Bu Hera tidak mau berlama lama tinggal di rumah anaknya. Sore itu sepulang Rio dari tempat kerjanya wanita setengah baya itu langsung pulang ke Bandung.
" Ibu kenapa harus cepet cepet sih pulangnya. "Anindya menggandeng tangan mertuanya menuju pintu keluar.
" Ibu nggak betah disini, gerah... " Bu Hera terkekeh.
" Kan ada kipas bu, ada AC juga. " Rio sedikit kecewa.
" Kipasan terus perut ibu yo kembung lek..." logat Jawa Bu Hera masih begitu kental walaupun sudah lama ia tinggal di Bandung. Bahkan Rio sendiri lahir di Bandung.
"Ya sudah Rio anter saja ibu sampai Bandung ya. " Rio khawatir membiarkan ibunya pulang sendirian sedang hari sudah mulai gelap.
" Iya biar mas Rio antar ya Bu. " Anindya menimpali dia juga merasa khawatir.
" Tidak usah ibu berani sendiri, lagian kamu kan harus kerja besok. " Bu Hera menolak.
" Rio bisa cuti bu tenang saja. "
" Tidak usah Nak biar ibu pulang sendiri saja. " Bu Hera keukeuh dengan pendiriannya.
" Ya sudah kalau ibu tetap memaksa. " Rio menyerah
" Biar Rio anter sampai terminal. " lanjutnya lagi.
" Aku ikut. " Anindya mengacungkan tangannya.
***
" Nin, tidur bareng lagi ya. " bujuk Rio selesai mengantar ibunya ke terminal.
" Nggak ah takut. " Anindya nyengir.
" memangnya aku suka makan orang. " Rio sewot.
" Lebih dari itu. "
" liih apa maksudnya? "
" Kamu lebih menakutkan dari macan. " ledek Anindya.
" Mana ada macan seganteng aku? " jawab Rio pede.
" liiihh narsis banget kamu. " Anindya gemas.
Kamu macan terganteng di dunia. Anindya tersenyum sendiri.
\=\=\=
" Pak Rio tunggu "
Terlihat Rina berlari kecil menyusul langkah Rio yang tengah berjalan di tangga menuju lantai 2.
" Hmmm makan siang bareng lagi mau nggak Pak? " Gadis itu tampak agresif mendekat Rio. Usahanya sangat intens. Begitu ada kesempatan untuk ngobrol Rina langsung merapat.
" Kita lihat nanti ya Rin aku nggak bisa janji. "
" Oke. " Rina sedikit kecewa. Mendekati Rio seperti memanjat dinding yang tinggi. Susah bikin capek.
Rio melewati ruangan Anindya. Sedang apa gadis itu sekarang. Yang pasti sedang sibuk dengan laporannya. Apalagi sebentar lagi gajian karyawan produksi. Pasti staf keuangan lagi sibuk sibuknya.
Penasaran Rio masuk ke dalam. Menejer mah bebas mau ngapain juga he... Terlihat Anindya sedang sibuk mengetik di atas keyboard komputernya. Sepertinya dia sedang fokus sampai tak sadar Rio hadir di ruangan itu.
Hmmm siapa gadis di samping meja Anindya. Cantik. Rio menatap Gendis tak berkedip.
" Eehhemm. "
" Sepertinya Pak Rio lebih sering berkunjung kesini sekarang. " Pak lmam mengagetkan Rio.
" Wajar dong Menejer mengontrol anak buahnya. " Rio membela diri.
" Tapi kan Bapak Menejer produksi. " Pak Imam menggoda.
" Hmmm memang nggak boleh ya Menejer produksi berkunjung ke bagian keuangan?" Rio tetap mencari alasan.
" Saya rasa ada yang bapak perhatikan disini. " tebak Pak Imam. Dia melirik Gendis yang tengah tersipu malu karena sadar kalau tadi Rio sempat memperhatikannya dengan seksama.
" Hahaha... Pak lmam tahu saja. " Rio tertawa merasa dia ketahuan. Dia kesini kan karena kangen sama Anindya.
" Tahulah Pak saya kan juga pernah muda. " Pak lmam terkekeh.
" Doain ya Pak biar saya berhasil. " Rio tersenyum.
" Pasti Pak semangat! " Pak lmam mengepalkan tinjunya ke atas. Dan Rio tertawa melihatnya.
Anindya menggeleng gelengkan kepala melihat kelakuan dua orang laki laki itu. Duuuhh ini lagi Rio, apa tidak takut penyamaran mereka terbongkar kalau kaya gini. Anindya gemes sendiri.
Sementara Gendis merasa gugup. Mungkinkah gadis beruntung yang sedang diincar Rio itu dirinya? Terlihat sekali lagi Rio melirik ke arahnya. Hati Gendis makin kebat kebit di buatnya. Siapa lagi gadis di ruangan itu selain dia dan Anindya, yang lainnya sudah ibu ibu semua. Anindya adalah sepupu Rio jadi nggak mungkin Rio mendekati sepupunya sendiri. Jadi pilihan satu satunya adalah dia.Gendis mencoba menganalisis sendiri.
Rio kembali ke ruangannya setelah puas melihat wajah Anindya. Tak ada bosannya ia melihat wajah istrinya yang cantik itu. Meskipun beberapa kali gadis itu melotot je arahnya Rio tidak peduli.
" ehem... " Gendis mendehem.
Anindya menoleh ke arahnya. Gendis menarik kursi mendekati Anindya.
" Nin aku minta no hp Pak Rio boleh? " bisiknya.
Anindya mengkerutkan alisnya. Punya nyali juga nih anak, pikirnya.
" Boleh, tapi buat apa? " Anindya pura-pura tidak mengerti.
" hmmm adaaa deehhh..." Gendis tersipu.
Anindya mengirim kontak Rio ke hp Gendis. Gadis itu terlihat sangat senang. Dia tersenyum sendiri melihat foto Rio yang terpampang di foto profil whatsapnya. Ada binar cinta di mata gadis itu dan Anindya menyadarinya.
Mudah mudahan Rio tidak terpikat dengan kecantikan Gendis.
Tiba tiba terselip sebuah kekhawatiran di dirinya. Ah, menyesal dia memberi Gendis no hp Rio.
Kamu ngasih tau no hp ku ke temen disamping kamu yaaa?
Sebuah pesan whatsap masuk. Dari Rio. Ya ampun gerak cepat juga tuh anak, Anindya melirik Gendis yang tengah memainkan hp nya sembari tersenyum.
Namanya Gendis bukan? Cantik yaaa...
Deg! Hati Anindya terasa panas. Rio menyukai Gendis. Jadi maksud dia ada yang dia incar di ruangan ini bukan dia tapi Gendis? Ya ampun ternyata selama ini dia salah paham mengartikan semua sikap Rio terhadap dirinya.
Anindya terkejut dan bersandar di kursinya. Mencoba mengendalikan perasaan sesak yang tiba tiba hadir begitu saja. Dia kembali melirik Gendis yang masih asik dengan handphonenya.
Di ruangan lain.
Ini awal rencana aku Anindya. Kamu tunggu kejutan dari ku. Salah siapa kamu lambat sekali bergerak.
Rio tersenyum penuh arti....
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Daylily
Thor, kalau gak salah ingat baru kali ini, saya menemukan penulis yg gaya bahasanya ringan, tidak belibet, tidak terlalu memakai banyak majas tapi tetap bikin yg baca baper.. tulisannya juga rapi. gak berantakan..
well done,thor 👏
2021-07-11
0
Azizah azhra
bc novel ini bera usia 20an😍
2021-04-10
0
Muzdalifah Eva
ketawa tawa sendiri saya bacanya😆😆😆
2020-07-05
1