Sudah jatuh tertimpa tangga! Itulah pepatah yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan Khaira saat ini. Sore hari ia melihat perilaku Felly di belakang suaminya, diancam oleh Felly, terjatuh hingga kakinya terkilir, bahkan tidak ada orang di rumahnya yang tulus menolongnya, Radit dan Felly dengan cueknya melewati Khaira begitu saja, tanpa memberi pertolongan.
Lantaran kakinya terkilir, Khaira pun berpikir untuk mendapatkan pertolongan, namun menghubungi orang tua atau mertuanya bukan pilihan yang tepat. Justru hanya akan menimbulkan kecurigaan pada pernikahannya yang dibangun tanpa cinta. Juga, baik orang tua dan mertua Khaira justru akan menyudutkan Radit apabila Khaira jujur menceritakan semuanya. Akhirnya, Khaira pun memilih menghubungi Metta sahabatnya. Tuhan masih berbaik hati, lantaran sahabatnya itu langsung datang membantunya.
Begitu sampai di rumah Khaira, Metta langsung memapah temannya itu masuk ke dalam mobil.
"Tolong anterin ke fisioterapi terdekat aja ya, Ta. Minimal ada pertolongan kakinya."
"Iya Khai... Aman."
"Makasih ya Ta, lo emang sahabat terbaik gue."
"Iya-iya, gak usah terharu gitu loh." Metta tertawa mendengar ucapan terima kasih Khaira yang dibarengi dengan wajah sahabatnya yang justru terharu.
Metta pun menjalankan mobilnya mencari fisioterapi yang dekat. Mobil itu berjalan perlahan, dan Metta menengok ke kanan mau pun ke kiri mencari-cari tempat fisioterapi. Akhirnya, ia teringat ada sebuah fisioterapi yang letaknya tidak jauh dari kampusnya. Maka Metta pun langsung menjalankan mobilnya menuju fisioterapi yang berada di dekat kampusnya.
Sesampainya di tempat fisioterapi, Metta kembali memapah Khaira ke dalam, ia setia menemani temannya itu mendapatkan perawatan.
Sesampainya di Fisioterapi, Metta dan Khaira justru kembali bertemu dengan Tama yang sedang duduk di ruang tunggu.
"Hai, kalian ngapain ke sini?" tanya Tama dengan senyuman manis di wajahnya.
"Ini gue anterin Khaira, kakinya terkilir."
Mendengar Khaira yang kakinya terkilir pun, membuat senyum di wajah Tama hilang seketika. "Kamu terkilir, Khaira? Kok bisa sih?"
Khaira mencoba tenang dan menahan rasa sakitnya, "Iya, tadi tergelincir waktu menuruni anak tangga."
Tama yang semula duduk, nampak mendekat ke tempat Khaira dan Metta sedang duduk. Cowok tampan itu mengamati kaki Khaira satu per satu.
"Kaki kiri ya? Ya ampun, sampai bengkak."
"Iya ini bengkak, mungkin ada ototnya yang bermasalah." jawab Khaira.
"Tadi begitu tergelincir, kakinya kamu apain?"
"Di rumah gue kompress aja pakai es batu, sambil nunggu Metta dateng. Ya kan, Ta?"
"Iya, tadi dikompres aja sih pakai es batu." Metta menjawab sekenanya. Entah mengapa, Metta justru semakin yakin bahwa Tama kemungkinan besar memiliki rasa kepada Khaira.
"Kok kamu bisa di sini sih Tama?" Lanjut Metta, ia terkesan ingin menyelidiki mengapa Tama berada di tempat fisioterapi.
"Fisioterapi ini punya Bunda gue. Ya, gue ke sini cuma main-main aja sih, sambil nunggu Bunda."
"O..." jawaban kompak dari Metta dan Khaira.
"Masih antri banyak gak ya Tama?" tanya Khaira, karena kakinya memang semakin sakit.
"Enggak kok. Abis ini selesai kok. Cuma ada satu pasien di dalam."
"Sakit enggak sih kalau kaki terkilir di fisioterapi?" lagi Khaira bertanya, sebab memang sebelumnya dia belum pernah melakukan fisioterapi.
"Enggak kok, tahan aja. Penting kan sembuh."
Khaira langsung tahu, pasti memang sakit. Tetapi, mau tidak mau ia harus melakukan fisioterapi untuk kakinya yang sakit.
"Tenang Khai, gue temenin." kata Metta menenangkan sahabatnya itu.
"Makasih ya Ta..." Khaira mengucapkan terima kasih dengan tulus.
Hampir 10 menit menunggu, akhirnya giliran Khaira yang akan mendapatkan fisioterapi. Seorang Terapis yang nyaris berusia separuh baya, memiliki wajah yang cantik dan senyum yang ramah mempersilakan Khaira untuk masuk ke kamar perawatan.
"Halo... Dengan siapa ini?" sapa Terapis itu ramah.
"Saya Khaira, Tante..."
"Khaira ini teman Tama di kampus, Bunda." Sahut Tama, dan benar saja Terapis itu adalah Bundanya Tama.
"Oh... Temennya Tama ya?"
"Iya Tante, saya satu kampus dengan Tama."
"Kalau yang mengantar ini siapa namanya?"
"Saya Metta, Tante. Temannya Khaira di kampus juga."
"Wah, rupanya teman-temanya Tama semuanya. Kenalin, Tante Bundanya Tama. Tante Rina." Ia memperkenalkan namanya dengan hangat.
"Jadi kenapa kamu Khaira?"
"Kaki saya terkilir Tante, tadi waktu turun dari anak tangga, kaki saya tergelincir, kaki yang kiri mendarat tidak sempurna, akhirnya agak bengkak ini Tante."
"Iya, kaki kamu memang bengkak, ya udah kita terapi sekarang ya."
"Iya Tante."
"Kalian tunggu di luar aja, gak usah panik ya. Nanti pasti sembuh Khaira nya."
Khaira masuk ke dalam kamar perawatan, Tante Rina pun langsung memijat kaki Khaira.
"Aw... Aduh... Sakit Tante..."
Teriakan kesakitan Khaira pun dapat didengar oleh Tama dan Metta yang menunggu di luar.
"Fisioterapi emang sesakit itu ya Tam? Kasihan Khaira ampe teriak kesakitan kayak gitu."
"Ya emang sakit sih, namanya kan juga benerin otot dan sendi yang bermasalah."
"Berapa lama bisa sembuh?" Tanya Metta.
"Kalau cuma terkilir ringan mungkin 3 hari sudah sembuh kok."
Khaira mendapatkan terapi hampir 20 menit, kakinya yang bengkak memang berkurang. Tetapi, Tante Rina memberikan saran 3 hari ke depan untuk melakukan terapi lagi. Tante Rina juga meminjamkan kruk sebagai alat bantu jalan untuk Khaira.
Setelah selesai dengan semuanya, Khaira dan Metta pun pamit kepada Tante Rina dan Tama.
"Mau gue anterin, Khai?" Tama menawarkan untuk mengantar Khaira.
"Eh, gue udah sama Metta. Makasih Tama, tapi gue sama Metta aja."
"Udah malem ini. Metta, lo pulang aja, Khaira biar gue anter."
Metta pun berpikir sejenak, memang sudah malam dan masih ada tugas kuliah yang harus ia kerjakan. Akhirnya Metta pun mempercayakan kepada Tama untuk mengantar Khaira.
"Khai, lo dianter Tama aja ya. Gue masih mau ngerjain proposal skripsi. Gak papa ya?"
Khaira sebenarnya tidak enak apabila diantar Tama, terlebih saat ini ia sudah bersuami, pasti situasinya lebih tidak nyaman.
"Eh, gimana ya... Apa gue naik taksi online aja, malahan merepotkan."
"Jangan! Dianter Tama aja, Khai... Udah malam juga." Sahut Metta.
"Biar dianter Tama aja Khaira, sudah lama apalagi kaki kamu sakit. Biar Tama yang anter kamu ya." giliran Tante Rina yang berkata kepada Khaira supaya Tama mengantarnya pulang.
Khaira masih menimbang-nimbang, ia sesungguhnya ragu. Akan tetapi, karena Metta dan Tante Rina pun mendesak, akhirnya Khaira mengiyakan tawaran Tama.
"Ya udah, boleh... Sorry ya Tama, gue ngrepotin."
"Enggak merepotkan kok."
"Udah yuk..."
Akhirnya Tama melajukan mobilnya menuju rumah Khaira. Ia mengemudikan mobilnya secara perlahan, lagipula Tama memang ingin lebih dekat dengan Khaira.
"Jalan itu masuk, Tam... 50 meter lagi sampai."
"Iya... Rumah lo di sini ya?"
"Iya, rumah gue di sini."
"Besok lo ke kampusnya gimana?"
"Gampang besok... Naik taksi online juga gak papa."
"Eh, jangan naik taksi online. Gue jemput aja besok."
"Jangan... Gak enak gue. Gak papa, gue naik taksi online aja."
"Udah, jangan merasa gak enak. Besok siang gue jemput lagi. Udah sana masuk, ini sudah malam."
"Ehm, iya... Makasih ya Tama udah nganterin gue. Bye Tama..."
Tama pun menunggu hingga Khaira masuk ke dalam rumah dengan menggunakan alat bantu jalan berupa satu kruk untuk menopang kakinya yang terkilir. Setelah Khaira masuk ke dalam rumah, barulah Tama menjalankan mobilnya. Tama lega akhirnya ia bisa mengantarkan Khaira sampai ke rumahnya. Kesempatan selalu datang di saat yang tidak terkira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
guntur 1609
mudah2an joodb khaura si tama
2022-12-16
1
senja
OOO dipart ini kamu berada tama....
2022-10-12
0
Nadyaa
tama sepupunya dokter Bisma ayah nya Aksara , suaminya Arsyilla. Arsyilla anak nya Pa Radit.
2022-09-16
0