Tanpa Kehadirannya Di Sisiku

Yudha merasa sedang berada dititik terendah. Berkali-kali dia meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja, semua pasti berlalu, dan ini adalah tahapan lain yang harus dilaluinya. Untuk selama beberapa saat, dia bisa mengendalikan diri dan merasa tenang—namun setelah beberapa menit kemudian, dia kembali ke jurang kenestapaan.

Masih tercetak jelas dalam pikirannya bagaimana hancurnya sosok Rahma yang berlalu dari hadapannya. Membuatnya ikut merasakan sakit. Bayangan-bayangan tentang kenangan mereka bermunculan, berputar di kepalanya seperti kaset yang rusak. Teringat bagaimana caranya dulu ia mencintai wanita itu.

Tetapi disisi lain, ia juga tidak mungkin menceraikan Vita demi Rahma. Bagaimana tanggung jawabnya nanti di hadapan Tuhan? Membuang istrinya sendiri demi membahagiakan perempuan lain yang diharamkan atas segala-galanya. Apakah itu bukan perbuatan yang zalim?

Yudha pun bertanya-tanya terhadap diri sendiri. Siapakah sebenarnya cinta sejatinya?

Kembali kepada kenyataan. Yudha mengalirkan air keran yang terletak di samping rumah. Membasuh wajahnya agar kepalanya terasa lebih dingin dan merasa lebih baik. Setelah selesai, ia kembali ke dalam menemui istrinya yang saat ini sedang menunduk lesu.

“Kita ke kamar,” ucap Yudha berusaha memaksakan senyum, walau sebenarnya Vita tahu, Yudha hanyalah berpura-pura agar terlihat baik-baik saja di hadapannya.

Vita menatapnya sekilas, kemudian beranjak berdiri dan mengikuti ke mana Yudha menuju. Di kamar yang berukuran lima kali lima meter itu, Yudha menutup pintu. Beberapa barangnya, sudah terlihat teronggok di sana.

“Ini bisa kamu bereskan nanti siang,” ujar Yudha menghentikan Vita yang hendak membuka tasnya. “Memangnya tidak capek?”

Vita menggeleng.

“Kamar mandi ada di dalam sini.” Yudha menunjukkan pintu lain yang terletak tak jauh dari pintu masuk. “Aku tinggal dulu, mau langsung ke rumah sakit menjenguk Umi.”

“Ya, pergilah,” jawab Vita tanpa bisa mengatakan hal lain lagi.

“Kalau butuh apa-apa bisa minta tolong ke belakang, di sana ada Bi Retno.”

“Jangan terlalu lama perginya.”

“Kenapa, kamu tidak bisa jauh dariku?” godanya seraya tersenyum.

“Tidak usah terlalu GR. Aku baru sampai dan langsung kamu tinggalkan sendiri di sini. Bagaimana aku tidak bingung?”

“Kenapa harus bingung? Aku tak menyuruhmu untuk melakukan apa pun. Anggaplah rumah ini seperti rumahmu sendiri.”

“Apa aku bisa betah tinggal di rumah ini?” Vita mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang. Disusul oleh Yudha juga yang melakukan hal sama.

“Apa yang membuatmu berkata begitu? Kamu bahkan belum lima menit duduk di sini.”

“Bagaimana dengan ... Rahma?” tanya Vita menahan napas.

“Jangan tanyakan itu kalau kamu tidak merasa nyaman,” jawab Yudha mengerti apa yang sedang Vita rasakan. Yudha tahu, ini memang tidak bisa diterima dengan mudah oleh wanita mana pun. “Biar itu jadi urusanku. Kamu cukup memikirkanku saja.” Yudha berusaha memberikan penghiburan dengan mendekap tubuh kecil Vita ke dalam pelukannya.

“Seharusnya aku tidak pernah hadir di antara kalian. Akulah penyebab dari hancurnya hubunganmu dengannya,” lirih Vita mengandung penyesalan.

“Sst ... jangan pikirkan itu.”

“Bagaimana aku tak memikirkannya? Akulah pusat dari kesalahan itu, Mas.”

Yudha menggeleng dan mengeratkan pelukannya. “Mungkin kamulah jodohku, sebagaimana pun kami merencanakan, semua ketentuan tetap ada di tangan Tuhan.”

“Aku ... aku ingin pulang,” Vita berkata dengan bibir bergetar. Membuat Yudha sontak menjauhkan tubuhnya dan menatapnya lekat-lekat. Menanti ucapan yang belum seluruhnya Vita ungkapkan.

“Apa sebaiknya kita pisah saja ...,” ujar Vita tersendat-sendat. “Aku berjanji tidak akan meminta apa pun. Sudah pernah ada di dalam dekapanmu saja, itu sudah cukup membuatku bahagia.”

Seketika Yudha langsung menyela. “Jaga bicaramu, Vita!”

Untuk pertama kali Yudha membentaknya. Dari raut wajahnya mencuat semburat kemarahan dan kekecewaan. “Kamu sendiri yang bilang bahwa pernikahan ini sungguh-sungguh bagimu. Kamu tahu artinya sungguh-sungguh? Sungguh-sungguh artinya tidak mempermainkannya!”

‘Tapi aku nelangsa karena bahagia di atas penderitaan perempuan lain. Meskipun aku juga tidak akan rela kalian bersatu. Aku tidak tahu harus bagaimana dan aku benar-benar benci diriku sendiri.’

“Kamu tidak mencintaiku bukan?” tanya Vita setelah beberapa saat kemudian.

Namun pertanyaan sederhana itu tidak mendapatkan jawaban. Dan Yudha malah justru mengatakan hal lain.

“Aku tidak akan menceraikanmu, sampai kapan pun,” kata Yudha dengan pelan tapi tegas. “Tenangkan dirimu dulu. Aku pergi ke rumah sakit sekarang. Kuharap setelah aku kembali aku menemuimu dalam keadaan yang lebih baik.”

Usai berkata demikian, Yudha keluar dari kamar dan meninggalkannya seorang diri.

Namun belum ada satu menit, pintu kembali terbuka, terlihat Yudha masuk kembali ke kamar ini dan langsung memeluknya. Mengecup tangannya seperti biasa dan mengucapkan kata maafnya berkali-kali.

“Kalau aku tidak menyayangimu, mana mungkin aku membawamu ke sini dengan segala risiko yang akan aku hadapi. Kamu juga kukenalkan pada semua orang yang kutemui di rumah ini sebagai istriku, dan kamu pun mengetahuinya.”

‘Bibirmu mungkin bisa berkata seperti itu, tetapi hatimu bisa berkata lain. Pasti ada perbedaan jumlah dan akulah yang ada di posisi dengan kadar yang paling rendah.’

***

Di bawah siraman sinar matahari yang cukup terik, mobil berwarna putih dengan nomor pelat yang di awali huruf B menuju ke gedung rumah sakit yang berada di daerah jalan besar Adiyasa. Setelah memastikan mobil aman di tempat yang seharusnya, Yudha menaiki lift menuju ke lantai di mana Uminya sedang dirawat.

Nomor kamar yang dituju. Setelah sampai di depan kamar itu, Yudha pun membuka kamar seraya mengucapkan salam. “Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab beberapa orang bersamaan.

Matanya langsung tertuju kepada Umi Ros yang sedang terbaring lemah dengan jarum infus yang menusuk di tangan kanannya. Ada Abah dan juga Alif. Namun orang yang pertama didekati adalah Umi Ros.

“Alhamdulillah, kamu pulang,” kata Umi Ros sangat bersyukur. Beliau berulang kali mengusap kepala putranya yang terus menunduk mencium tangannya.

“Cepat sehat,” kata Yudha dengan lirih.

“Iya, Umi sudah sehat.”

Abah ikut menyahuti, “Umi hanya tensi rendah dan kurang cairan saja. sudah bisa pulang besok hari kata dokter.”

“Kalau kamu gimana, sehat?” Umi bertanya.

Yudha hanya mengangguk. Dia tak kuasa menahan harunya suasana ini. Rindunya begitu besar terhadap keluarga yang sudah beberapa hari ditinggalkannya. Berbalik badan, Yudha memeluk Abahnya dengan penuh kerinduan. “Maaf, Bah. Yudha sudah membuat kalian susah.”

“Sama sekali tidak,” jawab Abah. Kemudian keduanya merenggangkan pelukan. “Alif bilang, kau membawa pulang seorang istri apa itu benar?” tanya Abah langsung ke poin utama.

Yudha menatap satu persatu ketiga orang yang sedang berada di sana. Oh, jadi Alif sudah memberitahukannya?

Tetapi memang sudah seharusnya mereka tahu bukan? Mau sekarang atau nanti pun sama saja.

“Duduklah, berbicaralah kepada kami,” titah Abah dengan tegas dan bijaksana. “Jelaskan semuanya tanpa terkecuali.”

“Tolong jangan pikir Yudha melakukan perbuatan tercela, Abah, umi. Demi Allah Yudha tidak melakukan itu.”

“Ya, maka dari itu, jelaskan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi,” sahut Umi dengan bijaksana pula. “Agar kami tetap berprasangka baik terhadapmu.”

Terlebih dahulu Yudha menghela napasnya panjang, sebelum akhirnya menceritakan apa yang terjadi kepadanya selama beberapa hari di sana.

“Sebelumnya Yudha minta maaf Abah, Umi. Karena Yudha berangkat tanpa mengantongi restu dari kalian. Mungkin karena sebab itulah, Yudha terkena akibatnya ....” kemudian Yudha menceritakan awal mula dia masuk ke desa terpencil dengan serentetan musibah yang terjadi kepadanya; susah sinyal (yang mengakibatkan navivasinya tidak berfungsi dengan baik), menabrak seorang gadis, mogok berikut kecopetan dan terpaksa tinggal bersama karena tidak punya jalan keluar lain—lantas berakhir pada sebuah fitnah keji yang mengharuskan mereka menikah.

Yudha juga menceritakan bagaimana kehidupan Vita di sana yang seorang diri. Juga dengan bobroknya keadaan desa itu. Abah, Umi mau pun alif, mendengarkan semua yang Yudha jelaskan tanpa ada yang menyela mau pun menyulut api amarah.

Beberapa puluh menit berlalu. Setelah keluarga menelaah semua penjelasan Yudha dan menangkap garis besarnya, Abah turut berbicara, membantu memberikan saran dan jalan keluar.

“Datangi rumah Rahma sekarang. Katakan permintaan maafmu kepada keluarganya. Jelaskan sejujurnya apa yang kamu alami agar tidak menjadi sebuah kesalahpahaman. Abah tidak mau mereka mengira bahwa kau adalah orang yang tidak bisa memegang janji.”

“Baik, Bah.” Yudha menyanggupi karena memang sudah seharusnya demikian.

“Kau tahu masalah ini bisa menyeret-nyeret nama keluarga. Buktikan kepada mereka bahwa kami tidaklah salah dalam mendidikmu.”

Yudha mengangguk mengakui serangkaian kesalahannya. “Sekali lagi maafkan Yudha, Bah.”

Abah memegang sebelah pundak putranya sekilas. “Ini bukan kesalahanmu sepenuhnya. Kami sudah memaafkanmu, tetapi lain kali kau lebih hati-hati lagi.” Ada jeda sebelum Abah kembali melanjutkan petuahnya, “Kau sudah menjadi seorang suami sekarang, yang tindak tanduknya akan diikuti oleh istrimu. Kau harus menjadi imam yang baik agar bisa menjadi contoh untuk anak-anakmu kelak.”

“Jadi Abah dan Umi menerima Vita di keluarga kita? Walau dia tak berasal dari ....”

“Tidak ada yang berbeda di mata kami, Nak. Semua tampak sama saja,” kata Umi menyela ucapan putranya.

Yudha mengusap dadanya lega karena Uminya menerima Vita di keluarganya dengan tangan terbuka. Sudah Yudha duga sebelumnya bahwa Umi adalah wanita yang paling tulus yang pernah ia kenal dan ia miliki. Berkali-kali Yudha mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya, sebelum akhirnya Yudha menyelesaikan masalah berikutnya di rumah Rahma. Menemui keluarga itu.

***

“Mas Yudha ke mana? Teganya dia membiarkanku sendirian begini.”

Setengah hari berlalu terasa sangat lama bagi Vita berada di rumah besar keluarga Al Fatir. Bagi orang yang baru seperti Vita, dia cukup bingung berada di sini. Seharusnya, Yudha tidak pergi selama itu meninggalkannya.

Tidak ada yang dilakukannya hari ini selain menunggu kepulangan Yudha seraya berharap dengan cemas. Kecemburuan sudah pasti ada. Takut diam-diam suaminya menemui Rahma tanpa sepengetahuannya.

Tetapi apakah betul Yudha tega berbuat hal demikian? Bukankah pria itu cukup tahu apa saja yang membuat pernikahan ini bernoda?

Namun tidak bisa dipungkiri, Ustaz paling suci pun, bisa berbuat kekhilafan. Karena ujian terberat laki-laki dalam hidupnya adalah kaum perempuan, sedalam apa pun mereka memiliki iman.

“Biasanya perginya Mas Yudha lama tidak, Bi?” tanya Vita yang sudah akrab dengan Bi Retno, satu-satunya asisten rumah tangga di rumah ini. Berusia sekitar lima puluh tahunan.

“Tergantung perginya Non. Kalau ke kantor paling jam lima, beliau sudah sampai di rumah. Tapi kalau ke tempat lain, ya tidak bisa dipastikan,” Bibi menjawab dengan seulas senyum. “Dihubungi saja kalau ingin tahu Non,” ujarnya lagi memberinya saran.

“Nomornya tidak bisa dihubungi,” jawabnya penuh kekecewaan.

Hingga malam hari Vita menunggu, namun Yudha tidak juga pulang ke rumah apalagi menghubunginya. Malam itu tanpa ada Yudha di sampingnya, Vita menangis sampai larut.

****

Thank you buat ketiga orang ini peyuk onlen....

Terpopuler

Comments

Jaya Nada

Jaya Nada

alhmdullah keluargany menerima vita

2022-10-08

0

Christy Oeki

Christy Oeki

trus sehat

2022-07-12

0

Nai's House

Nai's House

sedih

2022-06-15

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Pertama Tak Terlupakan
2 Dinikahkan Secara Paksa
3 Biarkan Aku Bertanggung Jawab
4 Keakrabankah Yang Terjalin?
5 Apa Arti Pernikahan Ini Untukmu?
6 Menyebut Nama Perempuan Lain
7 Luka Untuk Yang Ke Sekian Kali
8 Kita Pergi Sekarang
9 Aku Hanya Sebuah Pelampiasan
10 Tanpa Kehadirannya Di Sisiku
11 Keputusan Terakhir
12 Cara Yang Amat Kampungan!
13 Akad Nikah Suamiku
14 Malam Pertama Dengan Istri Kedua
15 Menyesal Menikahi Mereka Berdua!
16 Bekerjasama Membuatnya Cemburu
17 Positif Dua Bulan
18 Nasib Apa Yang Menimpanya?
19 Tapi Jangan Sekarang
20 Berdebat Dengan Besan
21 Apa Kamu Tahu Makna Bahagia?
22 Merasa Tidak Dicintai Oleh Siapa Pun
23 Aku Kabur Dari Rumah
24 Kabar Tidak Menyenangkan
25 Pilih Aku Atau Dia
26 Dia Melarikan Diri
27 Laki-laki Tidak Berguna
28 Ulangilah Sebanyak Kau Mau
29 Melihat Menantunya
30 Menemukan Istri Pertama
31 Fakta Besar Yang Di Sembunyikan
32 Kedua Manusia Terkutuk
33 Aku Sangat Tertekan
34 Ditemukan Oleh Alif Noran
35 Jangan Beritahu Siapa Pun
36 Hukuman Mengerikan
37 Betapa Bodohnya Dia
38 Karma Yang Mulai Berdatangan
39 Mendekati Persalinan
40 Kemarau Yang Tersiram Hujan
41 Pertengkaran Besar!
42 Kelahiran Bayi Pertama
43 Pintu Telah Tertutup
44 Eshan Rayyan Altair
45 Kekesalan Yang Mendalam
46 Terimalah Aku Kali Ini
47 Apa Setelah Ini Kamu Masih....
48 Prepare For The Worst
49 Sebuah Pelukan Hangat
50 Ingin Melihat Kesungguhanmu
51 Pria Pencuri Ciuman
52 Apa Aku Berhalusinasi?
53 Hanya Kamu Satu-satunya
54 Alif & Layangan Putus
55 Anda Ingin Memeras Anak Saya?
56 Apa Yang Akan Terjadi?
57 Tak Sesuai Ekspektasi
58 Akibat Sumpah Kakak Ipar
59 Karma Yang Dibayar Kontan
60 Penghibur Yang Paling Baik
61 Semakin Mendekati Hari H
62 Kedatangan Sang Pujangga
63 Masih Kurang Jelas?!
64 Setelah Perceraian
65 Anggota Keluarga Kesayangan
66 Lelaki Tidak Berperasaan
67 Bangga Dicintai Sebesar Itu
68 Hari Pernikahan Yudha&Vita
69 Penyebab Patah Hati
70 M P Pengantin Kedaluarsa
71 Drama Mantan Istri
72 Contoh Suami Posesif
73 Minta Sate 200 Tusuk
74 Yeay! Adik Untuk Rayyan!
75 Kembali Menemukan Pengganti
76 Last Episode. Happy End
77 TERNODA DI MALAM PENGANTIN
78 PROMO & GIVE AWAY
79 Pembukaan Season 2
80 Merasa Bersalah Dengan Ray
81 Penampilan Berbeda Mantan Istri
82 Plis, Mama, Kali Ini Aja ....
83 Tolong Mama, Onti
84 Masih Belum Move On, Ya?
85 Keadaan Vita & Tingkah Umar
86 Ternyata Seperti Ini
87 Acara Kabar-Kabur
88 Sesempit Apa Dunia Ini?
89 Konfirmasi Kesalahan Binti
90 Om Sama Onti Pacaran
91 Perdamaian Mertua dan Menantu
92 Lagi-Lagi Ketemu Mereka
93 Aku Juga Terpaksa Melakukannya
94 Ceraikan Suamimu!
95 Manusia Paling Aneh
96 Apa Sebaiknya Kita Pisah Saja?
97 Merasa Tak Pantas
98 Tolong Nikahi Istri Saya
99 Lebih Terang-Benderang
100 Perubahan Sang Mertua
101 Hasil Dari Pengkhianatan
102 Launching Anak Ke Empat
103 Ranya S Zunaira
104 Kamu Benci Melihatku?
105 Katakan, Siapa Laki-laki Itu?!
106 Tidak Bisa Di Pertahankan
107 Kepulangan Baby Zunaira
108 Rencana Tutup Pabrik
109 Salam Perpisahan
110 Jagoanku Sesungguhnya
111 Burung Menetas
112 Pergi Ke Singapura
113 Prekuel Haikal Al Fatir
114 Ketemu Bidadari
115 Benih-Benih Asmara
116 Pertama Kali Ceramah
117 Hangatnya Selimut Tetangga
118 Adalah Pengaruh Buruk
119 Mantap Melamar Adinda Ros
120 Mengatakan Sejujurnya
121 Datang Menepati Janji
122 Hari Pernikahan
123 Malam Pertama
124 Rencana Pindahan Ke Kota
125 Romansa Pernikahan
126 Prahara Rumah Tangga
127 Lalu Aku Harus Apa?
128 Akad Nikah Kedua
129 Naya Merasa Kerdil
130 Cemburu Dengan Ros
131 Tolong Ceraikan Aku
132 Dasar Menyusahkan!
133 Akhirnya Ditemukan
134 Aku Juga Melihatmu
135 Pindah Ke Ibukota
136 Kapan Mereka Balik?
137 Welcome Home!
138 Jangan Sebut Namaku
139 Overdosis
140 Pertanyaan
141 Sang Presdir Membenci Istrinya
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Malam Pertama Tak Terlupakan
2
Dinikahkan Secara Paksa
3
Biarkan Aku Bertanggung Jawab
4
Keakrabankah Yang Terjalin?
5
Apa Arti Pernikahan Ini Untukmu?
6
Menyebut Nama Perempuan Lain
7
Luka Untuk Yang Ke Sekian Kali
8
Kita Pergi Sekarang
9
Aku Hanya Sebuah Pelampiasan
10
Tanpa Kehadirannya Di Sisiku
11
Keputusan Terakhir
12
Cara Yang Amat Kampungan!
13
Akad Nikah Suamiku
14
Malam Pertama Dengan Istri Kedua
15
Menyesal Menikahi Mereka Berdua!
16
Bekerjasama Membuatnya Cemburu
17
Positif Dua Bulan
18
Nasib Apa Yang Menimpanya?
19
Tapi Jangan Sekarang
20
Berdebat Dengan Besan
21
Apa Kamu Tahu Makna Bahagia?
22
Merasa Tidak Dicintai Oleh Siapa Pun
23
Aku Kabur Dari Rumah
24
Kabar Tidak Menyenangkan
25
Pilih Aku Atau Dia
26
Dia Melarikan Diri
27
Laki-laki Tidak Berguna
28
Ulangilah Sebanyak Kau Mau
29
Melihat Menantunya
30
Menemukan Istri Pertama
31
Fakta Besar Yang Di Sembunyikan
32
Kedua Manusia Terkutuk
33
Aku Sangat Tertekan
34
Ditemukan Oleh Alif Noran
35
Jangan Beritahu Siapa Pun
36
Hukuman Mengerikan
37
Betapa Bodohnya Dia
38
Karma Yang Mulai Berdatangan
39
Mendekati Persalinan
40
Kemarau Yang Tersiram Hujan
41
Pertengkaran Besar!
42
Kelahiran Bayi Pertama
43
Pintu Telah Tertutup
44
Eshan Rayyan Altair
45
Kekesalan Yang Mendalam
46
Terimalah Aku Kali Ini
47
Apa Setelah Ini Kamu Masih....
48
Prepare For The Worst
49
Sebuah Pelukan Hangat
50
Ingin Melihat Kesungguhanmu
51
Pria Pencuri Ciuman
52
Apa Aku Berhalusinasi?
53
Hanya Kamu Satu-satunya
54
Alif & Layangan Putus
55
Anda Ingin Memeras Anak Saya?
56
Apa Yang Akan Terjadi?
57
Tak Sesuai Ekspektasi
58
Akibat Sumpah Kakak Ipar
59
Karma Yang Dibayar Kontan
60
Penghibur Yang Paling Baik
61
Semakin Mendekati Hari H
62
Kedatangan Sang Pujangga
63
Masih Kurang Jelas?!
64
Setelah Perceraian
65
Anggota Keluarga Kesayangan
66
Lelaki Tidak Berperasaan
67
Bangga Dicintai Sebesar Itu
68
Hari Pernikahan Yudha&Vita
69
Penyebab Patah Hati
70
M P Pengantin Kedaluarsa
71
Drama Mantan Istri
72
Contoh Suami Posesif
73
Minta Sate 200 Tusuk
74
Yeay! Adik Untuk Rayyan!
75
Kembali Menemukan Pengganti
76
Last Episode. Happy End
77
TERNODA DI MALAM PENGANTIN
78
PROMO & GIVE AWAY
79
Pembukaan Season 2
80
Merasa Bersalah Dengan Ray
81
Penampilan Berbeda Mantan Istri
82
Plis, Mama, Kali Ini Aja ....
83
Tolong Mama, Onti
84
Masih Belum Move On, Ya?
85
Keadaan Vita & Tingkah Umar
86
Ternyata Seperti Ini
87
Acara Kabar-Kabur
88
Sesempit Apa Dunia Ini?
89
Konfirmasi Kesalahan Binti
90
Om Sama Onti Pacaran
91
Perdamaian Mertua dan Menantu
92
Lagi-Lagi Ketemu Mereka
93
Aku Juga Terpaksa Melakukannya
94
Ceraikan Suamimu!
95
Manusia Paling Aneh
96
Apa Sebaiknya Kita Pisah Saja?
97
Merasa Tak Pantas
98
Tolong Nikahi Istri Saya
99
Lebih Terang-Benderang
100
Perubahan Sang Mertua
101
Hasil Dari Pengkhianatan
102
Launching Anak Ke Empat
103
Ranya S Zunaira
104
Kamu Benci Melihatku?
105
Katakan, Siapa Laki-laki Itu?!
106
Tidak Bisa Di Pertahankan
107
Kepulangan Baby Zunaira
108
Rencana Tutup Pabrik
109
Salam Perpisahan
110
Jagoanku Sesungguhnya
111
Burung Menetas
112
Pergi Ke Singapura
113
Prekuel Haikal Al Fatir
114
Ketemu Bidadari
115
Benih-Benih Asmara
116
Pertama Kali Ceramah
117
Hangatnya Selimut Tetangga
118
Adalah Pengaruh Buruk
119
Mantap Melamar Adinda Ros
120
Mengatakan Sejujurnya
121
Datang Menepati Janji
122
Hari Pernikahan
123
Malam Pertama
124
Rencana Pindahan Ke Kota
125
Romansa Pernikahan
126
Prahara Rumah Tangga
127
Lalu Aku Harus Apa?
128
Akad Nikah Kedua
129
Naya Merasa Kerdil
130
Cemburu Dengan Ros
131
Tolong Ceraikan Aku
132
Dasar Menyusahkan!
133
Akhirnya Ditemukan
134
Aku Juga Melihatmu
135
Pindah Ke Ibukota
136
Kapan Mereka Balik?
137
Welcome Home!
138
Jangan Sebut Namaku
139
Overdosis
140
Pertanyaan
141
Sang Presdir Membenci Istrinya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!