Part 8

Seminggu sudah setelah pertemuanku dan Zeyden. Minggu depan aku resmi menjadi tunangannya, itu rencananya. Aku tak tahu jika nanti berubah pikiran.

Hari ini aku ke kampus dengan penampilan baru dan bareng dengan Kak Bryan. Awalnya aku menolak, karena mau pulang kerumah yang kutinggali selama ini, tapi Ayah melarang.

Ayah tidak mengijinkan putrinya tinggal disana seorang diri lagi. Ayah hanya mengijinkan aku tinggal disana jika sudah menikah. Aku tahu mereka khawatir dengan keadaanku yang menjadi depresi setiap ketemu Abian.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan asyik memainkan ponselku. Kak Bryan fokus menyetir. Sesampainya di parkiran kampus, primadona kampus segera mendekati mobil kami. Namun mukanya berubah jutek ketika melihat aku turun dari mobil itu.

"Hai Cit," ujarku dan Citra bengong melihat penampilan ituk buruk rupa sudah secantik dirinya.

"Operasi dimana lo?" Ujarnya dengan sinis dan menarik tanganku.

"Sayang, sakit." teriakku manja dan Kak Bryan menghampiriku.

"Apa sih yang Pak Bryan lihat dari cewek ini? Cewek jalang yang cuma bisa godain cowok-cowok tajir. Rumahnya aja di dekat perkampungan." Serunya sambil menahan Kak Bryan.

"Aku lelah dengan semua ini, undang dia kerumah saat acara itu." ujarku yang sudah bosen dengan hinaan Citra padaku dan Kak Bryan hanya menganggukan kepala.

"Jangan lupa kamu datang tanggal 15 ke alamat ini. Kamu akan tahu semuanya." ujar Kak Bryan memberikan kartu namanya.

Hati Citra berbunga-bunga karena ia diajak kencan sama lelaki yang dia cintai selama ini. Aku yang hanya melihatnya dari jauh hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Aku melangkah menuju kelas. Lorong demi lorong kulalui sampai aku terhenti tepat di depan tangga. Sepasang orang yang enggan kutemui berdiri disana tengah memadu kasih. Aku terdiam cukup lama sampai aku disadarkan oleh kedua orang sahabatku.

"Hei, ngapain berdiri disini?" teriak Zoan dan Anyelir.

"Lewat jalan lain yuk." sahutku sambil berbalik badan dan air mataku kembali menetes.

"Woi, kalo mau bercumbu jangan di tempat umum." teriak Zoan kesal dan mereka menoleh.

"Priyanka." Teriak mereka berdua.

Aku berlari menelusuri lorong demi lorong. Langkahku berhenti di kantin. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku masih sakit melihat mereka. Aku menaruh wajahku di meja dengan sandaran tangan.

"Aku mencarimu!" Seru seseorang sambil mengelus punggungku.

Aku kaget saat mendongkakkan kepala. Pria berbadan tegap dengan baju kemeja dongker, tangan bajunya di tekuk sampai sikut. Senyuman hangatnya dan sorot matanya sangat teduh. Aku langsung memeluknya dan menangis dalam pelukan.

"Hei, kenapa?" tanyanya sambil mengelus kepalaku.

"Sakit.." potongku dengan suara lirih.

"Apa yang sakit?" dia berusaha mendorongku untuk memeriksa keadaanku.

Kedua sahabatku hanya menatap dari kejauhan atas sikap kami berdua. Perlahan mereka mendekat dan bercerita semuanya kepada lelaki dipelukanku. Aku tahu dia marah mendengarnya, tapi dia menahannya.

"Woi, itik rupa yang berubah jadi jalang. Tadi pagi lo sayang-sayangan sama Pak Bryan. Sekarang sama cowok ganteng ini. Dasar jalang ya tetep aja jalang!" seru Citra sambil menyenggol pundakku.

Plak..

Aku tahu itu sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Citra. Aku tak tahu siapa yang menampar primadona kampus itu. Karena aku masih larut dalam pelukan yang hangat.

"Jangan asal ngatain orang lo. Lo tuh yang jalang. Suatu saat lo yang akan mohon-mohon ampun sma Priyanka." Ujar Anyerlir setelah melayangkan tamparan maha dahsyat.

Citra hanya diam menahan sakit di pipinya yang merah dan tak lama dia pergi dengan hentakkan kaki yang kencang. Aku melepas pelukanku saat Anyelir menyebut nama Abian.