Nella mengajak mereka berdua menuju ruang tamu. Sudah ada Sofyan, Diana dan juga pria yang kemarin itu. Namun, Nella sendiri belum berkenalan, siapa dan ada hubungan apa pria itu dengan ibu sambungnya.
"Pah, kenalkan ini Ihsan pacarku dan ini Om Irwan, Omnya Ihsan." Nella memperkenalkan mereka berdua pada sang papah. Lantas, keduanya saling berjabat tangan pada Sofyan, Diana dan pria disampingnya.
"Silahkan duduk," kata Sofyan.
Ihsan langsung duduk di sofa bersebelahan dengan Nella dan Irwan, tak lama Bibi pembantu datang memberikan dua cangkir kopi hitam yang sudah Nella minta sebelumnya.
"Silahkan di minum, Mas ... Pak." Bibi pembantu meletakkan kedua cangkir itu dengan hati-hati diatas meja.
"Terima kasih," jawab Ihsan.
Bibi pembantu berlalu pergi menuju dapur.
Sofyan duduk menyilang kaki, dengan tangan diatas lutut. "Aku sudah diberitahu oleh Nella, kalau kedatanganmu ingin melamar putriku, apa benar?" Sofyan ingin memastikannya sekali lagi.
Walau aslinya ia amat gugup dan jantungnya berdebar hebat, namun Ihsan berusaha untuk bersikap santai. Ia tak mau gara-gara kegugupannya, bisa menghancurkan segalanya.
"Iya, Om. Kedatangan saya kesini ... saya ingin melamar putri Om yang bernama Nella Pujianti. Saya sangat mencintainya, saya dan dia berpacaran selama satu tahun. Saya harap ... Om setuju dan merestui hubungan kita," ucap Ihsan dengan sopan.
"Sebelumnya, aku mau tanya. Apa nama lengkapmu?"
"Ihsan Maulana."
"Kenapa kau datang dengan Ommu? Memangnya, orang tuamu sibuk?"
"Saya tidak punya orang tua, Om."
"Mereka sudah meninggal?"
"Saya tidak tau. Saya dulu tinggal di panti asuhan, tanpa orang tua dan sanak keluarga, dan Om Irwan ini ...." Ihsan menoleh sebentar pada Irwan, lalu melihat lagi ke arah Sofyan. "Dia Om angkat saya, dia memungut saya di jalan sewaktu saya berumur 12 tahun," paparnya.
Deg!
Sofyan membulatkan netrannya. "Jadi maksudmu, kau dulu tinggal di jalanan? Tapi tadi bilang, kau tinggal di panti? Jadi yang benar yang mana?" tanya Sofyan merasa binggung.
"Itu karena ...." Ihsan mulai menceritakan sepenggal kisahnya, kisah dirinya yang dulu hidup di panti asuhan, lalu saat panti asuhan itu terbakar dan dirinya menjadi gelandangan dijalan, karena hanya dirinya yang selamat waktu itu. Dan Irwan lah yang berbaik hati mengangkatnya menjadi keponakan, memberinya pekerjaan dan tempat tinggal.
Mendengar cerita dari Ihsan, bukan membuat Sofyan menjadi simpati. Namun pria tua itu justru hanya geleng-geleng kepala, merasa tak menyangka. Bisa-bisanya putri satu-satunya itu mencintai pria seperti Ihsan, pria sederhana yang jauh dari kata sempurna. Ya mungkin, hanya wajahnya saja.
"Lalu, kau kerja apa?" tanya Sofyan ragu-ragu.
"Jadi montir, Om. Montir mobil milik Om Irwan."
"Apa?" Sofyan memekik tak menyangka. "Kau hanya menjadi montir? Lalu ... kenapa kau begitu percaya diri melamar putriku! Aku tidak mau! Aku menolak lamaranmu!" pekiknya dengan lantang.
Deg!
Nella, Ihsan dan Irwan, mereka membulatkan netranya. Ketiganya merasa tercengang dengan kalimat yang Sofyan lontarkan.
"Apa ... apa maksud Papah?" tanya Nella dengan perasaan kaget tercampur binggung, ia juga tak percaya dengan penolakan sang papah.
"Apa belum jelas? Papah bilang menolak lamaran Ihsan!" tegas Sofyan.
"Bapak menolak Ihsan karena pekerjaannya?" tanya Irwan.
"Iya, aku tidak mungkin menikahkan putriku dengan pria seperti Ihsan! Dia tidak pantas bersama putriku!" balasnya dengan sinis, menatap sekilas pada Ihsan.
"Seperti Ihsan bagaimana sih, Pah? Ihsan baik dan tampan. Aku dan Kak Ihsan saling mencintai dan kita sudah berpacaran selama satu tahun, Papah harus merestui hubungan kita, Pah!"
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Memangnya tidak ada pria lain di dunia ini, sampai kau mencintai pria miskin seperti dia? Kita ini orang kaya Nella! Dia tidak sebanding dengan kita!"
Nella menoleh ke arah Ihsan, menatap matanya dengan lekat. Pria tampan itu diam saja sedari tadi. Tapi bibirnya menarik tersenyum saat Nella melihat padanya. Hatinya terasa hancur lebur, sebelumnya ia juga merasa tidak yakin orang tua Nella akan menerima lamarannya. Namun Ihsan mencoba menepisnya, karena mungkin dengan cinta Nella dan dirinya, bisa meluluhkan hati orang tua Nella untuk merestui cinta mereka. Ternyata semuanya salah besar, ucapan Sofyan barusan sudah menggambarkan kalau dirinya tidak suka pada Ihsan, tidak suka karena Ihsan hanya pria miskin.
"Tidak, Pah. Aku tidak peduli! Aku ... aku mencintai Kak Ihsan!" tiba-tiba, Nella memeluk tubuh Ihsan.
Melihat putrinya memeluk pria yang baru saja ia tolak, Sofyan terbelalak. Ia segera bangun dan menarik lengan putrinya, memisahkannya dengan Ihsan.
"Kau pulanglah Ihsan! Aku bukannya sudah bilang, aku ini menolakmu! Untuk apa kau masih ada disini?" nada Sofyan terdengar mengusir pria yang diam membeku itu.
"Papah! Aku mohon ... jangan lakukan ini, aku mencintai Kak Ihsan, tolong restui kita. Aku mau menikah dengannya, Pah." Air mata Nella tak kuasa lolos begitu saja, ia tak tega melihat pacarnya diusir setelah ditolak mentah-mentah oleh Sofyan.
"Tidak, kau tidak akan menikah dengan pria miskin seperti dia!"
Ihsan dan Irwan bangun dari duduknya, ia merogoh kotak perhiasan pada saku jasnya. Lalu membuka dan mengambil cincin itu, ia ingin menyematkan pada jari manis Nella.
"Saya mengerti dengan keputusan Om, tapi ... biarkan saya memberikan cincin ini untuk Nella."
Nella segera mengulurkan tangannya, seakan menerima cincin dari Ihsan. Namun, tidak dengan Sofyan. Pria paruh baya itu menarik lengan Nella yang terulur.
"Tidak! Aku sudah menolakmu, tidak usah memberikan cincin! Cincin itu tidak cocok untuk jari putriku!"
"Papah, aku mohon jangan begini!" Nella mencoba untuk memberontak, tapi nyatanya tidak berhasil. Kedua lengannya dipegang kuat oleh Sofyan.
"Yasudah, Om. Itu tidak masalah, kalau begitu saya dan Om saya pamit. Selamat pagi," ucap Ihsan dengan sopan, cincin tadi ia taruh kembali kedalam kotak.
Sebelum melangkah pergi, ia menyempatkan untuk melemparkan senyuman hangatnya untuk sang kekasih, sampai kini dirinya keluar dari pintu utama.
Setelah kepergian Ihsan, Nella menepis kasar lengan Sofyan. Ia mengambil buket bunga diatas sofa, lalu berlari menaiki anak tangga, masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu.
Ia menghempaskan tubuhnya diatas kasur sambil menangis. Padahal, hatinya tadi sempat berbunga-bunga. Tapi sekarang, bunga itu seperti layu dan gugur begitu saja.
"Kenapa Papah menolak lamaran Ihsan? Padahal aku sangat bahagia, aku sangat mencintainya," lirihnya sambil menangis, ia menutupi wajahnya dengan bantal. Nella tak peduli lagi dengan polesan make up yang sudah berantakan, ia menangis sejadi-jadinya, merasa kecewa dengan tindakan Sofyan, tapi tidak bisa apa-apa.
Disisi lain, Ihsan dan Irwan menaiki mobil menuju bengkel. Didalam perjalanan itu, Irwan tak ada henti-hentinya untuk menepuk-nepuk pundak Ihsan, mencoba menenangkan pria tampan yang tengah bersedih.
"Ihsan, kamu yang sabar. Om binggung harus berbuat apa untuk membantumu."
"Iya, tidak apa-apa, Om. Aku juga mengerti kok, Nella adalah anak orang kaya. Dia tidak pantas bersamaku yang tidak punya apa-apa," sahutnya dengan tulus, ia mencoba untuk menerima keadaan. Mungkin setelah ini hubungannya akan berakhir.
Aku sangat mencintaimu Nella, harusnya aku sadar diri sebelum terlalu dalam mencintaimu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Enny Rochaeni
walaupun orang tua nella menolak lamaran ihsan,,tp harus percaya, klw Allah sudah bekehendak, maka kun payakun.
2023-08-18
1
komalia komalia
kasihan banget kamu ikhsan
2023-03-17
0
Fitriyani Puji
emmmm ini papi anh ank baik ngak mau dia malah kawin lagi hadeeeh
2023-02-11
0