Hari ini, seperti biasanya, aku dan kak Ryan berangkat kekantor dengan mobil kami. Hubungan aku dan kak Ryan sudah mulai membaik dan kami terlihat mulai akrab sekarang.
"Kak bisakah aku makan diluar nanti malam?" kataku.
"Tidak boleh, kamu sudah tahu itu tidak boleh, tapi kamu masih mau melakukannya," ucap kak Ryan.
"Yah, sekali saja kak, apa salahnya jika aku makan diluar bersama kakak."
"Nino, bersikaplah layaknya laki-laki normal oke."
Aku terus membujuk kakakku untum makan malam diluar. Tapi kak Ryan tetap saja menolak. Kami sama-sama tidak memperhatikan jalan yang kami lalui. Hingga tiba-tiba, laju mobil terpaksa berhenti mendadak, membuat aku kaget.
"Ada apa sih mas?" kataku pada sopir kami.
"Maaf Tuan muda, ada mobil yang sedang menghalangi kita didepan," kata sopir itu panik.
"Ada apa ini kak Ryan, siapa yang menghalangi jalan kita?" ucapku tak kalah paniknya.
"Kamu tenang saja, aku yakin, ini adalah ulah Mulya. Jika bukan dia, siapa lagi yang bisa menghalangi kita," kata kak Ryan yakin.
"Kenapa dia harus menghalangi jalan kita kak. Bukankah kita tidak ada urusannya dengan dia. Lagian, bukankah Mulya sedang tidak ada di negara ini."
"Kamu ini polos atau bodoh sih Nino. Siapa bilang kamu tidak ada masalah dengan dia. Kamu itu adalah ancaman terbesar buat Marisa, mama tiri kamu buat mendapatkan semua aset papa kamu. Tidak ada urusannya dari mana coba," kata kak Ryan emosi.
"Lah, itu aku tahu. Yang aku tidak habis pikir, bukankah ia sedang tidak ada di sini sekarang."
"Jangan sok tahu kamu."
Aku dan kak Ryan malah berdebat soal Mulya yang tidak penting. Bukannya malah memikirkan cara agar bisa menyelamatkan diri dari anak buah Mulya yang telah mengepung kami dari depan dan belakang.
Bukan hanya itu, kata mobil kami sudah beberapa kali dikeruk oleh preman-preman itu dari luar, mereka meminta kami untuk keluar dari mobil.
"Nino, kakak akan keluar untuk mengalihkan perhatian mereka. Kamu harus tetap didalam apapun yang terjadi. Kamu tidak boleh keluar dari mobil ini. Kamu harus mencari cara agar bisa selamat," kata kak Ryan.
"Tidak, kak Ryan jangan bodoh sekarang. Kita akan hadapi mereka secara bersama-sama."
"Kamu gila yah, kamu gak lihat apa mereka segitu ramainya. Mereka tidak akan membunuh kakak, jika kakak keluar. Karna yang mereka cari bukan kakak, melainkan kamu."
"Tapi kak ...."
"Tidak ada kata tapi Nino, dengarkan saja apa yang kakak katakan. Kamu jangan bodoh," kata kak Ryan membentak aku.
Kak Ryan pun keluar ntah bagaimana caranya, ia berusaha untuk melawan satu persatu anak buah Mulya yang sangat kekar itu. Sial, kenapa aku terlalu percaya diri dan mengembalikan anak buah yang papa berikan padaku. Kalau seperti inikan aku juga yang repot. Kak Ryan tidak mungkin melawan segitu banyak anak buah sendirian. Apalagi, kaca mobil ini hampir saja roboh akibat pukulan-pukulan para preman dari luar.
"Tuan muda, bagaimana ini? Kita tidak bisa bertahan lagi sekarang. Sedangkan Tuan Ryan, ia hampir kewalahan sekarang."
"Tenang mas, kamu bantu kak Ryan saja sekarang. Jangan dengarkan apa yang kak Ryan katakan. Aku bisa jaga diriku sendiri di sini."
"Tapi Tuan muda, keselamatan Tuan muda adalah hal yang paling penting buat saya," kata sopir itu menolak.
"Lakukan saja apa yang aku katakan, jangan membantah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sopian Hadi Irawan
kerenn
2022-02-14
0
Dyah Shinta
Itu si mama udah jauh2 nyelametin anaknya, ambisinya juga gede untuk menguasai harta, kenapa anaknya ga dibekali ilmu bisnis d ilmu beladiri ya? disuruh jadi laki2 tapi ga jagoan..
2021-10-29
0
Heni Kusumastuti Suwardji
Nino terlalu naif bodoh banget gak bisa mikir cepat.. hadeeh, membosankan
2021-05-10
1