Aku berjalan di pinggir pantai. Air mataku mengalir dan aku masih mengingat kembali kejadian seharian ini. Aku berhenti di tepat paling sepi di pinggir pantai itu.
"Ahhhh..." Teriakku melepaskan semua rasa yang ada didalam hatiku.
Aku duduk tersungkur dan kemudian teriak lagi, walau kali ini tak sekencang teriakan pertama. Aku tak peduli semua orang akan khawatir mencariku. Aku hanya ingin menenangkan diriku sendiri.
Ponsel sudah kumatikan sejak keluar dari mal tadi. Aku tak mau diganggu oleh siapapun. Aku bangkit dan berjalan dengan menjinjing sepatu kets-ku. Tanpa sadar langkahku terhenti di hotel kawasan ancol itu. Segera kupesan kamar dan langsung masuk ke kamar setelah diberikan kunci.
"Ar, Priyanka disana?" tanya Zeyden kepada Kak Aryan.
Zeyden hanya punya nomer kakak sulungku, karena hubungan kerja. Zeyden semakin merasa bersalah ketika tahu aku tidak disana.
"Tidak ada. Apa kalian berantem?" Kakakku sedikit khawatir.
"Nanti gue ceritakan. Bisa gue minta tolong?" ucapnya dengan nada penuh kekhawatiran.
"Tolong telepon Ayahmu Ar. Aku takut jika aku yang menghubunginya." pintanya.
"Baiklah. Kalo ketemu kabarin gue ya." ujar kakakku sangat khawatir padaku.
Sambungan telepon pun terputus. Zeyden berusaha keliling Jakarta dan menghubungi ponselku. Tapi hasilnya nihil tidak bisa dihubungi.
"Priya, kamu dimana? Jangan tinggalin aku. Itu semua salah Siera." ujarnya sambil memukul setir mobil.
Dilain tempat Kak Aryan sibuk menelpon kerumah dan menanyakanku. Kak Bryan mencoba menghubungi Anyelir dan Zoan untuk menanyakan keberadaanku. Serta ia meminta bantuan kedua sahabatku.
Gempar sudah. Semua orang sibuk mencariku, kecuali kedua orang tuaku. Malam itu semua mencari ke tempat-tempat yang biasa kudatangi. Sayangnya hasil mereka nihil. Kekhawatiran nampak diwajah mereka semua.
Aku tak pernah menghilang seperti ini. Kalau ada masalah biasanya aku pulang kerumah orang tua atau menginap dirumah Anyelir. Kali ini aku terlalu rapuh untuk bertemu orang-orang.
Hari ini adalah hari pertunanganku. Tapi aku masih belum kembali setelah beberapa hari tidak pulang. Hanya tinggal hitungan jam, namun aku belum menunjukkan batang hidungku. Zeyden dan kedua kakakku sudah melapor ke polisi, tapi belum ada kabar. Sampai akhirnya kedua kakakku menghampiri orang tua kami.
"Yah, Bun. Ryan mau bicara." ucap kedua kakakku bersamaan.
"Ada apa? Oh iya bilang adikmu, segera pulang sebentar lagi kan dia tunangan." Ujar Bunda dengan wajah bahagia.
"Gue nggak tega, Bang." bisik Bryan ke Aryan.
"Bun, Princess kita.." ujar Aryan terputus.
"Kenapa sama adik kalian?" sahut Bunda sambil mendekati putranya.
"Dia, menghilang sudah beberapa hari." Ujar Kak Aryan perlahan tapi membuat Bunda langsung terduduk di lantai.
"Maksud kamu apa Ar?" ujar Ayah sambil menghampiri Bunda.
"Kami sudah lapor polisi dan mencarinya Yah. Tapi Priyanka belum bisa ditemukan." jelas Bryan.
"Ya Tuhan, hal sebesar ini kalian tutupi dari Ayah dan Bunda." bentak Ayah hampir menampar kedua putranya dan mereka hanya diam.
Semua orang dirumah mendadak panik. Ayah menelpon Om Zaid dan menceritakan semuanya. Ayah pun berjanji jika putri kecilnya kembali, dia akan langsung memberitahunya.
Brak..
Aku membanting pintu kamarku. Keluargaku yang mendengar suara kencang langsung berhamburan keluar dari kamar Ayah dan Bunda.
"Apa itu?" mereka saling lempar pandangan.
Pembantuku yang mendengarnya langsung menghampiri keluargaku. Dia masih diam tak ingin memberitahu kepada keluargaku. Tapi dia juga takut aku kenapa-napa, karena aku bisa melakukan hal nekat.
"Itu.. Non Priyanka baru tiba." bisiknya kepada Kak Bryan, dan membuatnya kaget.
"Si Non, lebih parah dari kejadin sebelumnya tuan." lanjut bisikan wanita paruh baya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Marwah Lestari
kalo gue jadi priyanka mungkin lakuin hal yang sama....
2019-09-29
4