Menjelang sore, Khaira kembali ke rumahnya. Sekali pun tidak banyak yang ia kerjakan di rumah karena Bibi Tinah sudah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Akan tetapi, sebagai seorang istri lebih baik sudah berada di dalam rumah sebelum suaminya datang.
Khusus hari ini, Bibi Tinah tidak masuk kerja lantaran sedang sakit, Khaira berniat untuk membuat sendiri makan malamnya. Sehingga sekitaran jam 5 sore, Khaira sudah berada di rumah.
Begitu sampai di dalam rumah, terlihat sebuah mobil berhenti di dekat gerbang. Sebuah mobil city car berwarna hitam, Khaira nampak mengamati mobil tersebut, karena biasanya jarang ada mobil yang berhenti di depan rumahnya.
Saat Khaira sedang mengamati mobil itu, ternyata di dalamnya terdapat Felly dan seorang pria tengah asyik berciuman sangat panas. Tangan pria itu meraba memegang wajah Felly, sementara Felly mengalungkan tangannya di leher pria itu. Tubuh keduanya nampak menempel, dan itu jelas terlihat dari kaca mobil. Baik Felly dan pria itu terlihat sangat menikmati ciuman panas mereka.
Melihat kejadian seperti itu, membuat mata Khaira menjadi panas. Hatinya juga tiba-tiba sedih, memikirkan Radit yang telah dikhianati istri sirinya sendiri.
Khaira cepat-cepat berbalik dan menutup pintu gerbang, karena kurang hati-hati, ia pun menutup pintu gerbang tralis itu dengan kencang.
Plaaannnggg (suara pintu gerbang di tutup)
"Ya ampun, itu tadi Felly ngapain coba. Kenapa cowoknya bukan Radit? Lalu, di mana Radit? Kenapa Felly bisa melakukan hal seperti itu."
Khaira langsung menuju dapur dan mengambil air minum. Jantungnya berdebar-debar, dan ia masih memikirkan Felly.
"Apa Felly sudah mengkhianati Radit? Kenapa seperti ini? Lalu, siapakah pria itu?"
Khaira memegangi dadanya yang berdebar-debar, tidak lama kemudian Felly sudah membuka pintu rumah dan menghampiri Khaira yang masih berdiri di depan dispenser yang berada di dapur.
"Jadi lo tadi liat gue ya anak kecil?"
Khaira hanya diam, ia enggan menanggapi ocehan Felly.
"Hei, kalau ditanya itu dijawab. Jangan cuma diem aja, mulut itu buat ngomong ya." Ucap Felly dengan emosinya yang sedang panas.
"Awas ya lo, anak kecil. Sampai Radit tahu, berarti lo yang ngadu ke dia. Lagian Radit juga gak akan percaya omongan lo, dia aja benci sama lo. Kalau dia enggak benci sama lo, mana mungkin di malam pertama pernikahannya dia justru nikahin gue. Radit itu udah cinta mati sama gue, dan dia hanya percaya sama gue."
Khaira memilih diam, meladeni Felly dengan bertengkar atau pun beradu mulut nampaknya hanya akan mencari masalah baru saja yang justru merugikan dirinya sendiri.
"Udah ngomongnya? Permisi, gue mau naek ke atas." Ucap Khaira sembari berjalan menaiki anak tangga meninggalkan Felly yang masih dengan emosinya yang meletup-letup di dapur.
Khaira merebahkan dirinya di kamar, hatinya sakit mendengar perkataan Felly. Tetapi, benarkah Radit secinta itu dengan Felly hingga ia tidak tahu perilaku istri sirinya di belakangnya. Apakah cinta memang membuat orang menjadi bodoh dan kehilangan logikanya? Tidak bisakah cinta itu tidak membodohi orang yang kita cintai?
Khaira berputar-putar dalam pikirannya yang hingga ia merasa pening. Ia ingin turun lagi ke bawah untuk mengambil air hangat, tetapi enggan bertemu Felly lagi. Sementara kepalanya tiba-tiba saja terasa pening.
Mau tidak mau akhirnya, ia memberanikan diri turun lagi ke dapur untuk mengambil air hangat. Ia pun teringat belum ada makanan sama sekali untuk makan malam. Hasrat ingin memasak untuk makan malam pun hilang, ketika tadi memergoki Felly berciuman panas dengan pria lain. Dan kini, kepalanya justru pening.
Dengan langkah perlahan-lahan, Khaira menuruni anak tangga. "Ya ampun, aku mengendap-endap seperti pencuri di rumah suamiku sendiri."
Tinggal beberapa anak tangga lagi yang ia turunin ternyata Radit tiba-tiba memasuki rumah. Alhasil, Khaira pun tergelincir karena kaget melihat suaminya yang datang tiba-tiba. Nampaknya kaki Khaira terkilir.
"Aw... Aduh..." Khaira terjatuh dengan posisi terduduk di anak tangga.
Radit yang melihat Khaira pun, langsung mendekatinya.
"Kenapa sih? Gak bisa pelan-pelan. Sengaja ya?" Ucapnya sambil mengulurkan tangannya kepada Khaira, sebagai tanda ia ingin menolong gadis itu.
Akan tetapi, Khaira masih duduk dan kakinya pun tiba-tiba sedikit bengkak, karena terkilir.
"Aku gak bisa berdiri, kakiku terkilir." Ucapnya ragu-ragu. "Naik saja, aku bisa sendiri." Imbuhnya.
"Ya udah, aku naik. Yang ditolong juga gak mau." Radit pun berlalu meninggalkan Khaira yang masih duduk di anak tangga.
Khaira masih memegangi kakinya yang terasa bengkak, ia mencoba berdiri dengan satu kaki.
"Aduh... " Lagi-lagi ia mengaduh kesakitan. Nyaris ia akan menangis, tapi ia tahan.
Ia masih terduduk di anak tangga, tidak lama kemudian Radit keluar dari kamarnya bersama Felly. Mereka saling bergandengan tangan.
"Hei, anak kecil ngapain di sini? Makanya kalau jalan tuh pakai mata. Gak hati-hati sih." Nada suara Felly terlihat bahagia melihat Khaira terduduk kesakitan di anak tangga.
"Udah Yang, gak usah dihiraukan. Orang mau aku tolongin aja gak mau." Ucap Radit.
Keduanya pun berlalu begitu saja, keluar dari rumah, kemudian pergi lagi entah kemana.
Di rumah seorang diri jauh lebih baik, daripada serumah dengan orang-orang yang tak punya hati.
Khaira sebisa mungkin mencoba berdiri, sedikit menyeret kakinya yang terkilir, ia pergi ke dapur dan mengambil es baru untuk mengompres kakinya. Di saat seperti ini, ia jelas tidak mungkin menelpon orang tua atau pun mertuanya, walau pun mereka akan siap menolong Khaira. Karena tidak memiliki pilihan, Khaira pun menghubungi Metta.
[Metta, lo di mana?]
^^^[Gue di rumah aja ini, gimana?]^^^
[Bisa tolongin gue enggak. Kaki gue terkilir, dan suami belum ada di rumah.]
[Tolongin antar gue untuk fisioterapi. Bisa enggak?]
^^^[Bisa-bisa share lokasi rumah lo ya Khai.]^^^
[Iya, makasih ya... ]
Khaira menunggu di ruang tamu, sembari mengompres kakinya dengan es batu. Berharap Metta akan segera datang, akhirnya yang ditunggu pun datang. Terdengar suara orang mengetuk pintu.
Metta begitu sedih melihat temannya kesakitan dengan matanya yang sembab.
"Ya ampun Khai, kok bisa sih?" tanya Metta begitu ia melihat Khaira.
"Gue tergelincir di anak tangga, Ta." jawabnya sembari menahan rasa sakit di kakinya.
"Yuk, gue anterin ke fisioterapi. Itu kakinya ampe bengkak merah gitu."
"Makasih ya Ta, lo mau nolongin gue."
"Gak usah berterima kasih kayak sama orang lain aja. Gue seneng nolongin lo kok." ucap Metta tulus.
Metta pun menapah Khaira masuk ke dalam mobilnya dan mengantarkan sahabatnya itu untuk ke fisioterapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
guntur 1609
radit sungguh biadan. ingat hukum tabur tuai sdh berlaku dan mendekat sm mu radit. kau akan tahu bagaimana easanya di khianati smnirg yg kau vintai. gak tahunya fely berselingkuh sm org lain
2022-12-16
1
MochoLatTe
sskit bcanya
2022-07-26
1
Jade Meamoure
cerai bagus
2022-05-22
0