Duk...!
"Maaf. "
Anindya yang berjalan tertunduk menabrak tubuh seseorang di depannya. Kertas fotokopian berhamburan dari pangkuannya.
Ah, sial!
Anindya berusaha merapikan kertas kertas itu. Laki laki yang barusan ia tabrak ikut membantunya.
" Terima kasih " Anindya menerima tumpukan kertas yang disodorkan pria itu.
" Kamu anak baru ya? "
" I...iyaaa..." Anindya menatap laki-laki di hadapannya. Tampak gagah dengan balutan baju casual. Siapa dia? Tidak mungkin karyawan perusahaan ini bekerja dengan baju senyantai ini.
"Anindya " Pria itu mengeja nama yang tertulis di nametag yang terpasang di dada kiri gadis itu.
Anindya mengangguk. Siapa Pria ini? Klien perusahaan ini kah? Nasib anak baru tidak tahu banyak tentang orang orang yang ada di perusahaan.
" Aku Vino, cuma berkunjung ke sini. " Jelasnya.
" Oh,,, iya. " Anindya membalas uluran tangan laki laki bernama Vino itu. Vino menatap wajah Anindya tak berkedip dan menjabat tangan Anindya cukup lama,sampai sampai Anindya merasa risih sendiri.
" Maaf Pak saya harus segera pergi. " Anindya berusaha melepaskan tangannya. Vino seperti tersadar dengan kelakuannya sendiri. Buru buru ia melepaskan tangan gadis itu.
Anindya pergi dengan tergesa menuju ruang kerjanya. Siapa laki laki itu. Kenapa juga dia harus beramah tamah dengan pengunjung. Huuuuhhh...
Gila, ada juga cewek cakep kerja disini. Vino membatin. Dia tersenyum melanjutkan langkahnya menuju lift Direksi.
" Dis, pengunjung yang bernama Vino itu dari perusahaan mana sih? " tanya Anindya setelah kembali ke ruangannya.
" Vino? "
" heem"
"Aku baru denger deh. "
" Masa sih? "
" Tapi nggak tau juga deng. " Gendis mengangkat kedua bahunya.
Anindya tertegun. Ah bodo amat ngapain juga dia pikirin. Anindya kembali menatap layar komputernya, jemarinya mulai menari lincah diatas keyboard.
Ting!
Aku tidak bisa makan siang, kamu cari temen aja ya, jangan sampai telat makan.
Pesan dari Rio. Huh dia menyuruh orang lain jangan telat makan tapi dianya sendiri malah tidak makan siang. Anindya kesal.
Kenapa?
Ting!
Aku ada meeting dengan Direktur.
Oohh, Anindya baru mengerti. Ya sudah lah kalau begitu.
"Dis kita makan siang bareng yaaa. "
" Tumben, memang mas Rio nggak makan siang bareng kamu? " tanya Gendis heran, dia tahu kalau tiap hari Rio selalu menemani Anindya istirahat siang.
" Dia ada meeting. "
" Oohh ayo, kebetulan aku juga makan siang sendiri. " Gendis tersenyum, dalam hatinya bersyukur karena ada kesempatan untuk bertanya lebih jauh tentang Rio.
***
Istirahat siang.
" Kita makan di mana nih? " tanya Gendis bersiap menstarter vario merahnya.
" Terserah kamu aja deh aku nggak ada ide " jawab Anindya pasrah.
" Oke deh,, ayo naik. "
Anindya menaiki jok di belakang Gendis. Hebat juga gadis ini pulang pergi kerja naik motor sendirian, padahal jarak dari rumahnya ke kantor lumayan jauh. Dia yang naik mobil aja lumayan pegel, apalagi Gendis.
Gendis berhenti di sebuah restoran padang yang lumayan besar. Terlihat bersih dan mewah.
" kita makan disini aja ya,,," Gendis memasuki restoran.
Anindya mengangguk. Rio sudah pernah mrngajaknya makan disini dan menurutnya masakan padang disini paling enak diantara masakan padang yang pernah dia coba.
Mereka memilih bangku di pojokan biar bisa santai dan tidak terganggu oleh pengunjung yang berlalu lalang.
" Mas Rio suka cerita tentang aku nggak? " tanya Gendis di tengah makannya.
Anindya terdiam. Rio tidak pernah ngomong apa apa tentang Gendis.
" Memang kalian sudah sejauh mana sih? " Anindya penasaran.
" Kamu kepo." Gendis nyengir.
" Isshh " Anindya mencibir.
" Dia bilang kamu cantik. " lanjutnya.
" Aaahh benarkah? " Gendis tampak sumringah. Gadis itu senang sekali mendengar pujian dari Rio.
" Lebay banget sih." Anindya terkekeh.
"Biarin. " Gendis cuek. Keakraban kedua gadis itu semakin terjalin erat. Gendis gadis yang baik dan tidak banyak tingkah. Anindya suka dengan kepribadiannya itu.
Selesai makan mereka kembali ke kantor. Udara Bekasi memang panas. Matahari disini seperti bersinar lebih garang di banding kota lain. Baru berdiri di luar sebentar kulit terasa perih akibat terkena sinar matahari.
" Yaahhh bocor. " Gendis melihat ban motor depannya gembes.
" kok bisa tadi nggak kenapa kenapa. " Anindya heran.
" Kayaknya tadi ngegiles paku deh. " Gendis kebingungan.
" Terus gimana dong. " Anindya ikut bingung.
" kita cari tambal ban deket sini dulu ya. "
Gendis mendorong sepeda motornya menyusuri jalanan untuk mencari tempat tambal ban. Ditengah terik matahari seperti ini baru berjalan berapa meter saja sudah sangat melelahkan.
" tin tin tin tin...! "
Sebuah klakson mobil mengejutkan langkah mereka.
Seorang laki laki turun dari dalam mobil alphard hitam. Ah, dia laki laki yang Anindya tabrak tadi pagi.
" Vino" desisnya.
"Motornya kenapa? " tanya Vino.
" Bocor Pak. " jawab Anindya.
Vino kembali ke mobilnya, berbicara sebentar dengan supir mobil itu. Sopir itu turun dan menghampiri mereka.
" Biar Pak Slamet yang cari tambal ban, kalian saya antar balik ke kantor. " Vino menawarkan bantuan.
" Tapi pak... " Anindya ragu.
" Saya bukan orang jahat, tenang aja... " Vino mengerti kekhawatiran dua gadis di depannya.
" Saya hanya kasihan melihat cewek berjalan di tengah hari bolong gini, sambil dorong motor pula,nanti perawatan kalian sia sia, kan sayang. " Vino tersenyum berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang diantara mereka.
Anindya menatap Gendis meminta pendapat. Gendis mengangguk tanda setuju.
" Baiklah Pak,,, terimakasih sebelumnya. " Anindya dan Gendis mengikuti Vino menuju mobil. Sementara Pak Slamet mengambil alih motor Gendis untuk di bawa ke tambal ban.
" Sudah berapa lama kerja di perusahaan ini? " tanya Vino.
Anindya yang duduk di samping Vino sedikit terkejut karena dia masih canggung duduk semobil dengan pria yang baru ia kenal.
" Belum ada sebulan Pak, baru 3 mingguan. " jawab Anindya.
" Oohh pantes, saya baru lihat. "
" Memangnya Bapak sering datang ke perusahaan ya? " Anindya penasaran.
" Nggak juga sih, hanya sesekali. "
" Jangan panggil Bapak dong, telinga saya geli dengernya. " Vino tertawa.
" Hehehe apa tidak apa apa panggil nama, nanti malah tidak sopan. " Anindya ragu.
" Saya orang luar, lagi pula ini di luar perusahaan. " Vino bersikeras.
" Oke Pak,,, eeh Mas Vino. " Anindya tersenyum.
Vino terkesiap melihat senyum manis Anindya.
Gila, manis banget. Ternyata ada makhluk semanis ini di kantor. Bisa sering sering nih datang ke kantor. Vino tersenyum.
Tak berapa lama mereka sampai ke kantor. Anindya mengucapkan banyak terima kasih kepada Vino begitu pun Gendis walaupun masih kuatir karena motornya belum kembali.
"Jangan kuatir nanti motornya kalau sudah selesai supir saya antar kesini, nanti kuncinya saya suruh titip ke security. " Vino menangkap kekhawatiran di wajah Gendis.
" Oh iya Pak terima kasih banyak. " Gendis sedikit membungkukukan badannya.
Vino tersenyum lalu pamit untuk pulang.
Anindya, nama yang cantik secantik orangnya. Vino tersenyum di balik kemudinya.
BERSAMBUNG ***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Daylily
hhmm.. saingan Rio nih
2021-07-11
1
Farida Roustiany
lanjut
2020-07-05
1
Zaki
semangat thour biar up lebih bnyk lagi
2020-04-22
2