Ihsan mengangguk semangat.
Nella mengambil satu tupperware lagi didalam paper bag, yang berisi nasi. Ia sengaja datang dengan membawa makanan, ingin mengajak sang pacar makan bersama.
"Aku ambil sendoknya dulu." Ihsan beranjak dari duduknya untuk mengambil sendok di dapur, lalu balik lagi membawa dua sendok, untuk dirinya dan Nella.
"Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Nella saat melihat Ihsan mengunyah satu suapannya.
"Enak, sangat enak! Kamu memang wanita sempurna!" puji Ihsan seraya mengelus pelan pucuk rambut pacarnya.
"Kakak memujiku berlebihan, aku ini bukan wanita sempurna. Aku juga punya kekurangan, Kak."
"Apa kekuranganmu memangnya?"
"Aku susah tidur kalau malam dan susah bangun kalau pagi."
Ihsan mengerutkan keningnya. "Memang itu termasuk kekurangan? Itu 'kan hanya kebiasaan."
"Iya, kebiasaanku tiap malam tidak bisa tidur karena mikirin Kakak dan kalau paginya, aku susah bangun karena semalamnya mimpiin Kakak."
"Hahahaha ...." Ihsan bergelak tawa karena mendengar kata-kata gombal keluar dari mulut Nella, memang Nella ini senang sekali merayu pacarnya.
"Kakak ih! Kenapa ketawa?" Nella mengerucutkan bibirnya, harusnya ia ingin membuat Ihsan makin jatuh cinta padanya. Tapi tidak perlu bergombal pun, Ihsan sudah jatuh cinta.
"Kamu lucu sekali sih, aku gemas sama kamu!" Ihsan mencubit hidung Nella dengan pelan dan mereka meneruskan makannya sampai selesai.
Ihsan bangun dari duduknya, berjalan menuju nakas. Kemudian, ia menarik laci dan mengambil kotak perhiasan berwarna merah. Kotak itu berisi cincin berlian, ia menyisipkan uang hasil keringatnya demi membeli perhiasan yang terbilang fantastis itu, ia sampai kerja lembur. Ihsan ingin mengikat Nella, mengikatnya menjadi istrinya.
Ihsan duduk lagi dengan tangan yang masih memegangi kotak. "Nella, kapan aku boleh ke rumahmu? Aku ingin bertemu dengan orangtuamu untuk melamarmu."
Deg!
Jantung Nella langsung berdebar, ia mengembungkan senyuman dengan pipi yang merona. Hati berbunga-bunga, baru ada niat saja Nella sudah bahagia. Memang selama satu tahun pacaran dengan Ihsan, ini momen yang paling di nantikan. Di lamar lalu menikah.
"Kakak serius mau melamar aku?" tanya Nella malu-malu.
"Iyalah serius, tapi aku hanya punya cincin ini. Apa ada hal lain yang musti aku persiapkan lagi?"
"Sebenarnya, tidak perlu pakai cincin juga tidak masalah, Kak. Asal Kakak sudah ada niat mengajakku serius, itu sudah membuatku bahagia." Nella mengambil kotak perhiasan itu dan membukanya, satu berlian yang berada di tengah lingkaran cincin, benar-benar menyilaukan matanya. Nella bukan kagum dengan keindahan cincin itu, tapi kagum karena keseriusan Ihsan.
Ia tau berapa harga cincin itu, bahkan empat kali lipat lebih besar dari gajih Ihsan selama sebulan di bengkel. Ihsan pasti sangat bekerja keras demi membeli cincin itu, Nella benar-benar makin di mabuk cinta.
"Namanya orang mau melamar, pasti bawa cincin Nella. Masa dengan tangan kosong," jawab Ihsan sambil terkekeh.
"Yasudah, aku pulang dulu kalau begitu Kak, aku mau bicara sama Papah." Nella memberikan kembali kotak cincin itu pada Ihsan, lalu bangun dari duduknya.
"Mau aku antar naik motor?" tawar Ihsan seraya berdiri, ia mengajak Nella keluar dari ruangan itu menuju bengkel.
"Tidak usah, aku bawa mobil, Kak."
"Eh, Nella. Kamu main kesini?" Irwan yang baru saja turun dari mobil, langsung menghampirinya untuk menyapa.
"Iya, Om. Aku baru saja ingin pulang."
"Mau Om antar?"
"Tidak usah, aku bawa mobil." Nella menunjuk mobil merahnya dan tersenyum.
"Hati-hati dijalan Cantik, kalau sudah sampai kabari aku!" Ihsan memekik, karena Nella sudah berlari kecil untuk masuk kedalam mobil.
Sepeninggal Nella, Ihsan mengajak Irwan duduk di kursi sambil melihat mobil-mobil yang tengah di servis.
"Om, nanti Om mau ya, temenin aku ke rumah Nella?"
"Mau ngapain ke rumah Nella?"
"Aku mau bertemu dengan orangtuanya, aku ingin melamarnya, Om."
"Oh, jadi kamu sudah membeli cincin?" Irwan memang tau kalau selama ini Ihsan menabung, tapi ia belum tau kalau Ihsan sudah berhasil membeli cincin tersebut.
"Sudah, tapi kira-kira ... keluarga Nella akan menerimaku tidak ya, Om? Dia 'kan orang kaya." Sejujurnya, ada rasa takut dalam lubuk hati Ihsan terdalam. Ia begitu mencintai Nella, namun takut juga jika orangtuanya tidak merestui hubungan mereka.
"Coba saja dulu, kalau belum mencoba, kita tidak akan tau. Om akan mengantarmu."
"Terima kasih, Om." Ihsan tersenyum dan bangun dari duduknya, ia berlalu pergi untuk mengganti pakaian, karena ingin menservis mobil kembali.
***
Setelah memarkir mobilnya di halaman rumah, Nella bergegas masuk kedalam, karena pintu rumahnya tidak di kunci. Ia ingin segera memberitahukan kabar gembira pada papahnya, tentang keseriusan Ihsan. Selama ini, Nella tidak pernah bercerita pada papahnya tentang dirinya yang mempunyai kekasih. Papahnya selalu sibuk karena pekerjaan, apalagi semenjak ibunya meninggal sebulan yang lalu. Sofyan seminggu terakhir sering pergi malam dan pulang pagi, mencari hiburan.
Nella bukanlah anak satu-satunya, ia anak kedua setelah Kakak laki-lakinya. Namun saat ini, Kakak laki-laki Nella sedang berada di luar negeri, mengurus bisnis Sofyan disana.
Saat dirinya masuk kedalam rumah, Nella tidak melihat batang hidung papahnya, hanya ada Bibi pembantu yang tengah mencuci piring di dapur.
"Bi, di mana Papah?" tanya Nella seraya menghampiri Bibi pembantu.
"Tadi Pak Sofyan pergi Nona, baru saja."
"Huh!" Nella membuang nafasnya dengan kasar, ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Mungkin nanti, setelah papahnya pulang, Nella akan ceritakan semuanya.
*
Malam hari.
"Nella, perkenalkan ini Mamah baru kamu, namanya Diana," ucap Sofyan memperkenalkan wanita cantik yang tengah berdiri di sampingnya. Wanita itu berusia 29 tahun, selisih umurnya cukup jauh dengan Sofyan yang berusia 45 tahun.
"Kok Mamah, Mamih dong, Pih," sambung wanita yang bernama Diana itu, seraya menyenggol lengan Sofyan. Ia berucap dengan suara manjanya.
Nella berdiri membeku melihat ketiga orang didepannya. Ada satu lagi selain mereka, yaitu pria tampan yang hampir seumuran dengan Kakaknya. Tapi yang ia tangkap adalah ucapan dari papahnya barusan.
Baru saja sebulan yang lalu, Mamah tercinta Nella yang bernama Nina Pujianti meninggal dunia akibat kecelakaan mobil, dan sebulan yang lalu juga, Sofyan sang papah menangisi batu nisan itu bersama dengannya, merasakan sakit dan pedihnya di tinggal orang yang mereka cintai.
Tapi sekarang, apa yang Nella lihat? Sofyan baru saja masuk kedalam rumahnya, menghampirinya di sofa, tentunya sambil mengenalkan seorang wanita yang menjadi istri barunya. Nella sama sekali tidak diberitahu sebelumnya, kapan pria tua itu melangsungkan pernikahan, tapi tiba-tiba datang dengan membawa status baru.
Hati Nella seketika hancur lebur, ia bukan tidak senang melihat pernikahan baru papahnya, hanya saja ia sedih, karena Sofyan tidak memberitahunya lebih dulu.
"Kapan Papah menikah? Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" tanya Nella dengan kesal.
"Maaf Sayang, Papah akan jelaskan semuanya padamu. Kamu ikut dengan Papah." Sofyan menarik lengan Nella mengajaknya untuk menaiki tangga, meninggalkan Diana dan pria di sebelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Enny Rochaeni
ya begitulah,,,laki" klw di tinggal istri meninggal,,langsung deh nikah lagi,,g kuat lama g seperti perempuan.
2023-08-18
2
komalia komalia
wah baru sebulan di tinggal udah nikah lagi
2023-03-16
0
Fitriyani Puji
gila apa mungkin mama nya kecelakaan karna tau papa nya kawin lagi ya thour org kaya memang semau nya ya
2023-02-11
0