Nella menoleh ke arah Rizky, namun dirinya hanya menatapnya dengan tatapan tajam. Setelah itu, ia langsung melengos.
Makan pakai ngajak! Makan saja sendiri' batin Nella.
Rizky menghela nafasnya dengan gusar, ia binggung harus bersikap apa pada Nella. Tapi terlihat jelas sekali, kalau perempuan itu tidak menyukainya.
"Yasudah kalau lu nggak mau, gue tinggal dulu." Rizky berlalu pergi meninggalkan Nella, ia menuju para tamu undangan dan mencari-cari asisten pribadinya.
*
Dari kejauhan, Gita melihat Nella duduk sendiri dengan air mata yang berlinang. Sesekali Nella memijit rambut kepalanya, ia merasa pening dan sangat lelah.
Gita menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan anaknya. Tapi entah kemana perginya si Rizky itu, Gita tak dapat menemukannya.
Merasa tak tega, lantas dirinya menghampiri Nella, duduk bersamanya.
"Sayang, kamu kenapa? Ada yang sakit?" tanya Gita dengan hangatnya mengelus punggung Nella.
Nella menoleh, lalu menggeleng kepalanya. Tapi wajah Nella terlihat pucat dan letih.
"Apa kau lapar? Sudah makan belum?"
"Belum."
"Mau makan dengan Mamah? Kebetulan Mamah juga belum makan," tawar Gita.
Sebenarnya, sejak awal papahnya mengajak untuk makan bersama Rizky, perutnya memang sudah keroncongan. Tapi Nella memang tidak mau makan bersama pria itu, jadi ia pura-pura tidak mau.
Lumayan lama Nella menjawabnya sampai dirinya menganggukkan kepala.
"Kamu mau makan dimana? Apa kita duduk di kursi itu?" Gita menunjuk kursi diseberang depan, ada kursi kosong.
"Aku mau makan di kamar saja, apa aku boleh istirahat? Kata Papah, dia memesan kamar Hotel."
Sudahlah, untuk sekarang ia pasrah dulu saja. Yang penting tubuhnya bisa istirahat. Karena untuk melawan Sofyan, ia harus butuh tenaga. Walau kadang perlawanannya sia-sia, setidaknya sudah berusaha.
"Tentu boleh. Sebentar ... Mamah bilang dulu sama Papahmu." Gita baru saja berdiri, tiba-tiba Sofyan sudah berada didepannya.
"Nella kenapa?" tanya Sofyan saat melihat wajah anaknya yang sudah pucat.
"Katanya dia lapar Sofyan, tapi dia mau makan di kamar Hotel sambil istirahat. Apa kau mengizinkannya?" tanya Gita.
"Kata Papah juga apa! Kau ini bandel sekali! Giliran tadi Papah suruh makan tidak mau, sekarang kau bilang mau makan!" pekik Sofyan marah-marah, ia menunjuk-nunjuk wajah Nella yang baru saja berpaling.
"Ih, kenapa kau jadi emosi? Biarin saja kenapa, sih?" gerutu Gita.
"Ayok! Papah akan mengajakmu ke kamar," ajak Sofyan dengan nada lembut.
Ia menarik lengan anaknya dengan lembut, mengajaknya untuk menaiki lift. Gita juga ikut bersama mereka, membantu menjinjing gaun pengantin Nella.
Ting~
Bunyi pintu lift itu terbuka, mereka langsung mencari kamar yang berada di ujung dan masuk kedalam bersama.
Dekorasi kamar Hotel itu juga benar-benar di hias, bahkan ada nama 'Rizky dan Nella' terpampang nyata di tembok. Selimutnya sampai diukir bentuk hati dan banyak sekali kelopak bunga mawar yang berhamburan di atas tempat tidur.
Sofyan hanya memesan kamar Hotel, tapi yang menghias supaya menjadi seperti itu adalah idenya Gita. Gita sudah mempersiapkan tempat untuk malam pertama anaknya yang begitu indah, supaya Nella dan Rizky merasa nyaman tentunya.
Kenapa kamarnya seperti ini? Lebay sekali.
Nella menatap tempat tidur itu dengan tatapan tidak suka.
"Kamarnya bagus 'kan, Nell? Mamah mertuamu sendiri yang menghiasnya," ujar Sofyan.
Nella diam saja, tidak mengangguk dan menggeleng.
"Kau ingin makan apa?" tanya Sofyan.
"Apa saja," jawabnya pelan.
"Kau pergi saja Sofyan, biar Nella aku yang temani. Nanti kau suruh pelayan membawa menu untuk dua porsi," titah Gita.
"Iya, Bu. Saya titip Nella, kalau ada apa-apa, Ibu kasih tau aku."
"Iya."
Sepeninggal Sofyan, tak lama pelayan datang ke kamar itu sambil membawa pesanan. Gita dan Nella makan bersama duduk di sofa, tapi keduanya begitu fokus makan sampai tidak bicara sampai makanan itu habis.
Nella menenggak satu gelas air putih itu sampai tandas, ia memegangi perutnya yang sudah kenyang.
Alhamdulilah, akhirnya kenyang juga perutku.
"Eemm ... Nella, apa Mamah boleh minta sesuatu padamu?" tanya Gita seraya menyentuh punggung tangan Nella, gadis itu sudah menyandarkan punggungnya pada penyangga sofa.
"Sesuatu apa?" Nella menatap wajah Gita sebentar, lalu beralih menatap kasur didepan.
Gita membuang nafas dengan berat. "Kamu harus berjanji sama Mamah. Kamu dan Rizky tidak boleh bercerai, Mamah ingin punya cucu darimu."
Gita menyentuh perut datar Nella. Sontak saja, perlakuannya membuat gadis itu terbelalak. Nella 'kan ingin minta cerai, kenapa justru Gita meminta untuk berjanji?
"Nella." Gita menggoyangkan tangan Nella, ia melihat Nella seperti tengah melamun. "Kamu mau 'kan turuti apa yang Mamah katakan?"
"Aku tidak tau."
"Kok tidak tau? Mamah harap itu tidak sampai terjadi. Rizky pria yang baik, Nell. Mamah yakin ... kamu dan dia sangat cocok."
Cocok? Apanya yang cocok? Aku tidak cocok dengannya. Aku hanya cocok dengan Kak Ihsan.
Sepertinya, Nella tidak ada ketertarikan untuk menjawab pertanyaan dari Gita. Bahkan kini suasananya menjadi hening.
"Eemm ... apa kamu mau mengganti pakaian?" tanya Gita setelah beberapa menit berlalu.
"Memang boleh? Nanti aku disuruh Papah turun lagi."
"Kalau kau capek, kau istirahat saja disini. Tidak usah turun kebawah. Lagian, ini sudah sore." Gita melihat jendela kamar Hotel, melihat pemandangan dari bawah.
"Apa Papah membawa pakaian ganti untukku, Bu?"
"Lho, kok Ibu? Panggil Mamah dong."
"Iya, Mamah. Maaf."
"Pakaian gantimu sudah Mamah siapkan, ada di lemari. Rizky yang memilihnya langsung untukmu."
Rizky? Pasti pilihannya aneh-aneh' batinnya curiga
Nella bangun dari duduknya, ia melangkahkan kakinya menuju lemari. Tangannya baru saja ingin membuka pintu lemari itu, namun dicegah oleh Gita.
"Kamu mandi dulu saja, nanti Mamah yang pilihkan pakaiannya. Gita membuka lemari sebelahnya untuk memberikan handuk kimono untuk Nella. "Apa kau mau Mamah bantu membuka gaunmu?"
"Aku bisa sendiri kok, Mah." Nella menggeleng kepalanya.
Nella sudah mencoba meraih restleting pada punggungnya, namun tangannya tidak sampai. Melihat Nella seperti kesusahan, Gita segera membantunya menurunkan resleting itu hingga gaun itu berhasil terlepas. Kini Nella hanya memakai kemben putih dan celana pendek berwarna putih juga.
"Aku mau mandi dulu, Mah. Kalau Mamah ingin meninggalkanku, tidak apa-apa." Nella melepaskan sepatu high heelsnya. Kemudian, menaruhnya didekat lemari.
Sepeninggal Nella masuk kedalam kamar mandi, Gita membuka lemari dan mengambil lingerie yang ia beli, satu setelan pakaian kurang bahan itu ia letakkan diatas kasur.
Semoga Nella mau memakainya, semoga saja.
Setelah itu, ia mengambil ponselnya pada tas yang berada di meja, untuk menelepon Rizky.
"Halo, Mah."
"Kau ada di mana?"
"Aku di gedung lah. Memang di mana lagi?"
"Kau bagaimana sih? Istrimu kecapean malah tidak disuruh istirahat. Kau malah keluyuran!" Gita mendengus kesal.
"Aku tadi mengajaknya makan, tapi dia tidak mau. Yasudah aku tinggal makan saja."
"Sekarang kau ke kamar Hotel yang Sofyan pesan untuk kalian!"
"Mau apa memangnya? Aku masih banyak tamu dan teman-temanku."
"Temani Nella, dia kesepian!" tekan Gita.
Jangan lupa like (。•̀ᴗ-)✧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
komalia komalia
kalau aku udah coba bunuh diri
2023-03-17
1
Fitriyani Puji
kelihatan rizky org nya baik dari model bicara nya tapi sayang dia punya kekurangan yang suka ganti colokan ces hhhhhh
2023-02-11
0
SitiNur20969975
mamah gita benar2 semangat 45😊🙃
2022-10-16
0