Sofyan menghela nafasnya dengan gusar, ia melangkahkan kakinya lagi, masuk kedalam rumah. Menghampiri calon besannya.
"Maafkan sikap Nella tadi, dia memang keras kepala anaknya," kata Sofyan seraya duduk.
"Papih yang sabar, kalau Nella tidak mau, jangan dipaksa, Pih." Diana mengelus bahu suaminya, mencoba menenangkan.
"Diana benar, kalau Nella memang tidak mau, tidak masalah Sofyan, kita batalkan perjodohan ini saja," tambah Guntur.
"Lho, kok Papah bilang begitu. Jangan dong, Pah. Mamah ingin Nella menjadi menantu Mamah," sanggah Gita.
"Kalian tenang saja, masalah Nella tidak perlu dipikirkan. Kita tetap menjalin perjodohan ini. Sekarang kita tinggal urus pernikahan mereka berdua," papar Sofyan.
Kenapa Papih terus memaksa Nella menikah dengan Rizky. Padahal, Nella bersama si Ihsan saja, jangan dengan Rizky' batin Diana.
Ia sedari tadi tak ada henti-hentinya menatap wajah Rizky.
"Tapi Pak Sofyan. Aku--"
"Riz, sudahlah. Kamu dengar saja apa yang di katakan calon mertuamu itu," sela Gita menegurnya.
Bukan hanya Nella disini yang tidak mau dijodohkan, Rizky juga sama. Tapi melihat penolakan Nella yang terlihat tidak menyukainya, Rizky jadi makin tak menginginkan perjodohan ini. Padahal, ia sempat berusaha menerimanya tadi.
***
Nella memarkirkan mobilnya pada halaman depan kantor polisi, ia cepat-cepat untuk masuk kedalam 'Ruang Keluhan' ruangan kemarin pada saat dirinya melaporkan Rizky.
"Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Polisi, ia juga Polisi yang sama.
Nella mendudukkan bokongnya di kursi depan. "Pak, saya ingin tanya, kemarin saya melaporkan pria yang berbuat mesum di toilet, apa Bapak sudah memenjarakannya?"
"Oh, Anda yang kemarin itu. Nella Pujianti?"
"Iya."
"Pria yang kemarin tidak jadi di masukkan ke penjara, buktinya tidak terlalu kuat Nona. Dan Nona juga kemarin buru-buru pergi, jadi saya tidak bisa memintai keterangan lebih lanjut," paparnya.
Nella terbelalak. "Apa? Bukti tidak terlalu kuat bagaimana? Jelas-jelas saya memberikan rekaman CCTV dia masuk kedalam toilet wanita! Apa itu kurang jelas?" tanyanya tak terima.
"Iya, tapi tidak ada saksi yang lain selain Anda. Dia lebih memilih membayar denda dan absen setiap hari, sebagai hukuman."
"Hukuman macam apa itu! Bapak ini tidak tegas menjadi Polisi!" gerutu Nella kesal.
"Maaf Nona. Begini saja, jika sewaktu-waktu pria itu melakukan hal yang sama, Anda bisa kembali melaporkan kesini atau langsung menghubungi saya, saya langsung mengurusnya." Polisi itu menarik laci mejanya dan memberikan kertas persegi empat pada Nella, itu adalah kartu namanya.
Dengan rasa kesal di dadanya, Nella mengambil kartu nama itu. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari kantor polisi.
***
"Nella, kamu kenapa? Kok cemberut terus dari tadi?" tanya Nissa seraya menoleh pada Nella yang tengah mengemudi. Mereka pergi menuju rumah sakit, ingin menjenguk Indah.
"Aku kesal sama Papah, Tan. Masa tadi dia memaksa aku untuk menerima lamaran rekan bisnisnya, jelas aku tidak mau!" gerutu Nella, ia masih fokus menyetir mobil.
"Rekan bisnis? Siapa Nell? Apa Tante tau orangnya?"
"Aku juga baru tau, dia namanya Rizky kalau tidak salah. Anaknya Pak Guntur sama Bu Gita."
"Rizky?" Nissa seperti familiar dengan nama itu. Ia terdiam sejenak seperti tengah mengingat, dan selang beberapa detik, ternyata memang Rizky salah satu pelanggan di Restoran. Tapi memang Nella tidak tau, kalau Rizky pelanggan Restoran Tantenya. "Rizky Gumelang bukan namanya?"
"Mungkin, aku tidak terlalu mengingatnya." Nella mengedikkan bahunya. "Apa Tante tau, aku pernah memergokinya bercinta di toilet Restoran, masa pria seperti itu mau dijodohkan denganku. Pria mesum tidak tau malu!"
"Papahmu bilang mau menjodohkan kamu dengan si Rizky itu?"
"Papah tidak bilang, cuma aku punya pirasat saja."
"Semoga saja tidak terjadi, Tante juga tidak suka dengan Rizky. Dia memang bukan pria baik-baik, yang Tante denger dari orang-orang juga, dia sering menyewa beberapa wanita untuk di tiduri. Rasanya tidak cocok bila bersamamu."
"Iya, memang Kak Ihsan yang cocok denganku, Tan. Aku tidak peduli statusnya, yang penting aku cinta padanya!"
"Iya, Tante tau itu. Bagaimana kalau habis dari sini kamu anterin Tante ke kantor Papahmu. Tante akan bicara padanya."
Nella menoleh sebentar pada Nissa seraya tersenyum, lalu ia menatap ke depan lagi. "Boleh, Tan. Nanti aku anterin. Tapi aku tidak ikut, ya? Aku malas bertemu Papah."
"Iya, kamu tidak usah ikut."
Setelah sampai didepan rumah sakit, Nella segera memarkirkan mobilnya. Nissa menenteng paper bag besar yang berisi beberapa set pakaian bayi.
"Cantik, kamu ada disini?"
Nella yang baru saja turun dari mobil langsung menoleh pada seseorang yang baru saja bertanya, ia seperti kenal dengan suara berat itu dan ternyata memang benar, orang itu adalah Ihsan.
"Kak Ihsan, kok Kakak ada disini?" tanya Nella seraya tersenyum, ia segera menghamburkan pelukan pada tubuh pria kekar itu.
"Iya, aku pinjam mobil Om Irwan. Sekarang aku mau mengembalikannya. Kamu kesini mau apa Cantik? Siapa yang sakit?" Ihsan melepaskan pelukan, lantas menghampiri Nissa untuk mencium punggung tangannya. "Tante apa kabar?"
"Tante baik, kamu sendiri?"
"Aku juga baik."
"Aku mau menjenguk temanku yang habis melahirkan, Om Irwan memang sakit?" tanya Nella pada Ihsan.
"Tidak, bos dia melahirkan. Jadi Om Irwan ikut menunggunya."
Mereka memutuskan untuk masuk kedalam rumah sakit bersama. Dan saat Nella berhenti di kamar inap Indah, ia melihat sosok Irwan. Pria itu tengah bangun dari duduknya ketika melihat Ihsan dan Nella menghampiri.
"Om ...," sapa Nella.
"Kamu kok ada disini? Siapa yang sakit?" tanya Irwan.
"Aku mau menjenguk temanku yang melahirkan, tapi kamar dia juga disini." Nella terlihat binggung, ia menunjuk pintu kamar inap Indah yang berada tepat didepannya.
"Ini kamar Nona Indah, bosnya Om, Nella."
"Oh, temanku juga namanya Indah, Om. Apa mungkin mereka orang yang sama?"
Ceklek~
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, seorang pria tampan keluar sambil mengendong anak laki-lakinya, ia adalah suaminya Indah.
"Pak Reymond, apa aku bisa bertemu Indah?"
Reymond memperhatikan Nella sebentar, ia seperti lupa dengan wajah wanita itu. "Kau siapa memangnya?"
"Aku Nella."
"Oh, masuklah kedalam."
"Iya, Pak." Nella melangkahkan kakinya masuk kedalam, ia juga mengajak Ihsan ikut.
Ceklek~
"Pagi Indah, bagaimana kabarmu?" tanya Nella seraya menghampiri Indah. Wanita itu tengah menimang-nimang bayinya yang sudah di bungkus kain bedong.
"Nella, kamu kesini? Kabarku baik, bagaimana denganmu?" Indah tersenyum, ia memeluk sekilas tubuh Nella.
"Aku baik."
"Bagaimana kabar Tante?" tanya Indah menatap wajah Nissa.
"Tante baik, ini Tante membawa pakaian untuk bayimu." Nissa memberikan paper bag itu ke tangan Indah, Indah menerimanya dengan senang hati.
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Nella mengelus pipi gembul bayi temannya itu. "Siapa namanya? Cantik sekali, mirip denganmu."
"Namanya Bianca, panggilannya Caca."
"Nama yang cantik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Fitriyani Puji
thour nama kok sangat hafal sih aku mbok agak yang lain gitu
2023-02-11
1
SitiNur20969975
gimana nasib mu nella,papamu pemaksa bangettt,🙄
2022-10-15
0
Conny Radiansyah
ga enak banget situasi nya ya Nell, Sofyan memang menyebalkan
2021-11-14
1