PENGANTIN DADAKAN
Gaun pengantin putih membalut tubuh ramping Anindya. Hiasan siger menempel diatas kepalanya. Wajahnya sedikit tegang tapi rona bahagia terpancar jelas di mukanya.
Hari ini adalah hari bahagianya. Impiannya untuk menikah di usia muda di kabulkan Tuhan. Kurang dari 23 tahun ia sudah di sunting orang.
Pacarnya Yudhistira yang sebentar lagi akan jadi suaminya adalah laki laki yang baik. Dia mengenal laki laki itu 2 tahun silam ketika dia masih kuliah. Yudistira adalah pria muda yang baru saja bekerja di sebuah perusahaan di Bandung.
"Mbak Anin cantik sekali. " Laras penata rias pengantin itu menatap lekat wajah Anindya yang tersipu malu.
" Ah,,, ini juga kan berkat tangan terampil teh Laras yang sudah menyulap mukaku jd cantik begini "Anindya berlenggok di depan kaca besar di hadapannya itu.
" Tapi beneran loh mbak,,,mbak Anin ini pengantin tercantik yang pernah saya rias selama ini. "puji Laras.
" Masa sih mbak? Mbak Laras nih terlalu memuji. " Anindya tersenyum ge er.
" Nin bagaimana, sudah ada kabar dari Yudis, sudah sampai di mana mereka? " Pak Haryadi ayahnya Anindya tiba tiba masuk ke ruang rias dengan tergopoh.
" Belum pak, sebentar Anin telepon dulu. "
Duh, kamu kemana sih mas,kok belum ada kabar padahal sebentar lagi akad nikah akan dimulai.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif
" Tidak aktif pak" Anindya mulai gusar
" Bapak kan sudah bilang kalau anak itu memang tidak berniat serius nikahin kamu, jangan jangan dia memang berniat tidak datang ke pesta pernikahan kalian? " Pak Haryadi mulai menampakkan wajah kesannya.
Anindya merasakan sedikit rasa kesal menyelinap di hatinya mendengar perkataan ayahnya itu. Dia tahu ayahnya memang kurang menyetujui dia menikah dengan Yudis. Alasannya sepele sih karena beda suku. Padahal zaman sekarang hal tersebut harusnya sudah tidak menjadi masalah lagi. Tapi ya begitulah prinsip orang tua kadang tidak lekang oleh zaman. Walaupun pada akhirnya beliau menyetujui pernikahan mereka tetap saja jika ada hal buruk sedikit saja di matanya itu akan terus diungkit sebagai bukti penguat atas ketidak setujuannya.
"Mungkin mereka masih di jalan Pak" Anindya berusaha bersikap tenang. Walaupun sebenarnya ada rasa was was dalam hatinya. Ia merasa ada sesuatu terjadi yang membuat hatinya tidak tenang.
"Baiklah, kasih tahu bapak kl sudah ada kabar. Ingat Anin pernikahan ini harus tetap terlaksana, jangan buat malu keluarga" Pak Haryadi kembali ke ruang resepsi yang memang cuma diadakan di halaman rumah saja.
Anindya mencoba menelepon Yudis kembali, tapi lagi lagi hanya suara operator yang terdengar.
Ada apa ini? Kenapa nggak bisa di hubungi sih?
"Sabar mbak, mas Yudis pasti datang" Laras memegang bahu Anindya mencoba meyakinkan Anindya yg sudah terlihat cemas.
"Baiklah aku akan mencoba meyakinkan diriku untuk menikahimu, secepatnya aku akan bawa orang tuaku menemui orang tuamu."Kata Yudis ketika itu.
Saat Anindya mencoba membicarakan tentang hubungan mereka selama ini. Anindya memang tidak mau Lama lama pacaran, bagi dia ketika sudah sama sama cocok dan mereka pun tidak bisa di pisahkan satu sama lain tunggu apa lagi? Bukan kah lebih baik segera di halalkan? Ada banyak rencana indah yg telah mereka susun, diantaranya bulan madu ke Bali, membeli sebuah rumah dan sederet rencana indah lainnya. Dan dia tidak percaya kalau tiba-tiba Yudis melakukan ini, sengaja tidak datang di pernikahan mereka.
Ya, Anindya tahu persis kalau beberapa hari menjelang pernikahan memang sempat ada konflik dan sempat terlontar dari mulut Yudistira tentang pembatalan pernikahan. Tapi masalah itu sudah selesai dan hubungan mereka sudah kembali baik kok.
Pikiran Anindya menjelajah ke beberapa waktu yang lalu. Mencari alasan misalnya benar kalau Yudis membatalkan secara sepihak pernikahan mereka. Tapi semua normal tidak ada gelagat menuju ke arah itu. Dan kemana sekarang Yudis?
Anindya menatap nanar kearah luar jendela. Tak sanggup membayangkan kalau ternyata Yudistira benar benar tidak datang. Apa yang harus dia lakukan. Seberapa malu keluarganya nanti. Tamu undangan sudah berdatangan, hidangan sudah tersedia. Tapi pengantin laki lakinya tidak ada.
Ya Tuhan ada apa ini. Kenapa perasaannya semakin tidak enak. Anindya duduk lemas di atas kursi. Dunianya seakan runtuh. Sesaat tadi ia merasakan kebahagiaan yang sangat dan sekarang berganti duka yang mendalam. Tuhan mempemainkan hatinya seperti sebuah rollcoaster.
"Anin bagaimana? Sudah ada kabarkah? Waktu akad tinggal 10 menit lagi, pak penghulu tidak bisa menunggu terlalu lama karena beliau sudah ada jadwal di tempat lain." Pak Haryadi kembali muncul. Wajahnya semakin terlihat tegang.
Anindya menggeleng putus asa, matanya sudah berkaca kaca. Bak langit mendung yang sudah siap menurunkan hujan begitulah keadaan wajah Anindya kala itu.
Pak Haryadi mencoba tenang dan berpikir kembali, walau tak di pungkiri raut wajahnya menyimpan ketegangan luar biasa.
"Anin, Bapak harap kamu terima dengan keputusan bapak kali ini. Demi nama baik keluarga kita." tegas Pak Haryadi dan dia pun berlalu pergi. Meninggalkan Anindya yang terduduk lemas di atas sofa. Entah apa yang akan di lakukan ayahnya itu. Yang jelas Anindya sudah pasrah, apapun keputusan ayahnya akan ia turuti.
Ia merasa bersalah pada keluarga ini, bagaimanapun ia tidak ingin keluarganya menanggung malu gara gara dia.
Mbak Laras memberikan selembar tisu kearahnya. Disekanya pelan air mata yg mulai deras membasahi pipinya. Tiba tiba Bu Maryati ibunya Anindya masuk dan memeluk anak gadisnya sambil menangis membuat air mata Anindya semakin membuncah. Tentu saja mbak Laras panik takut make up pengantinnya luntur terkena air mata.
"Kenapa ini bisa terjadi nak,,,, maaf ibu baru dengar dari bapak mu, yang sabar ya nak" bagaimana pun seorang ibu akan selalu berusaha menenangkan hati disaat anaknya sedang gusar.
Anindya tidak sanggup lagi berkata apa apa dia hanya bisa menangis sedih di pelukan ibunya.
Pak Haryadi memasuki ruangan. Dan duduk di hadapan anak dan istrinya. Pria setengah baya itu menarik nafas berat.
"Anin maafkan kalau keputusan bapak ini nantinya akan menyusahkan mu. Tapi bapak rasa ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan muka keluarga kita, masuklah..." Pak Haryadi memanggil seseorang.
Seorang pria muda memasuki ruangan itu. Anindya melirik ke arah pemuda itu. Dan laki laki itu sudah tidak asing lagi di mata Anindya. Rio? Kenapa sahabatnya itu yang masuk? Ada rencana apakah ayahnya dengan Rio?
BERSAMBUNG...
Hai readers ini adalah karya pertama author. Mohon dukungannya ya. Untuk like,komen dan votenya selalu author tunggu. Saran dan kritik yang membangun juga Author harapkan dari kalian semua😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sakura Chan
Assalamualaikum wr wb
izin pm thor, mampir yuk ke ceritaku judul nya
Aku Tetap Cinta
2022-10-07
0
Idha Jebeng
Bagus kok
2021-07-29
0
nobita
mampir thor
2021-04-09
0