Di dalam kamar tidurnya Khaira masih duduk di tepi tempat tidurnya. Ia harus menenangkan hatinya yang berkecamuk tak menentu.
Kembali ia membayangkan bagaimana Radit menciumnya dengan paksa hingga melukai sudut bibirnya. Ciuman pertamanya berakhir dengan suaminya sendiri yang tak dicintainya.
Dulu Khaira pernah membayangkan bagaimana manis dan indahnya ciuman pertama dengan orang yang dia sayangi dan cintai. Namun, semua bayangan itu sirna, karena suaminya yang mencuri ciuman pertamanya dengan paksa dan kasar.
Lama duduk terdiam di tepi tempat tidur, akhirnya Khaira memilih untuk tidur. Sepanjang hari ini telah banyak yang ia lewati dan menguras emosi dan air matanya. Tidur, mengistirahatkan diri dalam buaian malam adalah lebih baik bagi Khaira.
Buaian malam dan senyum simpul rembulan membuat Khaira beristirahat dalam tenang, melupakan sejenak harinya yang sungguh melelahlan. Malam menjadi satu-satunya waktu di mana Khaira bisa terlepas dari jerat rumah tangga yang membelenggunya. Melupakan sejenak kekesalan dan sakit hatinya, dalam peraduan malam.
Akan tetapi, tidak selamanya malam menyapa. Waktu pun berganti dengan sapa hangat mentari dan kicauan burung-burung yang menandakan hari telah berganti. Hari baru telah datang, dengan berbagai suka dukanya sendiri.
Keesokan harinya, Khaira bangun dan bergegas untuk kembali ke kampusnya. Kali ini, sekali pun sudah mandi dan bersiap-siap, rupanya enggan mengikuti sarapan. Ia hanya malas bertemu dengan Radit, ingatan semalamnya masih menghantuinya, menunggu Radit hingga berangkat kerja, barulah Khaira turun untuk sarapan.
Tidak disangka sebuah pesan masuk ke dalam handphone Khaira, rupanya itu adalah dari Tama. Pria itu datang untuk menjemput Khaira.
Maka, Khaira pun segera turun dari kamarnya dan menemui Tama di depan.
"Tama, sudah lama?" Tanya Khaira yang masih berjalan dengan membawa kruk sebagai alat bantu jalannya.
"Eh, Khaira... Enggak baru aja nyampe kok. Belum ada lima menit." sahut Tama sembari tersenyum kepada Khaira. "Mau berangkat sekarang?" kembali ucap Tama.
"Iya, sekarang aja. Takut telat nanti." sahut Khaira.
Khaira pun segera masuk ke dalam mobil, dan Tama mulai melajukan mobilnya menuju kampusnya. Sebenarnya Khaira sangat canggung dengan Tama, namun ia sendiri pun sedang tidak bisa mengemudikan mobilnya karena kakinya yang terkilir.
"Gimana kakimu, Khai?" tanya Tama sembari ia mengemudikan stir mobilnya.
"Udah lumayan sih, enggak sesakit kemarin. Semoga gak lama lagi pulih."
"Iya, kata Bunda paling tiga hari udah sembuh kok. Semoga gak lama lagi sembuh ya..."
"Iya..."
"Rencana setelah wisuda S1, kamu mau kerja atau gimana Khai?" tanya Tama yang tiba-tiba menanyakan rencana masa depan Khaira.
Khaira pun nampak berpikir, apa yang akan ia lakukan di masa depan. Ia ingin sekali langsung melanjutkan S2 setelah lulus nanti.
"Hmm, aku ingin lanjut S2 aja, Tam..."
"O... Mau S2 ya. Di kampus kita atau di mana?"
"Aku belum tau sih, Tam... Sekarang fokus ke skripsi dulu. Semoga sampai akhir semester bisa selesai dan wisuda tahun ini."
"Iya... Semoga ya."
Sembari mengobrol di sepanjang perjalanan, tidak terasa mobil Tama telah sampai di halaman parkir. Keduanya pun turun dari mobil.
"Perlu bantuan enggak?" tanya Tama begitu Khaira mulai turun dari mobil dan sekaligus mengeluarkan kruk nya.
"Eh, enggak. Gak usah... Aku bisa kok." Khaira menolak sebaik dan sesopan mungkin niat hati Tama yang ingin menolongnya berjalan.
Metta pun, tidak lama telah sampai di parkiran fakultasnya dan menghampiri Khaira.
"Khai, tunggu..." Metta memanggil Khaira yang masih berdiri di dekat mobilnya Tama.
"Hai, Metta... Ketemu di sini ya." sapa Khaira kepada sahabatnya itu. Di dalam hatinya, Khaira bersyukur bertemu dengan Metta, karena ia ingin lepas dari Tama. Ia canggung apabila terlalu akrab dengan Tama.
"Karena udah ada Metta, gue duluan ya Khai... Nanti kalau mau pulang, telepon aja, gue antar." kata Tama, dan pria tampan itu pun berlalu meninggalkan Metta dan Khaira.
"Lo, berangkat bareng Tama ya Khai?" tanya Metta kepada sahabatnya itu.
"Hmm, iya. Semalam waktu dia nganterin gue pulang, dia nawarin jemput gue pagi ini. Gue udah tolak, dia nya maksa." cerita Khaira apa adanya kepada Metta.
"Eh, Khai... Bentar deh, keliatannya wajah lo ada yang beda deh?" Ucap Metta sembari mengamati wajah Khaira.
"Beda? Apa nya yang beda coba? Perasaan juga biasa aja." Sahut Khaira apa adanya.
"Itu bibir lo... Luka ya? Perasaan semalam kita ketemu, bibir lo belum luka deh." tanya Metta menyelidiki lantaran sudut bibir Khaira yang nampak aneh.
Mendengar pertanyaan Metta barulah Khaira sadar bagaimana peristiwa semalam saat Radit menciumnya dengan tiba-tiba dan memaksa.
"Eh, sudut bibir gue ini ya? Hehehe, ini kebentur semalam. Kena lemari es, waktu ambil makanan. Karena terburu-buru." jawab Khaira sembari ia mencari alasan. Sebab, sangat tidak mungkin menceritakan kepada Metta bagaimana suaminya menciumnya semalam. Mengambil ciuman pertamanya dengan paksa. Mengingat kejadian semalam, tiba-tiba Khaira bergidik ngeri.
"Udah yuk, masuk. Nanti kita terlambat kalau di sini terus."
Akhirnya Khaira dan Metta pun mengikuti jam kuliah sepanjang 120 menit. Usai kuliah, Khaira masih menyempatkan untuk melakukan bimbingan skripsi bersama dosen pembimbingnya. Tidak di sangka, malahan dosen pembimbing Khaira memintanya untuk lanjut mengerjakan hingga Bab 3. Khaira pun semakin bersemangat untuk menyelesaikan skripsi nya segera mungkin.
Usai bimbingan skripsi, Khaira berniat untuk memperdalam Kajian Teori yang ia kupas di Bab 3 Skripsinya, sembari mengumpulkan buku-buku untuk sumber referensinya.
Tidak lupa ia mengajak Metta untuk menemaninya ke perpustakaan.
"Temani gue ya, Ta... Ke Perpus dulu."
"Iya yuk, gimana skripsinya?"
"Udah nih, aman. Disuruh lanjut sampai Bab 3."
"Aroma-aroma lulus cepet nih." ucap Metta sembari menggandeng tangan Khaira.
"Amin. Doakan ya, Ta. Sapa tau bisa lulus barengan ya kita."
"Amin..." Khaira dan Metta pun sama-sama mengaminkan untuk bisa lulus semester ini.
Di perpustakaan, Khaira memilih meja yang berada di dekat jendela. Ia mengambil beberapa buku dan menyalakan laptopnya. Metta pun turut mengerjakan Skripsi nya bersama dengan Khaira.
"Khai, gue boleh tanya enggak tapi lo jangan marah." Ucap Metta pelan sembari menatap Khaira yang duduk di depannya.
"Apa, tanya aja gak apa-apa kok."
"Keliatannya bener deh, Tama ada rasa sama lo. Lo hati-hati ya Khai, gue sih gak bermaksud apa-apa tapi kan..." Ucap Metta menggantung begitu saja di udara.
"Tapi kan gue udah nikah. Iya kan?" Sahut Khaira.
"Hmm, iya... Itu maksud gue."
"Tenang aja Ta, jangan khawatir. Gue gak akan aneh-aneh. Gimana pun gue ingat suami gue kok. Gue sadar diri bagaimana pun gue ini istri orang." Ucap Khaira sembari tatapannya mengarah pada cincin bertahtakan berlian yang melingkar indah di jari manisnya.
Metta pun lega mendengar jawaban Khaira. Paling tidak, Metta hanya tidak ingin sahabatnya terjebak dalam hubungan yang tidak jelas bersama laki-laki lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Lely Su
itulh klmahan jd wanita, dituntuut hrus setia dn bakti nurut sm suami,,tp giliran suami yg skikgkuh,,yg poligami rnp ijin istri, tp istri hrus ttp mau mieruma
2022-02-21
3
Syahriani Ar Rahim
Tolong Khai jadi perempuan kuat.....jangan jatuh cinta dulu sama suaminya,,,,
2022-02-17
1
Sweet Girl
emang Radit yg mendua... Met?
2022-02-10
1