Sofyan tidak mau karena hal ini hubungannya akan jauh dengan putrinya sendiri. Ia membuka pintu kamar Nella dan mengajaknya untuk duduk di kasur. Tangannya terulur, mengenggam tangan Nella dengan lembut.
"Maafkan Papah, bukan maksud Papah tidak mau memberitahumu sebelumnya, Papah dengan Mamih Diana sudah dekat beberapa hari yang lalu. Papah suka padanya, Sayang. Jadi menurut Papah, lebih baik Papah menikah saja dengannya, Papah nikah kemarin," papar Sofyan.
"Lalu, kenapa tidak bilang dulu padaku? Setidaknya Papah kenalkan aku dulu padanya jangan tiba-tiba membawanya kesini saat sudah menikah dengan Papah!" Nella masih tak terima dengan cerita Sofyan yang membingungkan.
"Papah takut kamu tidak setuju," keluhnya.
"Tidak setuju kenapa?"
"Papah takut kamu tidak mengizinkan Papah untuk menikah lagi. Itu hal yang Papah takutkan, jadi Papah sengaja langsung menikah dengannya dan membawanya kesini."
Nella memperhatikan manik mata Sofyan yang bergerak-gerak, sepertinya ada hal lain yang Sofyan sembunyikan darinya.
"Papah pasti berbohong, bukan itu 'kan alasannya?" tanyanya dengan curiga.
"Tidak sayang, itu benar."
"Papah ketemu dia dimana? Apa dia perempuan baik-baik?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Dia perempuan baik-baik, Nella!" tegasnya, ia seperti tersinggung dengan pertanyaan Nella barusan.
Sebenarnya Nella bukan berburuk sangka, tapi penampilan Diana tadi sangatlah seksi, jadi wajar Nella bertanya-tanya. Diana memakai rok mini dan kaos putih ketat hingga lekukan tubuhnya tercetak jelas. Jangan lupakan belahan dadanya yang menyembul keluar, siapa saja orang yang melihat, pasti akan memikirkan hal yang sama dengan yang dipikirkan oleh Nella.
"Tapi, selama beberapa Minggu Papah pergi ke Bar dengan rekan Papah dan pulang pagi. Apa Papah bertemu dengannya disana?"
"Tidak, Papah bertemu dengannya di Cafe." Entah itu jujur atau tidak, Nella pun tidak tau.
"Tapi, Pah. Aku masih belum bisa melupakan Mamah. Ini terlalu singkat." Nella menatap lekat foto mendiam ibunya yang terpajang rapih diatas nakas, buliran air matanya tak terasa mengalir pada pipinya.
"Mamah sudah tenang disana Sayang. Ikhlaskan Mamah. Papah yakin, Mamih Diana orang yang baik dia akan jadi ibu yang baik juga untukmu." Sofyan mengusap air mata Nella dengan ibu jarinya.
"Tapi, dia terlalu muda menurutku, Pah."
"Memang kenapa kalau dia muda? Papah juga tidak terlalu tua."
Tetap saja, rasanya tidak pantas. Dia lebih cocok menjadi Kakakku.
"Apa jangan-jangan Papah dulu selingkuh dengannya? Sebelum Mamah meninggal?" Nella lagi-lagi menatap dengan tatapan menyelidik.
"Astaga Nella, Papah tidak seperti itu! Papah pria yang setia!"
"Tapi alasan Papah menikah dengannya tidak masuk keakal sehatku, Pah. Rasanya ada yang janggal."
"Nella sudahlah, yang terpenting Papah sudah menikah dan memberitahumu. Jadi, tugasmu sekarang adalah menerima Mamih Diana menjadi ibu sambungmu."
Nella binggung. Tapi, kalaupun ia tak terima, itu tidak akan merubah keadaan. Mungkin untuk sekarang, ia harus menerima, menerima sosok pengganti mamahnya.
"Yasudah deh. Eemm ... aku mau bicara sesuatu sama Papah."
"Katakan."
"Jika ada laki-laki yang datang ke rumah untuk melamarku, apa Papah akan menerima lamarannya?" tanya Nella ragu-ragu.
Sofyan membulatkan netranya. "Laki-laki? Siapa?"
"Namanya Ihsan, Pah. Dia pacarku."
"Kau punya pacar? Sejak kapan?"
"Sudah satu tahun."
"Apa?" Sofyan memekik dan merasa kaget. "Kenapa kau tidak bilang-bilang sama Papah!"
"Memang kenapa? Aku ini sudah dewasa 'kan, Pah? Umurku sudah 24 tahun. Masa aku tidak boleh punya pacar?"
"Bukan tidak boleh, tapi kenapa kau tidak beritahu Papah dari dulu?"
"Papah 'kan sibuk, Papah tidak pernah ada waktu untukku. Keseharianku juga hanya di Restoran."
Nella bekerja sebagai Manager Restoran milik Tantenya. Sebenarnya, Sofyan ingin Nella bekerja di kantornya, membantu mengelola bisnis. Tapi putrinya itu lebih suka memasak dan mereview berbagai jenis makanan. Jadi, saat Manager Nissa di pecat, Nella yang bersikukuh meminta untuk menjadi menggantinya.
"Oh yasudah, tidak apa-apa. Besok suruh datang saja ke rumah. Papah ingin bertemu dengannya."
Nella langsung memeluk tubuh papahnya, merasa senang kalau sang papah juga ingin melihat calonnya itu.
"Terima kasih, Pah. Aku sayang Papah."
"Papah juga sayang kamu, kamu tidurlah." Sofyan melepaskan pelukan dan mengecup kening Nella.
***
Pagi hari, Ihsan mengenakan setelan jas berwarna biru nevi, begitu rapih dan terlihat sangat tampan. Jas itu sengaja ia beli untuk pergi melamar Nella. Mungkin bisa dibilang hanya itu satu-satunya pakaian terbagus miliknya. Bisanya penampilan Ihsan hanya memakai celana jeans dengan atasan kaos atau kemeja.
Semalam Nella sudah memberitahunya, jika sang papah mengizinkan untuk dirinya datang ke rumah. Tentunya Ihsan kesana juga ditemani oleh Irwan, menaiki mobilnya. Karena Ihsan tidak punya mobil, ia hanya punya motor ninja berwarna hijau, motor kesayangannya.
Ihsan menaruh kotak cincin kedalam saku jas, ia juga membawa buket bunga mawar merah yang tadi sempat dipesan.
"Kau tampan sekali San," puji Irwan yang baru saja melihat Ihsan keluar dari kamarnya.
"Terima kasih, Om."
"Kau sudah siap? Ayok pergi!" ajak Irwan.
"Bang Ihsan! Semoga sukses, Bang!" ucap para junior Ihsan di bengkel, mereka bersorak mendukung Ihsan yang akan pergi melamar pacarnya.
Ihsan tersenyum. "Terima kasih semuanya."
Mereka berdua langsung masuk kedalam mobil, mengendarainya menuju rumah Nella. Nella sudah mengirimkan alamat rumahnya lewat pesan padanya.
Ihsan tidak terkejut sama sekali saat mobil Irwan berhenti didepan gerbang rumah mewah itu. Ihsan memang sudah membayangkan betapa besar dan mewahnya rumah Nella. Namun, tiba-tiba terbesit rasa tidak percaya dirinya, takut akan penolakan orang tua Nella.
"Ayok turun, sudah sampai San," ucap Irwan.
"Ah, iya Om."
Ucapan Irwan membuyarkan lamunannya, ia segera turun sambil memegangi buket bunga.
"Maaf, Pak. Saya ingin bertemu dengan Pak Sofyan," kata Ihsan pada satpam rumah Nella dibalik gerbang besi.
"Mas pacarnya Nona Nella? Ihsan?"
"Iya, Pak. Betul." Ihsan mengangguk dan tersenyum.
Nella sudah memberitahu lebih dulu pada satpam rumahnya, supaya mau membukakan gerbang untuknya. Satpam itu membuka lebar-lebar pintu gerbang, ia juga menyuruh Irwan untuk memasukkan mobilnya.
Mereka berdua melangkahkan kakinya, berjalan menuju pintu utama rumah Nella, jari telunjuk Ihsan sudah memencet bel tersebut.
Ting ... tong.
Ceklek~
Seseorang membukakan pintu, ia adalah Nella. Gadis cantik itu sudah mengenakan dress selutut berwarna merah maron dengan model A-line dress. Rambutnya terurai panjang dan polesan make up-nya terlihat begitu cocok dengan penampilannya sekarang, membuat Nella terlihat makin cantik dan mempesona.
Sama halnya dengan Ihsan, Nella juga mempersiapkan penampilannya untuk menyambut pria yang akan datang melamarnya.
Ihsan dan Nella melayangkan pandangan, kedua pipi mereka merah padam.
"Ini untukmu, Cantik." Ihsan mengulurkan buket bunga dan langsung disambut hangat oleh Nella.
"Terima kasih, Kak. Bunganya sangat cantik." Nella tersenyum dengan wajah yang berser-seri.
"Sama sepertimu." Ihsan mengelus pelan pucuk kepala Nella.
Nella membukakan pintu rumahnya lebar-lebar. "Ayok masuk, Kak ... Om Irwan, semuanya sudah menunggu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
ronadi haqqi
lanjutkan
2023-02-11
1
Fitriyani Puji
ini udah di lamar apa nanti di tolak
2023-02-11
0
Puteri Siliwangi
visual nya donk Thor 🥰
2022-11-15
0