"Tentang hubungan aku dan dia, Tan. Aku ingin minta kesempatan sama Om Sofyan, untuk bisa bersama Nella."
"Eemm ... yasudah, Tante juga nanti akan membantumu bicara." Nissa mengelus pelan pundak Ihsan. "Walau Tante ragu ini akan berhasil, setidaknya kita berusaha dulu."
"Iya, Tan."
Ting~
Mendengar pintu lift itu terbuka, keduanya cepat-cepat keluar dan berjalan menuju ruangan Sofyan.
Nissa mengetuk pintu ruangan itu bertepatan sekali dengan Guntur yang baru saja keluar. Nissa hanya mengukir senyum tipis saat berpapasan dengan pria paruh baya itu, dan sama halnya dengan Guntur. Karena memang kedua tidak terlalu mengenal.
"Kita langsung masuk saja, San," titah Nissa seraya membuka pintu.
Ihsan mengangguk. Lantas, mereka masuk kedalam. Terlihat Sofyan tengah duduk di kursi putar miliknya dengan mata yang fokus menatap laptop. Ia sampai tak menyadari kedatangan mereka.
"Siang, Kak," sapa Nissa seraya duduk di kursi depan, terhalang oleh meja kerja Sofyan.
Sofyan langsung melihat kearah Nissa, ia terkesiap tatkala melihat dengan siapa Nissa datang. Bahkan Ihsan sudah duduk di kursi sebelah Nissa tanpa permisi.
Mau ngapain dia ke kantorku?'
"Kau! Mau apa kau datang kesini?" tanya Sofyan dengan tatapan tajam, menatap mata Ihsan.
"Maaf Om. Kalau kedatangan saya menganggu. Ada hal yang ingin saya bicarakan sama, Om."
Sofyan melipat laptopnya dan menarik tubuhnya dengan kedua siku yang menempel pada meja.
"Apa?" tanyanya ketus.
"Eemm ... saya dengar dari Tante Nissa, Nella mau Om jodohkan. Apa itu benar, Om?" tanya Ihsan dengan tegas.
"Iya."
"Apa sampai detik ini, Om belum merestui hubungan saya dengan Nella? Meskipun kami saling mencintai?" Ihsan menatap mata Sofyan dengan serius, wajahnya penuh dengan harapan.
"Seharusnya kau tidak perlu tanya, kau pasti tau jawabannya."
"Kak Sofyan." Nissa membuka mulutnya, ia mencoba untuk membantu Ihsan mengutarakan isi hatinya. "Apa Kakak ingin menjodohkan Nella dengan Rizky? Anaknya Pak Guntur?"
"Iya, kau tau dari mana?"
Oh, jadi namanya Rizky' batin Ihsan.
"Nella yang cerita, kenapa Kakak menjodohkan Nella? Bukannya Ihsan sudah lebih dulu melamarnya? Kenapa Kakak tidak merestui mereka saja, Kak?"
Sofyan menyinggung senyum. "Memang kenapa jika aku menjodohkannya? Nella anakku, Nis. Aku berhak melakukan hal ini padanya!" tegasnya.
"Tapi, Kak. Apa Kakak tau, Rizky itu bukan pria baik-baik. Dia sering bergonta-ganti wanita, dia suka mabuk-mabukan juga. Dia tidak cocok dengan Nella, Kak!" sanggah Nissa.
"Aku jauh mengenal Rizky daripada kau dan Nella, aku tau dia pria yang baik untuk putriku."
"Om, apa Om tidak bisa kasih saya satu kali kesempatan lagi untuk bisa bersama Nella? Saya sangat mencintainya, Om," ucap Ihsan.
"Untuk apa aku beri kau kesempatan? Memang apa yang kau lakukan nanti? Dan ... apa yang kau punya? Cinta? Putriku tidak bisa hidup hanya dengan cinta Ihsan!" ketus Sofyan.
"Apa pria yang bernama Rizky itu orang kaya, Om?"
"Iyalah jelas!" seru Sofyan dengan bangga. "Dia menantu idamanku. Apa kau tau? Dia punya rumah, mobil dan dua perusahaan. Itu sudah cukup untuk masa depan anakku. Dan coba lihat dirimu ...." Sofyan menunjuk-nunjuk dada Ihsan, tepat pada kaos hitam polos yang ia kenakan. "Kau sehari-hari hanya memakai kaos, bahkan tubuhmu saja bau oli!" sembur Sofyan.
Hidung Sofyan mengendus, seolah-olah tengah mencium aroma oli pada tubuh Ihsan. Padahal, itu semua bohong. Ihsan sampai menarik kaosnya hingga menyentuh hidung, ia ingin memastikan tubuhnya, apa benar yang dikatakan oleh Sofyan atau tidak.
Aku tidak bau oli, kok.
"Kakak yang benar saja, Ihsan ini wangi, Kak. Dia juga mengganti pakaian jika sedang bekerja." Nissa membela Ihsan, memang hidungnya mencium aroma minyak wangi pria disampingnya.
"Hidungmu sudah tidak berfungsi berarti." Ia menatap wajah Nissa dengan tatapan mengejek, kini beralih menatap mata Ihsan. "Sudahlah, intinya aku tidak akan memberimu kesempatan! Kau tidak cocok menjadi menantuku! Lebih baik kau melupakan putriku, Ihsan!" tekannya.
"Tapi, Kak--"
"Nissa sudahlah, kau juga kenapa membela dia sih? Kalian lebih baik pulang saja, aku sangat sibuk!" usirnya seraya menunjuk pintu keluar.
"Kita pulang saja, San. Percuma ...." Nissa menepuk bahu Ihsan, pria itu tengah terdiam dan mengingat ucapan dari Sofyan. Kata-kata makian itu tidak membuatnya sakit hati, hanya saja ia sedih. Hubungannya dengan Nella harus benar-benar kandas, terhalang restu orang tua.
Dengan berat hati, Ihsan mengangkat bokongnya dan melangkahkan kakinya bersama Nissa. Mereka kembali menaiki lift yang baru saja terbuka.
"Tan, memang pria yang bernama Rizky itu kerja di kantoran seperti Om Sofyan, ya?" tanya Ihsan seraya menoleh kearah Nissa.
"Iya, dia CEO di kantornya sendiri."
"Apa dia pria yang tampan?"
"Biasa saja, jauh lebih tampan kamu, San," jawabnya dengan sungguh-sungguh. Tapi Ihsan tau, Nissa pasti berbohong. Ia hanya berusaha memuji apa yang Ihsan miliki.
Pasti orang yang bernama Rizky itu sangat sempurna.
Jika aku menjadi seperti dia, apa Om Sofyan akan menerimaku jadi menantunya?
Aku tidak rela Nellaku bersama Rizky, tapi aku tidak bisa apa-apa. Bagaimana ini? Apa aku menyerah saja?
***
Pagi hari.
Tok ... tok ... tok.
Sofyan mengetuk-ngetuk pintu kamar Nella, pria paruh baya itu terlihat sangat tampan dan rapih, mengenakan stelan jas berwarna putih.
"Nella, buka pintunya, Sayang!"
Nella yang sedang menyisir rambut buru-buru membuka pintu. Ia sudah mandi dan mengenakan stelan jas untuk pergi ke Restoran.
Ceklek~
"Iya, Pah." Nella terbelalak, saat melihat apa yang papahnya kenakan. Rasanya ada yang janggal, tidak bisanya Sofyan memakai jas serapih itu jika ingin berangkat ke kantor. "Kok Papah pakai jas putih dan rapih begitu? Papah mau pergi kemana?"
"Ikut Papah sekarang!" Sofyan menarik paksa lengan Nella, mengajaknya untuk menuruni anak tangga sampai akhirnya mereka sudah halaman depan rumah
"Papah! Apa yang Papah lakukan? Kita mau kemana?" tanya Nella sedikit memberontak, ia ingin melepaskan cengkraman tangan kiri Sofyan pada lengannya, tapi terasa susah.
Sofyan membuka mobil Lamborghini hitam miliknya dan mengajak Nella untuk masuk bersama dengannya.
"Jalan Ga!" perintah Sofyan pada Dirga adik iparnya.
"Iya, Kak."
Pria itu langsung mengemudi, di samping kursi sebelahnya ada Diana. Mereka juga memakai baju senada seperti Sofyan. Dirga memakai setelan jas berwarna putih dan Diana memakai A-line drees diatas lutut berwarna putih.
Nella sangat binggung dengan penampilan ketiga orang itu, rasanya ada yang tidak beres di situasi sekarang ini.
"Papah, kita mau pergi kemana?" tanya Nella, tangannya masih memegangi sisir. Rambutnya terurai begitu saja dan wajahnya bahkan belum tersentuh polesan make up.
"Nanti kamu tau sendiri." Sofyan mengambil tupperware yang berada disampingnya. Ia membuka tutupnya lalu memberikan pada Nella beserta sendok. "Kamu sarapan nasi goreng dulu, Papah sudah bawa untukmu."
Jangan lupa like 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Nova Angel
org kaya sombong nanti klu jatuh miskin baru nyaho
2024-05-31
0
Fitriyani Puji
ini kaya di kehar hantu saja perasaan
2023-02-11
1
Siti Fatimah
uuuuhhjj...dasar tua bangke....diany cr istri begenggek...eh cr mantu jg bkn pria baik2...mau jd apa generasi penerus bangsa ini...klo bibitny kek gt...g hbis pikir...itu otak dtaruh mn di sofyan...dsandal kali ya...buat nimpuk tuh otak...gemezzz gue
2022-10-17
1