Nyaris seminggu berlalu setelah pernikahan Radit dan Khaira. Dua asing yang saling menikah nyatanya masih menjadi orang asing, tidak hanya komunikasi, bahkan ritme kerja Radit yang membuatnya pulang hingga malam terkadang bisa membuat keduanya bertemu hanya saat sarapan pagi. Itu pun mereka hanya diam, Khaira bersikap cuek dan seakan tak memikirkan keberadaan Radit dan juga Felly.
Sementara Felly, yang bekerja sebagai marketing hotel juga memiliki jam kerja yang cukup tinggi, bahkan terkadang ia harus pulang tengah malam. Rumah berlantai dua itu, praktis hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur lantaran penghuninya yang pulang ke rumah hanya sebatas untuk merebahkan diri di malam hari.
Siang ini, sehabis kuliah Khaira ingin mampir ke Mall. Ia harus membeli kemeja putih dan rok kain hitam yang harus digunakan saat pengajuan proposal. Lantaran kemeja putih Khaira sudah berubah warna, maka Khaira berpikir untuk membeli yang baru. Lagipula Khaira sudah lama tidak membeli baju, sekalipun lahir dari kalangan berada, tetapi Khaira adalah tipe wanita yang hemat. Pakaian, sepatu, dan tas bukanlah barang-barang yang dikoleksi oleh gadis ini. Barang yang paling banyak dibeli oleh Khaira adalah buku, di kamar rumah Ayah Ammar, ia memiliki koleksi buku dari buku-buku kuliah, fiksi, bahkan sekadar buku ensiklopedia anak-anak yang semua tersusun rapi di salah satu sudut kamarnya.
Khaira memarkirkan mobil bertipe city car nya di parkiran, lalu ia memasuki sebuah Mall. Khaira berjalan seorang diri. Lantaran bukan tipe cewek yang suka Mall, Khaira pun langsung menuju ke toko yang menjual baju-baju formal. Ia langsung menuju ke deretan office clothes dengan berbagai pakaian formal untuk pria mau pun wanita. Tangannya memilih dan memilah kemeja putih yang sesuai dengan ukurannya. Tak perlu memakan waktu lama, ia pun sudah menemukan kemeja putih dan sebuah rok bahan berwarna hitam. Usai pemilihannya sesuai size yang diinginkan, Khaira segera ke kasir untuk membayarnya.
Khaira membuka dompetnya, dan ia melihat ada dua kartu debit card di sana. Ia sempat bingung harus memakai debit card yang mana.
"Sampai lupa, kalau aku punya dua debit card. Aku harus pakai yang mana ya buat membayar ini? Satu debit card dari Ayah, dan satu lagi dari suami yang kejam. Hmm, aku pakai debit card Ayah aja, setahuku Ayah masih memberi uang saku kuliah buatku." gumamnya pelan.
Akhirnya debit card dari Ayah Ammar lah yang diambil Khaira untuk membayar belanjaannya.
Karena sudah makan siang, usai berbelanja Khaira memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, setelah itu barulah ia akan pulang ke rumah.
Khaira berjalan sembari memasukkan debit card nya ke dalam dompet, lagi-lagi dia tidak fokus dengan apa yang ada di depannya. Hingga akhirnya pundaknya bertabrakan lagi dengan seseorang.
"Eh, maaf... Maaf... Enggak sengaja." Ucap Khaira sembari mengusap pundaknya yang merasa sakit lantaran menabrak seseorang.
"Eh, kamu lagi... Kamu Khaira kan? Ya ampun, kenapa kita selalu bertemu kayak gini sih. Harus pakai tabrakan dulu."
Khaira masih mencoba mengingat siapa pria yang telah ia tabrak, dan bagaimana pria itu bisa tahu namanya. Beberapa detik mengingat, akhirnya Khaira pun tahu kalau pria itu adalah Dimas.
"Loh, Kak Dimas..."
"Iya... Aku Dimas... Aku kira, kamu udah lupa sama aku. Dari mana Khai?"
"Dari toko itu Kak, ada yang beli untuk pengajuan proposal. Kakak sendirian?" Ucap Khaira sembari menepi karena sebelumnya ia berada di tengah-tengah akses jalan bagi pengunjung mall.
"Enggak, aku sama temenku kok. Tapi, temenku baru jemput ceweknya di depan, mau makan siang. Kan kalau di tempat kerjaku ada istirahat siang dari jam 12 sampai jam 2. Lumayan kan bisa buat keluar-keluar." Penjelasan Dimas tentang jam kerjanya pun memberi Khaira gambaran bahwa kemungkinan besar Radit juga memiliki jam istirahat dari jam 12 sampai jam 2 siang.
Khaira pun masih berdiri sembari ngobrol dengan Dimas, tetapi pandangan netranya tiba-tiba saja melihat Radit yang sedang menggandeng erat tangan Felly.
"Kenapa ada Radit dan Felly di sini? Jangan-jangan temen yang dimaksud Kak Dimas adalah mereka berdua." Khaira membuang nafasnya perlahan, menenangkan sendiri hatinya, ia merasa telah memergoki suaminya sendiri dengan istri siri nya. Padahal Khaira pun tak menyangka akan melihat mereka berdua di sini.
"Oh, begitu ya Kak... Enak ya, bisa keluar selama 2 jam. Lumayan buat refreshing."
"Iya, tapi karena Jakarta macet jadi keluarnya yang deket-deket aja biar enggak kejebak macet."
"Hemm, bener Kak. Ya udah, aku duluan ya Kak. Masih ada yang perlu dicari. Maaf tadi gak sengaja nabrak Kak Dimas."
"Oke, no problem. See you Khai..."
Khaira pun segera berjalan dengan langkah yang lebih cepat. Ia hanya tidak ingin bertemu dengan Radit dan Felly. Karena sudah jam makan siang, dan perutnya terasa lapar akhirnya Khaira memilih masuk ke salah satu restoran yang menjual menu makanan Korea di sana. Khaira memilih duduk di pojok, dengan jendela yang mengarah langsung ke jalanan ibukota yang lalu-lalang dan tidak pernah sepi.
"Kak, mau pesan dong." Khaira memanggil satu pelayanan di resto tersebut sembari mengangkat satu tangannya.
"Iya, silakan Kak... Mau pesan apa?"
"Spicy Ramyun satu, minta kimchi nya ya Kak. Sama Karamel Macchiato satu."
"Oke, ditunggu ya Kak..."
Khaira menunggu pesanannya datang sembari membaca buku kuliahnya dan satu tangannya menggenggam pensil untuk menandai bagian-bagian yang penting dalam buku itu.
Tidak lama, pelayanan menyajikan minuman yang terlebih dahulu telah dipesan oleh Khaira.
"Silakan Kak, ini Karamel Macchiato nya."
"Makasih ya..." Balas Khaira kepada pelayan yang telah mengantarkan minumannya.
Di restoran itu banyak pengunjung yang menyantap makan siang, semua berpasangan entah itu dengan pacar, teman, atau pun keluarganya. Hanya Khaira saja yang duduk seorang diri. Akan tetapi, Khaira tak menghiraukan, mau bersama siapa pun atau seorang diri tujuannya adalah untuk makan, setelah itu dia akan kembali pulang.
Keberadaan Khaira yang duduk seorang diri terlihat mencolok, apalagi gadis manis itu sibuk dengan buku dan sebuah pensil di tangannya. Seorang gadis yang makan siang sendirian, tapi tidak terlihat sendiri mau pun kesepian, justru ia tidak terpengaruh dengan orang-orang di sekitarnya. Gadis itu terus fokus dengan buku di tangannya.
Hingga terdengar suara yang kembali memanggil nama Khaira.
"Hay, Khai... Ketemu lagi di sini." Dimas lagi-lagi bertemu dengan Khaira, pertemuan tak terduga karena keduanya sebelum telah bertemu pasca insiden tabrakan, kini mereka bertemu lagi.
Di belakang Dimas turut hadir Radit dan Felly. Mereka berdua sama-sama terkejut melihat Khaira di situ.
"Loh, Kak Dimas lagi rupanya..." Balas Khaira sembari melepaskan pandangan matanya yang semula fokus dengan buku, kini menjadi melihat kepada Dimas.
"Gak nyangka ketemu lagi ya... Ini temenku, si Radit sama pacarnya." Dimas memperkenalkan lagi Radit dengan pacarnya.
Khaira hanya memutar bola matanya tanda ia sedang jengah, "Bukan pacar kali Kak, istri siri nya yang bener." batinnya dalam hati.
Khaira hanya melihat dengan pandangan biasa saja kepada Radit dan Felly. Justru Felly yang semula hanya berdiri di sisi Radit, kini perempuan itu justru melingkarkan tangannya ke lengan Radit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
antha mom
jangan nanti kamu kena karma ya Radit takut nya kamu buang berlian demi seonggok kerikil,,
2023-05-03
1
Salma Cheng
abaikan mereka kiara , sabar ya kiara
2022-06-15
1
Lisa Icha
biarkan mereka Dan teruskan perjuanganmu meraih cita2 mu kaira
2022-05-24
2