuan-
BRAKK!!
Suara benturan mobil disusul dengan teriakan seorang perempuan.
“Astaghfirullah ...,” desah Yudha mengeluhkan kecerobohannya telah menabrak seorang perempuan. Karena terus menerus melihat layar ponsel membuat dia tidak fokus melihat jalanan.
Pria berparas rupawan itu langsung turun dari mobilnya untuk memastikan keadaan wanita tersebut. Dilihatnya, seorang gadis berpakaian laki-laki sudah tergeletak di depan mobilnya dalam keadaan pingsan. Sedang di sekitar tubuhnya berceceran kue-kue pasar yang tumpah dari keranjangnya. Sehingga dapat Yudha perkirakan, dia adalah gadis penjual kue.
Yudha melihat kedua telapak tangannya. Gerakannya terlihat ragu akan menyentuh gadis ini lantaran belum pernah sekalipun tangan itu menyentuh perempuan selain ibunya sendiri.
Yudha menoleh ke sana kemari mencari-cari orang yang dapat dimintai pertolongan. Minimal, sekadar bertanya ke mana jalan keluar untuk menuju ke klinik terdekat. Tetapi sayangnya tidak ada satu pun orang yang melintas. Entah desa apa ini yang sangat rimbun sekali seperti hutan belantara. Pria itu tersesat.
“Bismillah ...,” ucap Yudha mengangkat tubuh gadis tersebut ke dalam mobilnya.
Namun setelah ia kembali menjalankan mobilnya selama beberapa meter, mobil tersebut malah mogok total. Bensinnya benar-benar habis.
Oh ya, ampun. Kenapa apesnya bisa berbarengan begini? Ke mana ia harus mencari pertolongan? Sedangkan jalanan masih sangat sepi.
Yudha tak ingin menyerah begitu saja, lelaki bertubuh tegap dan berkulit kuning langsat tersebut berjalan kaki menyusuri jalan sempit tersebut selama beberapa puluh meter, sebelum akhirnya dia menemukan sekumpulan pemuda yang sedang mengopi di warung.
Mereka menatap Yudha dengan mata menelisik. Mungkin heran dengan kemunculan pria tidak dikenal dikampungnya.
“Assalamualaikum, permisi. Mau tanya, apa di dekat sini ada POM bensin?”
“Bensin?” ulang mereka bertanya dengan dahi yang sama-sama mengerut.
“Iya, saat ini saya sedang kehabisan bensin,” kata Yudha memperjelas.
Kemudian salah satu pria berambut pirang menanyainya, “Di sini tidak ada bensin, tapi kalau situ mau saya bantu, saya bisa bagi. Tapi kenapa motormu tidak kau bawa?”
“Kendaraan saya bukan motor, Mas. Tapi mobil,” jawab Yudha.
“Wih, orang kaya dong kamu,” sahut yang lain lalu terlihat saling melirik satu sama lain.
“Oke, saya akan membantumu ke pom bensin terdekat,” ucap salah satu dari mereka yang berambut pirang tersebut. Pemuda yang berpakaian awut-awutan itu, menaiki motor berisiknya dan mempersilakan Yudha untuk duduk di belakangnya. Yudha yang selalu berpikir positif itu langsung membonceng di atas motor.
Saat berjalan, Yudha meminta untuk balik ke tempat tadi sebelum ia tinggalkan. “Kita ke balik ke sana dulu, Mas.”
“Tidak langsung saja?”
“Sebenarnya ... tadi saya nabrak orang,” ungkap Yudha tak enak hati.
“Lah kok bisa? Kenapa baru ngomong?” pemuda tersebut terkejut dengan mata yang sedikit dibelalakkan.
“Tolong jangan salah sangka. Saya nggak sengaja. Tapi dia sepertinya tidak apa-apa, hanya luka ringan. Mungkin dia terlalu kaget dan syok jadi akhirnya pingsan.”
Sesampainya di tempat tadi, Yudha langsung membuka pintu mobil belakang.
“Lah, sih si Vita,” ucap pria tadi setelah melihatnya.
Yudha tersenyum agak lega karena akhirnya ada yang dapat mengenali gadis yang baru saja ditabraknya. “Mas kenal gadis ini?”
“Dia anaknya Pak Rido. Tapi baru meninggal kemarin, bunuh diri di dekat sini. Makanya jalanan sepi. Kan horor.”
“Berarti tahu rumah gadis ini di mana?”
“Ya, tahu. Nggak jauh dari sini.”
“Mas mau bantu saya antar dia ke klinik terdekat?” tanya Yudha lagi.
“Iya ... boleh.” Terlihat agak malas pria tersebut menjawabnya.
“Jauh?”
“Lumayan,” jawabnya singkat. Tetapi karena tidak memungkinkan untuk membawa Vita dengan motor, pria yang berambut pirang karena semir tersebut meminta bantuan temannya yang lain untuk menyewa mobil coak. Tak lama menunggu, akhirnya Yudha berserta korbannya di antar ke klinik terdekat.
Tetapi pada saat ia sampai dan akan membayar mobil coak itu, Yudha baru menyadari bahwa dirinya sudah kehilangan dompet beserta ponselnya. Si pemilik mobil coak itu pun akhirnya kesal dan serampangan menyerapahinya.
Yudha sangat geram. Berapa kali ia mendapat kesialan hari ini? Yudha terus merutuki kecerobohannya sendiri. Sekarang apalagi yang harus Yudha lakukan? Tidak ada lagi yang tersisa terkecuali pakaian yang menempel pada tubuhnya. Ponsel, dompet, uang, identitas, semuanya raib. Sekarang ia harus melapor ke mana? Sementara kondisi gadis itu juga harus ia tanggung jawabi.
“Apa ini kelakuan para pemuda tadi?” gumam Yudha. “Bagaimana aku tak suudzon, aku hanya bersama mereka terakhir kali.”
“Gimana caranya aku balik?” gumam Yudha. Sementara ia tak menghafal satu pun nomor keluarganya terkecuali nomornya sendiri.
Lantas beberapa saat kemudian, gadis itu tersadar, membuka mata dan menoleh ke samping tempat Yudha duduk.
“Maaf, saya yang menabrakmu tadi,” kata Yudha sesaat setelah gadis itu mengetahui keberadaannya.
Gadis itu hanya menggeleng dan tersenyum samar, “Tidak apa-apa,” jawabnya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk bersandar. “Tapi saya harus pulang.”
“Ya, tentu akan mengantarmu,” bahkan bukan hanya itu. Mungkin malam ini aku juga akan minta bermalam di rumahmu, lanjut Yudha dalam hati. “Saya Yudha dari Jakarta.”
“Saya, saya ... Vita,” jawab gadis itu menundukkan pandangan. Ia juga melihat lutut kakinya yang tertabrak bagian tubuh mobil, kini sudah diperban dan rasanya sakit sekali.
“Sekali lagi, saya minta maaf karena telah membuatmu kesusahan berjalan.”
“Mungkin ini ujian, saya tidak apa-apa.” Sikapnya yang sabar, tenang dan ikhlas atas apa yang diterimanya membuat Yudha menjadi kagum.
“Ada hal yang harus saya ceritakan padamu,” kata Yudha setelah beberapa saat kemudian. “Dompet dan ponsel saya hilang pada saat mengantarkanmu kemari. Sudikah kiranya saya tinggal di rumahmu dulu selama beberapa waktu, sebelum saya mendapatkan bantuan?”
Raut wajah Vita berubah menjadi tidak enak. Oleh karenanya, dia kembali menunduk. “Maafkan saya, karena saya, Mas Yudha jadi kehilangan semuanya.”
“Itu sudah menjadi kewajiban saya, saya bersalah dan harus bertanggung jawab. Walau pada akhirnya malah justru lebih merepotkanmu lagi.”
“Sama sekali tidak, Mas Yudha,” ucap Vita tak berselang lama. “Tapi rumah sakit ini apakah sudah dibayarkan?”
“Oh, sudah, sudah. Kamu tidak perlu khawatir kalau untuk itu.”
Ya, dia telah menggadaikan jam tangan mahalnya di sini sebagai jaminan.
“Kalau begitu, saya mau langsung pulang saja.”
“Baiklah, kalau begitu saya ikut denganmu,” kata Yudha tanpa berpikir panjang.
***
Yuk dukung dengan tap tombol like dan love.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Ibu Dewi
y sama fonh aku juga jdi enek masa anak 2 berndal itu beran8 ngsmbil dompet nya yuda dasar berandal jdi kesel juga baca nya g punya rasa tuh orsng bikin sebel aja
2023-06-16
0
Iki Bae
huh bagus banget critanya
2023-06-16
0
Sunarti
mg menarik
2023-04-03
0