Aku segera meninggalkan toilet rumah makan ini. Dengan sangat hati-hati, aku melihat kiri dan kanan. Berharap, tidak ada yang curiga padaku.
Malang pasti tidak akan berbau, tanpa sengaja, aku menabrak seorang laki-laki yang sangat tampan dan baru pertama kali aku lihat selama aku menginjakkan kaki di tanah air.
Laki-laki tampan itu berjas hitam dan ingin menuju tiolet yang aku masuki tadi. Matanya menatap lekat kedalam bola mataku.
Ya ampun, saat itu hatiku berdetak dua kali lebih cepat dari yang biasanya. Apalagi saat tangannya mendekap erat tubuhku yang hampir saja jatuh kelantai jika tidak ia sambut.
"Maaf, maaf," ucapku grogi.
"Gak papa, lain kali jalan hati-hati," kata laki-laki itu dengan nada penuh wibawa.
"Em ... bisakah kamu melepaskan aku," ucapku dengan nada malu-malu.
"Oh, maaf-maaf. Silahkan," kata laki-laki itu sedikit merona.
"Terima kasih," kataku sambil menundukkan kepalaku.
Laki-laki itu berjalan meninggalkan aku.
Laki-laki yang sangat tampan dan juga penuh wibawa. Ia begitu membuat hatiku tergoda dan penasaran.
Aku melihat laki-laki itu sebelum ia masuk kedalam tiolet. Laki-laki itu berajaln membelakangi aku sambil mengacak-acak rambutnya.
Ntah kenapa, aku merasa kagum saat melihat apapun yang laki-laki itu lakukan.
Aku mengendap-endam saat sampai di kamar yang aku cari dengan sedikit usaha susah payah.
Tapi, belum juga aku bertemu dengan kak Ryan. Aku sudah mendengar suara mama menelfon seseorang.
"Cari Nino sampai ketemu, jangan sampai ia keluar dari rumah. Kalian akan terima akibatnya nanti, kalau sampai anakku tidak kalian temui," ucap mama dengan nada garang.
Aku tidak bisa lama-lama di rumah sakit ini. Karna mama akan tahu di mana aku nantinya. Walaupun aku dengan pakaian perempuanku, tapi mama pasti akan mengenali aku dengan sangat baik.
Sudah aku putuskan, aku akan meninggalkan rumah sakit ini, dan pulang kerumah dengan cepat.
Aku tidak boleh membuat masalah baru buat mama. Saat ini saja, mama sudah sangat sedih dengan kondisi kak Ryan yang terluka parah.
Maafkan aku kak Ryan, lain kali, aku akan balas kebaikan kakak padaku dan mama. Kakak harus sembuh dan baik-baik saja. Biar aku yang akan urus semuanya.
Aku berlari meninggalkan kamar kak Ryan. Aku sangat berharap, mama tidak akan tahu kalau aku memakai pakaian perempuan. Atau mama akan menambah hukumanku. Atau bahkan memberi hukuman yang berat padaku.
"Aduuuh."
Aku kembali menabrak seseorang, karna aku berlari sangat buru-buru. Dada bidang itu aku tabrak dengan sangat kerasnya.
Tapi ada yang aneh dengan aroma tubuh ini. Ini seperti aroma tubuh yang sama dengan laki-laki yang aku tabrak saat berada di rumah makan tadi.
Dengan cepat, ku angkat kepala untuk melihat wajah dari laki-laki yang aku tabrak ini.
"Apakah sudah menjadi hobi kamu untuk tidak melibat jalan?" kata laki-laki itu saat aku melihat mata indah miliknya.
"Kamu?" kataku kaget.
Ya ampun, apa salahku hari ini. Kenapa aku harus bertabrakan dengan orang yang sama untuk yang kedua kalinya.
"Ada apa dengan aku? Apakah wajahku terlalu tampan sampai kamu tidak bisa menyingkir dari pandangan mataku lagi," kata laki-laki itu padaku.
"Dasar manusia sok ganteng, aku tidak sengaja menabrak kamu. Lagian, siapa suruh kamu menghalangi jalanku."
"Hei, bicara yang sopan pada bos besar kami. Kamu yang menghalangi jalan bos kami," kata salah satu anak buah laki-laki itu.
"Bos kalian yang telah menghalangi jalan aku. Harusnya aku yang marah pada bos kalian, kenapa harus membuat aku tertabrak olehnya lagi," kataku marah-marah.
Aku melupakan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku tidak seharusnya berlama-lama di rumah sakit ini, jika mama tahu, tamatlah aku.
"Lagi?" kata anak buah itu.
"Aku, aku harus pergi sekarang. Minggir!"
"Kenapa aku yang harus minggir, kenapa bukan kamu?" kata laki-lai itu.
"Bos, biar kami yang mengurus wanita tidak tahu malu ini," kata anak buah yang lain.
"Diam! Jangan bergerak jika tidak atas seizin aku. Jangan sok tau kalian!" kata laki-laki itu membentak anaknya.
Seketika, anak buah laki-laki itu bungkam tanpa sedikit suara pun. Mereka semua tertunduk saat laki-laki bicara.
Aku bisa menyimpulkan, kalau laki-laki yang ada di hadapanku saat ini, bukan laki-laki biasa.
"Aku harus segera pergi, permisi," ucapku sambil menyingkir dari hadapan laki-laki itu.
Aku ingin segera meninggalkan laki-laki yang agak menakutkan ini. Aku tidak seharusnya berhadapan dengan laki-laki berbahaya seperti ini. Bisa-bisa, masalah yang aku miliki menjadi semakin rumit saja nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments