Hari ini setelah 3 hari cuti Rio kembali bekerja. Rutunitasnya kembali seperti semula. Pagi pagi jam 7 dia berangkat kerja dan pulang jam 5 sore. Untungnya pekerjaannya sebagai manajer di sebuah pabrik automotif tidak begitu menguras tenaganya. Hanya saja otaknya yang harus bekerja keras.
"Aku berangkat dulu. Kamu hati hati di rumah. " Rio pamit, di sambut uluran tangan Anindya yang meraih tangannya dan mencium punggung tangannya.
Nyessss,,,,ada perasaan berdesir dalam hatinya. Begini rasanya punya istri? Walaupun belum sepenuhnya tapi perlakuan Anindya terhadap dirinya sungguh suatu pengalaman yang sangat berkesan membuat dia merasakan pendar pendar cinta dan kebahagiaan yang bercampur menjadi satu.
" Kamu juga hati hati di jalan jangan ngebut bawa mobilnya. " pesan Anindya selepas melepaskan tangan Rio dari bibirnya. Anindya tersenyum manis saat melihat Rio yang tercenung sesaat.
Rio tersadar dari pikirannya yang tengah diliputi rasa yang tak karuan itu. Rio mengangguk. Segera dia memasuki mobilnya karena waktu sudah semakin siang. Walaupun dia seorang manajer tapi soal disiplin bagi dia nomor satu.
Tak pernah datang telat atau bolos kerja tanpa alasan yang jelas apalagi karena malas. Makanya di tempat dia bekerja semua teman dan atasannya sangat menyukai loyalitas kerjanya.
Tinggal lah sekarang Anindya sendirian di rumah. Tak tahu lagi harus ngapain. Nonton tv pun bosan, tiduran apalagi. Dia memutuskan untuk berjalan jalan mengelilingi komplek rumahnya. Diambil nya helm dan motor matic yang memang sengaja Rio beli untuk dia,,, masih baru plat nomor juga belum turun.
Aah Rio kenapa kamu manjakan aku seperti ini? Aku semakin merasa bersalah sama kamu,pikirnya sembari menyalakan mesin motornya.
Sepanjang perjalanan Anindya tak henti henti mengedarkan pandangannya menelusuri jalan utama. Komplek perumahan ini lumayan luas dan ramai. Fasilitas lengkap. Klinik klinik bertebaran, sekolah juga lengkap dari mulai Tk, SD, SLTP dan SLTA jg ada. Apalagi toko dan tukang dagang bertebaran sepanjang jalan. Mini market berjamur sepertinya setiap blok terdapat satu bahkan dua mini market. Biasa mini market adik beradik itu tuh.
Bosan jalan jalan dan setelah membeli beberapa barang yang ia perlukan Anindya pun kembali ke rumah. Ia merebahkan tubuhnya di kasur yang baru saja mereka beli kemarin. Rasanya masih tidak percaya dengan semua kejadian yang sudah dia alami.
Teringat kembali pada yudistira, diraihnya handphone dan memencet tombol dial pada nomor yang tertera nama yudistira. Masih suara mesin yang menjawab.
Anindya mendengus kesal. Dia memejamkan matanya mencoba menghapus semua kenangannya dengan yudistira. Walaupun hal itu terasa sia sia karena hatinya tetap terasa sakit dan bayangan Yudistira pun tetap tak mau beranjak dari pikirannya. Kenangan yang sudah terlanjur menancap diingatannya tidak bisa begitu saja hilang.
Di tambah rasa sakit hatinya membuat gadis itu kembali terisak. Rasanya berat menjalani hidupnya sekarang. Pernikahan yang terpaksa dilakukan ini tanpa cinta sama sekali. Entahlah ia harus bagaimana ke depannya. Mengintip itu semua membuat rasanya sesak. Otaknya pun semakin ruwet. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya berusaha untuk tidak menyakiti Rio sebagai balas budi atas jasanya menyelamatkan keluarganya dari rasa malu.
Anindya ketiduran sampai dia terbangun dari tidurnya menjelang dzuhur. Dengan mata yang masih kiyip dia melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menjalankan shalat dzuhur.
Selesai shalat dia pergi ke dapur menyiapkan bahan makanan yang akan dia masak nanti. Berusaha sebelum Rio sampai rumah makanan sudah harus tersedia di Meja makan.
Tengah asik memotong sayuran tiba tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar. Anindya bergegas menuju pintu depan. Terlihat dua orang wanita sedang berdiri di balik pintu. Anindya membuka pintu dan menyapa tamunya.
" Hai mbak,,, kami tetangga sebelah rumah mas Rio, Saya ibu Riyanti dan ini anak gadis saya Hani. " wanita itu memperkenalkan dirinya.
Anindya menyambutnya dengan senyuman dan memprsilakan tamunya masuk. Bersyukur ada tetangga yang sepertinya baik.
Anindya tidak memberi tamunya jamuan karena baru saja ia hendak pergi ke dapur untuk menyiapkan minum Bu Riyanti langsung mencegahnya.
" Tidak perlu repot-repot nak Anin, kami tidak akan lama kok."
" Mas Rio sudah masuk kerja lagi ya mbak? " tanya Hani yang nampak antusias sekali.
Umur gadis itu kira kira 20 tahunan beda 3 tahun sama Anindya. Lumayan cantik dengan tubuh yang lebih berisi dari dia. Tapi sikapnya yang sedikit lenjeh membuat Anindya merasa kurang menyukainya.
" lya sudah, hari ini dia mulai bekerja. "jawab Anindya.
" Pantesan aku chat dia nggak di balas. " Hani memonyongkan bibirnya.
Ibu Riyanti menyikut lengan anaknya, sepertinya dia mencoba mengingat kan anaknya itu untuk menjaga sikap.
Anindya mengkerutkan dahinya. Mencoba menduga duga hubungan yang terjalin antara Hani dan Rio. Seberapa intens kah komunikasi diantara mereka. Sampai Hani punya kontak suaminya itu.
" Maaf ya nak Anin Hani cuma iseng suka menanyakan lowongan di tempat kerja mas Rio, dia kan belum dapat pekerjaan setelah lulus sekolah kemarin. " jelas bu Riyanti terlihat gugup dan takut terjadi salah paham antara Anindya dan Hani anaknya.
" Oohh" Anindya menggangguk. Hatinya sedikit lega mendengar penjelasan bu Riyanti.
Eeehh tapi apa hubungannya dengan dia toh Rio punya hak untuk dekat dengan siapa saja. Pernikahan mereka kan cuma pura-pura.
Anindya menata hatinya kembali. Mencoba mengingatkan dirinya tujuan dari pernikahan tanpa cinta ini. Dia menarik nafas dan menghembuskannya pelan pelan.
Bu Riyanti terlihat kikuk akibat ulah anaknya. Sementara Hani sendiri terlihat cuek. Dia tak peduli dengan ibunya yang sudah memelototinya berkali-kali untuk menjaga sikap.
Merasa canggung akhirnya mereka pun pamit pulang setelah memberikan sekotak kue yang mereka bilang bikinan sendiri itu sebagai buah tangan.
Anindya sendiri masih bertanya tanya tentang hubungan Rio dengan Hani. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin mencampuri urusan mereka tapi tetap Saja rasa penasaran itu ada. Membuatnya ingin segera menanyakan langsung pada Rio saat dia pulang nanti.
Aaahh kenapa dia jadi seperti ini. Rasanya ada yang mengganjal dalam hati. Hissss Anindya mencoba menepis semua perasaan ini.
Hubungan apapun antara Hani dan Rio bukan urusan dia. Yang penting sekarang dia harus mulai cari informasi tentang kerja, dia harus segera bekerja dan punya kegiatan agar pikirannya tidak fokus ke pernikahan sandiwara ini. Semangat Anindya. Di kepalkan tangan kanannya,dan menyemangati diri sendiri.
Anindya kembali ke dapur dan melanjutkan aktifitas memasaknya kembali.
☀️☀️☀️☀️☀️
BERSAMBUNG...
Terima kasih sudah membaca,,,, nanti kan episode selanjutnya ya,,,, Jangan lupa like,komen dan votenya ya readers😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
nobita
like utkmu thor
2021-04-09
0