Malam Pertama Dengan Istri Kedua

“Selamat, ya,” ucap Jodi menjabat tangan Yudha.

“Iya, makasih, Di. Sudah mau jauh-jauh datang ke sini,” Yudha menjawab.

“Semoga rukun.” Tidak ada ucapan lain lagi dari sahabatnya itu. Hanya saja, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan. Orang yang menjadi panutannya, malah mencontohkan hal yang kurang baik. Lantaran menurutnya, poligami adalah pandangan buruk bagi sebagian orang, terutama wanita. Karena yang tampak di mata mereka adalah, ‘laki-laki doyan kawin,’ terlepas dari apa pun niat si pria tersebut.

Sudah Jodi ingatkan waktu itu di rumah Vita, bahkan sampai memarahinya juga di sana. Tetapi Yudha memang benar-benar ceroboh, bodoh, dan terlalu ringan tangan. Sia-sia saja koar-koar menceramahinya karena tidak akan berdampak apa pun kecuali menyebabkan bau mulut saja.

“Istrimu mana?” tanya Yudha. “Tidak ikut?”

“Tidak kubawa. Hamil.” Setiap kalimat yang keluar dari mulut Jodi terdengar agak ketus, sehingga membuat roman di wajah perempuan yang berada di sebelah Yudha berubah agak masam. Padahal, memang sudah pembawaan pria itu begitu.

Rahma pun tak habis pikir, padahal Jodi dulu mendukung kisah percintaannya dengan Yudha. Atau pemikiran pria tersebut memang sudah berubah?

Setiap orang, mempunyai sudut pandang yang berbeda. Tetapi setelah Rahma kaji-kaji berulang kali—menurutnya, dia tidak sepenuhnya bersalah. Bukan dia yang datang ke dalam kehidupan mereka, melainkan Vita sendiri yang masuk ke dalam kehidupannya. Menghancurkan mimpi-mimpinya bersama Yudha.

“Wah, selamat ya, Di. Sudah mau jadi seorang ayah sekarang,” kata Yudha memberikan selamat.

“Kau juga. Dari dua orang istri pula. Hebat ‘kan?” Jodi tersenyum kecut. “Ya sudah, aku langsung pulang setelah ini. Kau baik-baik.”

Yudha peka. Dia memang menangkap nada bicara Jodi yang berbeda. Namun tidak elok jika mengajaknya berdebat di sini.  

Akad nikah mau pun resepsi sudah hampir selesai. Para tamu sudah mulai berhamburan keluar dari lokasi. Pandangan Yudha mengedar ke bawah pelaminan, namun sayangnya, Yudha tak menemukan siapa pun di sana terkecuali Abah, keluarga inti dan saudara dekatnya saja.

Sebenarnya, Yudha ingin sekali melompat dari sana mencari Vita untuk melihat bagaimana keadaannya sekarang. Tetapi dia juga harus menghormati Rahma dan keluarganya. Takut hal ini dianggap sebagai ketidakpantasan.

“Bah? Umi, Alif dan Vita sudah pulang?” tanya Yudha ketika dia sudah menjauhi pelaminan. Saat itu, tamu sudah benar-benar tidak ada lagi. Dan Rahma sedang makan malam bersama dengan keluarga mereka sambil berbicara keseruannya tadi di pesta resepsi.

“Sudah,” jawab Abah Haikal. Terdengar helaan napas kasar dari Abah sembari memejamkan matanya sejenak. “Ada yang ingin Abah bicarakan padamu.”

“Bicaralah, Bah.”

“Acara besar ini, semua siapa yang merencanakan?”

“Ibu Nely,” jawab Yudha merasa bersalah. “Aku tahu ini sebuah kezaliman, Bah. Tapi aku tidak bisa menentang. Semua sudah dirancang dan tidak bisa kutolak begitu saja.”

Abah menatapnya dengan sorot mata kecewa. “Kami semua ikut terlibat, terutama Abah sendiri. Abah juga merasa telah menzalimi istri pertamamu. Kau harus meminta maaf padanya.” Abah memegang pundaknya. “Menurut boleh, tapi disetir jangan,” ujarnya penuh penekanan. “Abah tahu, kau terlalu ringan tangan, tapi kau harus mempunyai pendirian.”

Yudha terdiam. Menyadari dirinya yang begitu bodoh.

“Hanya itu pesan dariku. Ya sudah, Abah pulang dulu. Sampaikan kepada mertuamu. Abah sedang banyak urusan.”

Yudha hanya mengangguk. Membiarkan Abahnya pergi meninggalkannya. Malam ini, sudah jelas pria itu pulang ke arah mana.

***

“Kak, tidak mau mandi? Tidak mau ganti baju?” tanya Rahma ketika mereka sudah sampai di rumah perempuan itu. Saat ini keduanya sudah berada di dalam kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa.

Yudha tersenyum, melihat Rahma yang sudah membersihkan diri, memakai kimono sepanjang lutut dan membiarkan rambut hitam lurusnya tergerai begitu saja. Tampaklah semua bagian yang biasanya tersembunyi.  

Perempuan itu mendekatinya. “Kakak ingat sama Vita, ya?” tanyanya dengan roman sedih dan kecewa.

“Dia tidak ada di sana tadi, aku hanya ingin mengetahui kabarnya saja. Tapi sayangnya ponselnya dimatikan.”

“Ya sudah, Kak Yudha bisa melihatnya besok.”

“Tapi bagaimana denganmu?”

“Tidak apa-apa, Kak. Memangnya kenapa?”

“Aku harap kamu selalu seperti ini. Mengerti keadaanku.”

“Selalu, Kak. Aku sadar kau bukan milikku seorang.”

Yudha tersenyum dan memeluk Rahma. Ini pertama kalinya dia memeluk wanita itu setelah sekian lama dia menanti pernikahan ini terjadi.

‘Seandainya aku tidak pernah pergi ke desa itu, pasti rasanya tidak seberat ini.’

“Kamu bahagia?” tanya Yudha setelah melepaskan pelukannya.

Rahma mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. “Lebih bahagia lagi kalau Kakak tidak mempunyai istri lain. Tapi ... semua sudah terjadi. Aku harus ikhlas menerimanya. Aku mencintaimu, Kak. Dari dulu. Apa jadinya kalau aku tidak menikah denganmu. Aku bisa mati.”

“Sampai segitunya?”

“Itu hanya umpama!” cebik Rahma pura-pura kesal.

“Kirain,” Yudha terkekeh. “Ya sudah, aku mandi dulu,” pamit Yudha beranjak berdiri. Lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa baju ganti yang sudah Rahma persiapkan.

Beberapa menit setelahnya ia keluar dengan sudah memakai pakaian lengkap. Melakukan ibadahnya yang tertinggal, lantas naik ke atas ranjang. Menemui istri keduanya yang sudah memakai balutan pakaian tipis yang menggoda.

“Sudah siap?” tanya Yudha dengan perasaan yang sebenarnya hambar. Dia hanya mengandalkan napsu saja waktu itu.

“Aku menunggu momen ini semenjak lama.”

Yudha tersenyum. Menarik Rahma untuk mendekat dan membacakan doa untuknya. Melaksanakan ibadah yang seharusnya dia lakukan. Nafkah batin pertama kali untuk Rahma.

Keesokan harinya, Nely dan Ilyas saling senggol ketika mendapati putrinya keluar dengan wajah bersemu. Sudah dapat dipastikan, apa yang semalam terjadi.

“Sebentar lagi Ibu punya cucu, ya, Yah?” ujarnya saling sindir.

“Sepertinya, Bu.”

Sementara itu, di dalam kamar Yudha sedang bersiap-siap akan kembali ke rumah Uminya. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Vita. Bahkan Yudha sampai tidak bisa tidur sampai pagi karena terus memikirkannya.

“Kak Yudha mau pergi sekarang?” tanya Rahma setelah ia kembali ke dalam kamarnya lagi.

“Iya. Kamu kujemput besok, ya. Persiapkan semuanya.”

“Hati-hati, ya, Kak.”

“Iya, istriku. Beristirahatlah. Kamu pasti lelah,” godanya seraya mengecup bibirnya sekilas.

Rahma tersenyum. Merelakan suaminya pergi untuk menemui istri pertamanya. Memang cukup berat dan tidak mudah diterima oleh wanita mana pun. Tetapi ini sudah menjadi pilihannya dan dia sudah mengantisipasi hal ini—oleh karena sebab itu dia menyiasatinya dengan melakukan sejumlah kesibukan.

‘Kita saling mencintai, Kak. Aku yakin, suatu saat nanti yang bukan menjadi takdirmu akan pergi dengan sendirinya. Aku yakin kau hanya tergoda saja dengannya,’ batinnya sangat yakin.

“Suamimu langsung pergi?” tanya Ibu Nely.

“Ya, Bu. Aku harus mengerti Kak Yudha. Dia punya istri lain.”

“Tapi tidak seharusnya begitu. Ini jatah waktumu,” ujar Nely terus mengompori. “Dia harus ditegur. Kalau tidak, nanti menjadi semacam kebiasaan. Jangan karena kamu menjadi istri kedua, lantas membuat dirimu selalu mengalah. Itu tidak benar, Nak. Semua harus diperlakukan sama.”

“Kak Yudha hanya pergi sebentar, nanti juga balik lagi. Dia juga memikirkanku, kok Bu.”

“Ya sudah. Tapi lain kali tidak akan kubiarkan.”

***

Beberapa menit berlalu. Akhirnya Yudha telah sampai di rumahnya. Dia tak menemui siapa pun di ruang tamu terkecuali Bi Retno yang sedang menyapu lantai ruangan dalam.

“Eh, Mas Yudha sudah pulang?” ujarnya begitu mengetahui pemuda itu muncul di hadapannya.

“Pada ke mana, orang-orang, Bi?”

“Mas Alif sudah berangkat, kalau Umi sama Abah lagi olahraga di sport club pojok kompleks, Mas.”

“Oh, iya?” tanya Yudha heran. Karena pada saat ia masuk tadi ia tak melihatnya? Sport club yang dibangun di sebelah pos security kompleks itu tampak sepi.

“Mungkin di dalam, Mas. Kan luas tempatnya. Kalau di luar kan hanya kolam renang sama lapangan basket saja.”

“Vita gimana?” tanya Yudha agak berbisik. Dan setelah bertanya seperti itu, mata Bi Retno terlihat mengembun. Beliau jadi teringat dengan anak perempuannya sendiri. Batinnya berharap, semoga putrinya tidak mengalami nasib yang sama seperti Non Vita.

“Non Vita baik-baik saja, Mas,” jawabnya tanpa ingin menjelaskan lebih lanjut.

Yudha melangkahkan kaki ke atas. Setiap lantai yang dia pijak semakin terasa berat dan lunglai. Langkahnya mengayun perlahan—rasanya seperti seorang pengkhianat yang hendak memasrahkan diri.

Sampai di depan kamar, Yudha memegang knop dan mendorong perlahan pintu yang sedikit terbuka itu. Terlihat tubuh kecil istrinya sedang membersihkan kamarnya sendiri. Di tangannya terdapat alat pel yang ditekan ke lantai dan digeserkannya perlahan.

“Eh, ada orang,” ucap Vita begitu menyadari siapa yang datang. Wanita itu tersenyum dan menatapnya sekilas, lantas melanjutkan pekerjaannya lagi.

Bibir itu memang tersenyum. Tetapi bukan senyum dalam arti yang sebenarnya. Senyum yang tampak adalah senyum yang mengandung banyak beban dan masalah berat.

Yudha mendekatinya dan duduk di pinggiran ranjang. Lidahnya membisu, sulit untuk sekadar digerakkan. Dia memperhatikan saja perempuan itu selama beberapa lama.

“Mas Yudha sudah sarapan? Sudah minum air hangat?” tanya wanita itu menghindari kontak mata.

Yudha tak menjawab. Dia sudah sangat hafal kebiasaan istrinya. Jika sedang terjadi sesuatu padanya, maka dia akan membuat dirinya menjadi sangat sibuk—seperti yang terjadi pada saat mereka di dapur dulu. Dan saat ini pun demikian. Bedanya, jika dulu Vita sedang memeras santan—kali ini gadis itu sedang mengepel, membereskan meja, melipat sajadah berikut mukena bekas pakainya.

Semua itu tidak luput dari sorot mata Yudha. Pun dengan setetes air matanya yang tak sengaja luruh menimpa lantai.

“Sayang ....”

Untuk pertama kalinya Yudha memanggilnya seperti itu. Sungguh Vita sangat benci sekali mendengar Yudha memanggilnya dengan sedemikian merdu. Karena kemungkinan, panggilan itu juga sama dilakukannya kepada wanita lain, yakni Rahma.

“Aku keluar dulu mau taruh ini ke tempatnya,” ujarnya mendorong alat pel keluar. Bertujuan untuk menghindari tatapan mata pria tersebut. Tetapi kini langkahnya tertahan, karena Vita merasa pergelangan tangannya digenggam dan ditarik kembali. “Mas, minggir dulu. Aku mau taruh ini,” dia kembali mengulang agar Yudha dapat mengerti bahasanya.

Yudha menariknya paksa kemudian memeluknya tanpa mengatakan apa pun.

“Lepas! Tolong jangan seperti ini,” Vita memberontak. Parfum yang tercium di tubuh pria itu sudah tercampur dengan aroma wanita lain. Menyengat, menyumbat hidungnya sehingga menimbulkan hati menjadi semakin pedih.

“Aku membencimu! Aku membencimu!?” dia memukul-mukul dada pria itu meski tak berpengaruh apa-apa padanya.

Dalam waktu beberapa lama, keduanya berpelukan. Tergugu. Tangis perempuan itu semakin pecah. Hingga akhirnya, dia telah sampai titik rasa sakit yang paling dalam. Tubuh kecilnya semakin melemah. Ambruk dan tak sadarkan diri lagi!

***

To be continued.

Terpopuler

Comments

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Wuih..ternyata jiwamu mirip Mak Lampir....Rahma....kirain baik luar dlm tak taunya Busuk 😡😡😡😡😡

2023-06-18

1

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

Yudha lagsug hajar bae ya.. Ktahuan bnget emg doyan selangkangan😪

2023-06-17

0

Sulastri Utami

Sulastri Utami

mewek aq thor

2023-06-16

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Pertama Tak Terlupakan
2 Dinikahkan Secara Paksa
3 Biarkan Aku Bertanggung Jawab
4 Keakrabankah Yang Terjalin?
5 Apa Arti Pernikahan Ini Untukmu?
6 Menyebut Nama Perempuan Lain
7 Luka Untuk Yang Ke Sekian Kali
8 Kita Pergi Sekarang
9 Aku Hanya Sebuah Pelampiasan
10 Tanpa Kehadirannya Di Sisiku
11 Keputusan Terakhir
12 Cara Yang Amat Kampungan!
13 Akad Nikah Suamiku
14 Malam Pertama Dengan Istri Kedua
15 Menyesal Menikahi Mereka Berdua!
16 Bekerjasama Membuatnya Cemburu
17 Positif Dua Bulan
18 Nasib Apa Yang Menimpanya?
19 Tapi Jangan Sekarang
20 Berdebat Dengan Besan
21 Apa Kamu Tahu Makna Bahagia?
22 Merasa Tidak Dicintai Oleh Siapa Pun
23 Aku Kabur Dari Rumah
24 Kabar Tidak Menyenangkan
25 Pilih Aku Atau Dia
26 Dia Melarikan Diri
27 Laki-laki Tidak Berguna
28 Ulangilah Sebanyak Kau Mau
29 Melihat Menantunya
30 Menemukan Istri Pertama
31 Fakta Besar Yang Di Sembunyikan
32 Kedua Manusia Terkutuk
33 Aku Sangat Tertekan
34 Ditemukan Oleh Alif Noran
35 Jangan Beritahu Siapa Pun
36 Hukuman Mengerikan
37 Betapa Bodohnya Dia
38 Karma Yang Mulai Berdatangan
39 Mendekati Persalinan
40 Kemarau Yang Tersiram Hujan
41 Pertengkaran Besar!
42 Kelahiran Bayi Pertama
43 Pintu Telah Tertutup
44 Eshan Rayyan Altair
45 Kekesalan Yang Mendalam
46 Terimalah Aku Kali Ini
47 Apa Setelah Ini Kamu Masih....
48 Prepare For The Worst
49 Sebuah Pelukan Hangat
50 Ingin Melihat Kesungguhanmu
51 Pria Pencuri Ciuman
52 Apa Aku Berhalusinasi?
53 Hanya Kamu Satu-satunya
54 Alif & Layangan Putus
55 Anda Ingin Memeras Anak Saya?
56 Apa Yang Akan Terjadi?
57 Tak Sesuai Ekspektasi
58 Akibat Sumpah Kakak Ipar
59 Karma Yang Dibayar Kontan
60 Penghibur Yang Paling Baik
61 Semakin Mendekati Hari H
62 Kedatangan Sang Pujangga
63 Masih Kurang Jelas?!
64 Setelah Perceraian
65 Anggota Keluarga Kesayangan
66 Lelaki Tidak Berperasaan
67 Bangga Dicintai Sebesar Itu
68 Hari Pernikahan Yudha&Vita
69 Penyebab Patah Hati
70 M P Pengantin Kedaluarsa
71 Drama Mantan Istri
72 Contoh Suami Posesif
73 Minta Sate 200 Tusuk
74 Yeay! Adik Untuk Rayyan!
75 Kembali Menemukan Pengganti
76 Last Episode. Happy End
77 TERNODA DI MALAM PENGANTIN
78 PROMO & GIVE AWAY
79 Pembukaan Season 2
80 Merasa Bersalah Dengan Ray
81 Penampilan Berbeda Mantan Istri
82 Plis, Mama, Kali Ini Aja ....
83 Tolong Mama, Onti
84 Masih Belum Move On, Ya?
85 Keadaan Vita & Tingkah Umar
86 Ternyata Seperti Ini
87 Acara Kabar-Kabur
88 Sesempit Apa Dunia Ini?
89 Konfirmasi Kesalahan Binti
90 Om Sama Onti Pacaran
91 Perdamaian Mertua dan Menantu
92 Lagi-Lagi Ketemu Mereka
93 Aku Juga Terpaksa Melakukannya
94 Ceraikan Suamimu!
95 Manusia Paling Aneh
96 Apa Sebaiknya Kita Pisah Saja?
97 Merasa Tak Pantas
98 Tolong Nikahi Istri Saya
99 Lebih Terang-Benderang
100 Perubahan Sang Mertua
101 Hasil Dari Pengkhianatan
102 Launching Anak Ke Empat
103 Ranya S Zunaira
104 Kamu Benci Melihatku?
105 Katakan, Siapa Laki-laki Itu?!
106 Tidak Bisa Di Pertahankan
107 Kepulangan Baby Zunaira
108 Rencana Tutup Pabrik
109 Salam Perpisahan
110 Jagoanku Sesungguhnya
111 Burung Menetas
112 Pergi Ke Singapura
113 Prekuel Haikal Al Fatir
114 Ketemu Bidadari
115 Benih-Benih Asmara
116 Pertama Kali Ceramah
117 Hangatnya Selimut Tetangga
118 Adalah Pengaruh Buruk
119 Mantap Melamar Adinda Ros
120 Mengatakan Sejujurnya
121 Datang Menepati Janji
122 Hari Pernikahan
123 Malam Pertama
124 Rencana Pindahan Ke Kota
125 Romansa Pernikahan
126 Prahara Rumah Tangga
127 Lalu Aku Harus Apa?
128 Akad Nikah Kedua
129 Naya Merasa Kerdil
130 Cemburu Dengan Ros
131 Tolong Ceraikan Aku
132 Dasar Menyusahkan!
133 Akhirnya Ditemukan
134 Aku Juga Melihatmu
135 Pindah Ke Ibukota
136 Kapan Mereka Balik?
137 Welcome Home!
138 Jangan Sebut Namaku
139 Overdosis
140 Pertanyaan
141 Sang Presdir Membenci Istrinya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Malam Pertama Tak Terlupakan
2
Dinikahkan Secara Paksa
3
Biarkan Aku Bertanggung Jawab
4
Keakrabankah Yang Terjalin?
5
Apa Arti Pernikahan Ini Untukmu?
6
Menyebut Nama Perempuan Lain
7
Luka Untuk Yang Ke Sekian Kali
8
Kita Pergi Sekarang
9
Aku Hanya Sebuah Pelampiasan
10
Tanpa Kehadirannya Di Sisiku
11
Keputusan Terakhir
12
Cara Yang Amat Kampungan!
13
Akad Nikah Suamiku
14
Malam Pertama Dengan Istri Kedua
15
Menyesal Menikahi Mereka Berdua!
16
Bekerjasama Membuatnya Cemburu
17
Positif Dua Bulan
18
Nasib Apa Yang Menimpanya?
19
Tapi Jangan Sekarang
20
Berdebat Dengan Besan
21
Apa Kamu Tahu Makna Bahagia?
22
Merasa Tidak Dicintai Oleh Siapa Pun
23
Aku Kabur Dari Rumah
24
Kabar Tidak Menyenangkan
25
Pilih Aku Atau Dia
26
Dia Melarikan Diri
27
Laki-laki Tidak Berguna
28
Ulangilah Sebanyak Kau Mau
29
Melihat Menantunya
30
Menemukan Istri Pertama
31
Fakta Besar Yang Di Sembunyikan
32
Kedua Manusia Terkutuk
33
Aku Sangat Tertekan
34
Ditemukan Oleh Alif Noran
35
Jangan Beritahu Siapa Pun
36
Hukuman Mengerikan
37
Betapa Bodohnya Dia
38
Karma Yang Mulai Berdatangan
39
Mendekati Persalinan
40
Kemarau Yang Tersiram Hujan
41
Pertengkaran Besar!
42
Kelahiran Bayi Pertama
43
Pintu Telah Tertutup
44
Eshan Rayyan Altair
45
Kekesalan Yang Mendalam
46
Terimalah Aku Kali Ini
47
Apa Setelah Ini Kamu Masih....
48
Prepare For The Worst
49
Sebuah Pelukan Hangat
50
Ingin Melihat Kesungguhanmu
51
Pria Pencuri Ciuman
52
Apa Aku Berhalusinasi?
53
Hanya Kamu Satu-satunya
54
Alif & Layangan Putus
55
Anda Ingin Memeras Anak Saya?
56
Apa Yang Akan Terjadi?
57
Tak Sesuai Ekspektasi
58
Akibat Sumpah Kakak Ipar
59
Karma Yang Dibayar Kontan
60
Penghibur Yang Paling Baik
61
Semakin Mendekati Hari H
62
Kedatangan Sang Pujangga
63
Masih Kurang Jelas?!
64
Setelah Perceraian
65
Anggota Keluarga Kesayangan
66
Lelaki Tidak Berperasaan
67
Bangga Dicintai Sebesar Itu
68
Hari Pernikahan Yudha&Vita
69
Penyebab Patah Hati
70
M P Pengantin Kedaluarsa
71
Drama Mantan Istri
72
Contoh Suami Posesif
73
Minta Sate 200 Tusuk
74
Yeay! Adik Untuk Rayyan!
75
Kembali Menemukan Pengganti
76
Last Episode. Happy End
77
TERNODA DI MALAM PENGANTIN
78
PROMO & GIVE AWAY
79
Pembukaan Season 2
80
Merasa Bersalah Dengan Ray
81
Penampilan Berbeda Mantan Istri
82
Plis, Mama, Kali Ini Aja ....
83
Tolong Mama, Onti
84
Masih Belum Move On, Ya?
85
Keadaan Vita & Tingkah Umar
86
Ternyata Seperti Ini
87
Acara Kabar-Kabur
88
Sesempit Apa Dunia Ini?
89
Konfirmasi Kesalahan Binti
90
Om Sama Onti Pacaran
91
Perdamaian Mertua dan Menantu
92
Lagi-Lagi Ketemu Mereka
93
Aku Juga Terpaksa Melakukannya
94
Ceraikan Suamimu!
95
Manusia Paling Aneh
96
Apa Sebaiknya Kita Pisah Saja?
97
Merasa Tak Pantas
98
Tolong Nikahi Istri Saya
99
Lebih Terang-Benderang
100
Perubahan Sang Mertua
101
Hasil Dari Pengkhianatan
102
Launching Anak Ke Empat
103
Ranya S Zunaira
104
Kamu Benci Melihatku?
105
Katakan, Siapa Laki-laki Itu?!
106
Tidak Bisa Di Pertahankan
107
Kepulangan Baby Zunaira
108
Rencana Tutup Pabrik
109
Salam Perpisahan
110
Jagoanku Sesungguhnya
111
Burung Menetas
112
Pergi Ke Singapura
113
Prekuel Haikal Al Fatir
114
Ketemu Bidadari
115
Benih-Benih Asmara
116
Pertama Kali Ceramah
117
Hangatnya Selimut Tetangga
118
Adalah Pengaruh Buruk
119
Mantap Melamar Adinda Ros
120
Mengatakan Sejujurnya
121
Datang Menepati Janji
122
Hari Pernikahan
123
Malam Pertama
124
Rencana Pindahan Ke Kota
125
Romansa Pernikahan
126
Prahara Rumah Tangga
127
Lalu Aku Harus Apa?
128
Akad Nikah Kedua
129
Naya Merasa Kerdil
130
Cemburu Dengan Ros
131
Tolong Ceraikan Aku
132
Dasar Menyusahkan!
133
Akhirnya Ditemukan
134
Aku Juga Melihatmu
135
Pindah Ke Ibukota
136
Kapan Mereka Balik?
137
Welcome Home!
138
Jangan Sebut Namaku
139
Overdosis
140
Pertanyaan
141
Sang Presdir Membenci Istrinya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!