" Besok malam aku ada undangan pesta." ucap Rio sambil menyantap makan malam yang tadi di masak Anindya.
" Dimana? "
" Rumah Pak Baskoro "
" Siapa? "
Rio tidak heran kalau Anindya tidak tahu siapa Pak Baskoro. Karena ia baru saja sebulan bekerja di perusahaan.
" Direktur utama kita yang kemarin di gantikan sama anaknya itu. " terang Rio.
" Oohh. " Anindya manggut manggut.
" Pesta apa sih, nikahan anaknya? "
" Bukan, semacam syukuran mungkin karena anaknya akhirnya mau menggantikan beliau. "
" Memangnya tadinya nggak mau? " tanya Anindya.
" Kabarnya dia menolak karena masih ingin bebas, sementara Pak Baskoro sudah ingin beristirahat dari hiruk pikuk dunia bisnis. " jelas Rio.
Heran dengan pemikiran para orang kaya, sudah di sediakan fasilitas lengkap, perusahaan besar dan sukses tapi malah menolak, belum tahu saja mereka rasanya bertahan untuk hidup dan berjuang dari nol untuk menggapai semua mimpi. Anindya merutuk.
" Kamu temenin aku ya... " Rio memohon dengan tatapan matanya.
Anindya merasa kikuk di tatap seperti itu.
" Aku malu,,, aku nggak terbiasa berada di lingkungan orang orang kaya seperti itu. " Anindya merasa tidak percaya diri.
" Memangnya aku orang kaya?" Rio terkekeh.
" Tapi setidaknya banyak temen kamu yang menejer yang juga hadir di situ, sementara aku??? " Anindya memberi alasan.
" Terus kamu tega ngebiarin aku sendirian di pesta itu? " Rio merajuk.
" Semua datang dengan pasangan loh." lanjutnya lagi.
Anindya lupa kalau Rio adalah menejer paling muda diantara yang lain. Semuanya sudah berkeluarga, jadi sudah pasti datang ke pesta dengan istrinya masing masing.
" Baiklah kalau begitu,tapi nanti antar aku beli baju baru ya,,, aku tidak punya baju yang cocok untuk datang ke pesta. "
" lya nanti aku belikan, makasih ya Nin. " Rio memegang tangan Anindya. Dia senang akhirnya gadis itu mau menemaninya.
Selesai makan Rio mengajak Anindya ke sebuah butik, menyuruh Anindya memilih gaun untuk di pakainya besok malam. Tapi pilihan Anindya baru jatuh di butik ke lima yang mereka kunjungi. Untung Rio dengan sabar menemani Anindya memilih baju. Meskipun ia agak sedikit letih. Wanita kalau belanja bikin cape. Pikirnya.
*****
Malam minggu.
Tok tok!
"Ayo Nin sudah siap belum? " Rio berdiri di depan kamar Anindya yang masih tertutup rapat.
" Sebentar "
Ceklek...!
Anindya keluar dengan memakai gaun malam berwarna merah. Lekukan tubuhnya yang ramping terlihat jelas karena gaun itu cukup ketat menempel di tubuhnya. Rambutnya yang lurus di sanggul kebelakang dan menyisakan sedikit anak rambutnya menghias wajahnya yang tirus. Hidung mancung, bulu mata yang lentik dan bibir yang tipis menambah keindahan rupa Anindya. Rio menelan ludahnya. Laki laki mana yang tidak kepincut melihat kecantikan paripurna Anindya.
" Ayo berangkat. " Anindya membuyarkan lamunan Rio.
" A..... ayo... " Rio yang masih terkesima
menggandeng tangan Anindya menuju mobil.
Anindya memandang rumah mewah di depannya. Rumah megah 3 lantai dengan bangunan gaya modern. Beberapa mobil sudah terparkir di pekarangan rumah yang luas itu.
Nyali Anindya sudah terasa menciut dari tadi, tapi Rio berusaha menenangkannya.
"Tenang saja, kita hanya perlu ngobrol ngobrol sebentar, ngasih selamat pada tuan rumah, makan makan habis itu pulang,udah itu saja, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan. " jelas Rio menenangkan sedikit hati Anindya.
" Hai Pak Rio. " seorang Laki laki kira kira berumur 45 tahun menyambut kedatangan mereka.
" Waaahhh Pak Tedi sudah duluan aja nih. " mereka berjabat tangan lalu berpelukan, sementara seorang ibu muda yang cantik menyapa Anindya ramah, dia istri Pak Tedi,seorang menejer juga di perusahaan ini.
" Apa kabar Jeng? " perempuan cantik itu memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan Anindya. Anindya yang tidak biasa seperti itu merasa dirinya mendadak jadi ibu ibu sosialita. Beberapa pasangan suami istri pun sudah hadir disitu. Semakin lama semakin banyak pasangan yang hadir, hingga ruangan yang begitu besar pun hampir penuh dengan tamu yang datang.
" Selamat malam semua! " sebuah suara menggema membuat semua perhatian tamu yang hadir terfokus. Seorang lelaki setengah baya dengan perawakan yang masih terlihat tegap berdiri di depan tamu undangan.
" Terima kasih atas kedatangannya malam ini...."
" Siapa? tanya Anindya berbisik di telinga Rio.
" Itu Pak Baskoro. " jelas Rio juga sambil berbisik.
" Mulai saat ini saya serahkan segala hal yang menyangkut perusahaan kepada putra tunggal saya Vino Adijaya Baskoro. " sontak semua orang yang hadir disitu menyambut riuh dengan tepuk tangan.
Seorang lelaki yang dari tadi tertunduk maju berjajar di sebelah Pak Baskoro. Laki laki dengan setelan jas abu abu muda itu terlihat tampan dengan postur tegap dan tinggi. Anindya yang melihatnya terkesiap. Sosok itu sudah ia kenal sebelumnya. Ya... Vino yang kemarin mengirimnya seikat bunga mawar.
Semua tamu undangan satu persatu memberi selamat kepada tuan rumah. Begitupun Rio dan Anindya.
" Rio aku malu. " Anindya tampak meragu. Dia Malu dengan Vino yang awalnya dia kira hanya tamu biasa di perusahaan tempatnya bekerja.
" Kamu wanita tercantik di pesta, ngapain malu?" Rio meyakinkan Anindya.
Dengan berjalan perlahan mereka menghampiri Pak Baskoro dan keluarga.
" Pak Rio, menejer paling muda dan hebat. " Pak Baskoro menyambut hangat jabat tangan Rio.
" Bapak terlalu memuji. " Rio tersenyum.
" Kamu bisa andalkan Rio loh Vino, dia ini salah satu orang kepercayaan Papa. " Pak Baskoro tak henti memuji Rio di depan anaknya.
" Kamu sudah punya istri? " Pak Baskoro terkejut ketika melihat Anindya menjadi pendamping Rio malam ini.
" Anindya? " Vino terkejut setelah melihat jelas wajah Anindya di hadapannya.
" Hei kalian sudah saling kenal? " Pak Baskoro menatap anaknya heran.
" lya,,, kami sudah mengenal satu sama lain. Benar kan Anindya?" tanya Vino dengan tersenyum.
" Oohh,,, i... iya Pak. " jawab Anindya tergagap. Dia merasa tak karuan.Terkejut, malu, dan takut bercampur jadi satu.
" Oh ternyata kalian sudah saling kenal. " Rio melihat Anindya tak percaya. Anindya tersenyum kaku.
" Ini istri kamu Rio? " tanya Pak Baskoro lagi.
" hmmm... "
" Saya sepupunya Rio Pak... " Anindya mendahului Rio menjawab.
" Oohh begitu. " Pak Baskoro tersenyum.
" Nin boleh bicara sebentar? " tanya Vino dengan tatapan penuh harap.
Anindya sedikit ragu, sekilas ia menatap Rio yang masih membeku.
" Bo... Boleh. " Anindya tersenyum.
Vino langsung menarik pelan tangan Anindya untuk diajak mengikutinya ke luar ruangan, di taman belakang.
Sementara Rio menatap kepergian mereka dengan hati yang tak menentu. Kenapa Anindya tidak bilang kalau ia kenal Vino sebelumnya. Dan sebagai sesama lelaki, Rio tahu dari caranya menatap Anindya, Vino terlihat menyukai gadis itu.
Ada rasa gusar menyelinap di hatinya. Mungkinkah kali ini ia akan kehilangan Anindya kembali?
BERSAMBUNG ...
Hai Readers,,,, terimakasih masih nunggu up dari Author. Like dan komen masih Author tunggu ya biar Author semangat buat up episode selanjutnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Fitri Martasari
llanjut
2021-02-16
0
Putri Mayangsari
kereeennnn ceritanya Thor, sukaaa
2020-07-04
2
Afan Al-bantani
semangat,,bagus isi novelnya
2020-04-26
0