Kedatangan Khaira dan Radit disambut hangat oleh Bunda Ranti dan Ayah Wibi. Khaira begitu senang, kedua mertuanya menyayanginya dengan tulus, dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Sekalipun dari keluarga kaya, tetapi Ayah Wibi dan Bunda Ranti sangat bersahaja.
"Bagaimana pernikahan kalian, Khai? Ayah dan Bunda berharap kalian berdua hidup bahagia, saling menyayangi, saling mengasihi, saling mendukung sampai tua nanti. Bagaimana pun dalam berrumah tangga itu diperlukan kata "Saling", Khaira." Nampak Bunda Ranti mulai bertanya dan memberikan wejangan kepada Khaira.
Khaira sebenarnya nampak bingung harus menjawab sesuai realita atau harus berbohong sekarang ini. Dalam hati kecilnya, ia sama sekali tidak bahagia. Tetapi, membuka aib suami adalah tindakan berdosa. Aib suami juga adalah aib bagi istri.
"Kami baik Bunda... Akan tetapi, kami perlu lebih banyak mengenal. Maaf karena kami pun kenal baru satu minggu ini, Bunda." Khaira mencoba menjawab dengan setenang mungkin dan memasang raut wajah dengan senyuman.
"Tidak apa-apa, Nak. Mengenal pasangan kita itu perlu waktu, bahkan sampai seumur hidup untuk mengenal pasangan kita. Pelan-pelan aja, Nak." tutur Ayah Wibi kepada Khaira.
"Semoga Radit bisa menjadi imam yang baik ya, Khai... Radit anak yang baik, mungkin dia perlu waktu juga untuk semakin mengenal kamu, kalau sudah sayang biasanya Radit akan menjaganya baik-baik." Bunda Ranti kembali berbicara kepada Khaira.
"Amin Bunda... Semoga pernikahan kami dalam ridho Allah."
"Amin... Ayah dan Bunda juga selalu mendoakan kalian berdua. Masuk ke kamarnya Radit dulu aja Khai, nanti jam 7 kita makan malam bersama."
"Iya Bunda..."
Khaira masih duduk di ruangan tamu, pasalnya ia sendiri pun tidak tahu di mana kamar Radit, ia juga merasa canggung karena sejak menikah hingga hari ini, ia sama sekali tak pernah sekamar dengan Radit.
Melihat menantunya yang bengong di tempat duduknya, Bunda Ranti pun tersenyum kepada Khaira. Bunda Ranti tahu bahwa Khaira pasti tidak mengetahui kamar Radit, sebab itu kali pertama Khaira berkunjung ke rumah mereka.
"Anak Bunda kok bengong... Ayo, Bunda antar ke kamar suamimu."
Bunda Ranti pun menggandeng tangan Khaira, membawanya menaikki anak tangga menuju lantai dua, lalu Bunda mengetuk kamar Radit.
"Radit... Gak sopan banget sih, istrinya ditinggalin sendirian di bawah." Teriak Bunda Ranti sembari membuka pintu kamar Radit.
"Maaf Bunda, tadi Radit agak capek karena pas ke sini nyetir lumayan lama, macet tadi Bunda..." Sahut Radit sembari tersenyum layaknya anak kecil kepada Bundanya.
"Ya istrinya jangan ditinggalin gitu aja dong. Khaira biar istirahat di kamar kamu dulu, nanti jam 7 malam kita makan bersama ya."
"Iya Bunda..."
Bunda pun setelah itu pergi entah kemana, sementara Khaira masih berdiri di depan pintu kamar Radit.
"Masuk aja." suara Radit terdengar memperbolehkan Khaira untuk masuk.
Gadis itu pun dengan langkah kaki yang tidak yakin, akhirnya memasuki kamar Radit. Jujur, ia sangat sungkan. Ini pengalaman pertama kali bagi Khaira memasuki kamar cowok.
Khaira masuk ke dalam kamar itu, dan Radit mulai menutup pintu kamarnya. Khaira masih berdiri dan mengamati sekeliling kamar bercat abu-abu itu.
"Duduk aja, tuh ada tempat duduk." Radit sedikit mendongakkan kepalanya, menyuruh Khaira untuk duduk di sofa yang berada di sudut kamar itu. Sementara Radit, langsung rebahan tengkurap di atas tempat tidurnya.
Akhirnya Khaira pun memilih duduk di sofa dan membuka kembali handphone nya. Lagi pula ia juga merasa tidak nyaman sekamar dengan suaminya sendiri. Radit pun asyik dengan handphone di tangannya sembari tengkurap di atas tempat tidur.
Khaira hanya berselancar di media sosialnya, lalu sesekali ini streaming drama korea kesukaannya. Akan tetapi, karena ia tidak membawa earphone nya akhirnya Khaira memilih untuk mengerjakan kembali proposal skripsinya dengan menggunakan aplikasi Microsoft Word di handphonenya.
Waktu nyaris satu setengah jam digunakan Khaira untuk mengetik beberapa halaman melalui handphonenya. Hingga terdengar suara Bunda Ranti mengetuk pintu dan meminta keduanya untuk makan malam.
Di meja makan keluarga Wibisono sudah tersedia udang goreng tepung, ayam goreng bawang, tumis kangkung, dan sambal tomat. Semua menu itu adalah makanan kesukaan Radit, Bunda memang sengaja memasak semua menu kesukaan anaknya itu.
Bunda Ranti mengambilkan makanan terlebih dulu untuk Ayah Wibi. Melihat itu, Khaira nyaris meneteskan air mata, ia teringat kepada Bunda Dyah yang selalu mengambilkan makanan untuk Ayah Ammar terlebih dahulu. Selesai Bunda Ranti mengambil untuk Ayah Wibi, Khaira pun menawarkan mengambilkan makanan untuk suaminya.
"Biar aku ambilkan, Mas... Mas Radit, mau makan yang mana?" Khaira berdiri dari kursi tempat duduknya lalu mengambil piring Radit.
"Aku mau semuanya, tapi dikit-dikit dulu aja." balas Radit sembari memandang Khaira yang tengah mengambilkannya makanan.
Setelah semua makanan tersaji di piring Radit, Khaira pun menyerahkannya dengan lembut kepada Suaminya.
"Silakan Mas..."
"Makasih..." sahut Radit sembari tersenyum kepada Khaira.
Ayah Wibi dan Bunda Ranti yang melihat anak-anaknya pun tersenyum. Mereka bahagia karena pernikahan anaknya terlihat harmonis.
"Enak kan Dit, kalau punya istri ada yang melayani, mengambilkan makanan. Tapi itu enggak gratis loh yah..." ucap Ayah Wibi sembari menikmati makan malamnya.
"Emang harus bayar Yah?" Tanya Radit dengan wajah nampak bingung.
"Iya, bayar dong. Bayarannya mencintai istri setiap hari, sepanjang hayat." jawaban Ayah Wibi membuat Bunda Ranti tertawa sembari menepuk lengan suaminya itu.
Khaira pun tersenyum melihat Ayah Wibi dan Bunda Ranti yang harmonis dan rukun. Nampak kasih sayang yang besar di antara pasangan paruh baya itu.
Di tengah-tengah keluarga Wibisono menikmati makan malam, tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar dan hujan turun dengan derasnya.
"Nak, kalian malam ini menginap di sini dulu aja. Hujannya deras banget. Kalau kalian pulang, nyetir mobil pun bahaya, karena jarak pandang juga terbatas."
Khaira ingin menolak, tapi merasa tidak enak. Ia hanya melirik ke arah Radit. Tetapi, bila bisa membuat pilihan tentu ia ingin pulang, bila menginap semalam di rumah mertuanya tentunya ia harus sekamar dengan Radit, dan Khaira tidak mau sekamar dengan si Nero kejam.
"Gimana Radit, Khaira... Kalian nginep di rumah ini dulu malam ini. Ini juga rumah kalian." Ayah Wibi pun meminta keduanya untuk menginap malam itu.
"Baik Ayah..." Sahut Radit menyanggupi untuk menginap di rumah Ayahnya.
"Khaira gak papa ya, bobok di rumah Ayah dan Bunda dulu?" giliran Bunda Ranti yang menanyai kesediaan Khaira.
"Khaira mengikuti keputusan Mas Radit saja Bunda." Sembari tersenyum kepada Bunda Ranti.
Lantaran hujan yang sangat deras dan kilatan petir yang menggelegar membuat sepasang suami istri itu mau tidak mau terjebak dalam satu malam di rumah mertua mereka. Tidak ada cara lain untuk menghindar, karena Bunda Ranti dan Ayah Wibi sudah meminta mereka untuk menginap malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
wybyibooo
bahasa percakapnnya kaku banget thor, kayak lagi mau presentasi aja. contohnya khaira, dia bicara pakai kata "akan tetapi"
2023-03-07
1
Har Tini
kasih visual ny dong thor
2022-02-07
3
MUKAYAH SUGINO
khai semangat
2022-02-07
3