" Dia cantik ya,,, masih muda dan sepertinya sangat menyukaimu" goda Anindya malam itu ketika mereka tengah bersantai menonton televisi.
" Hahaha... kamu cemburu yaaa" ledek Rio, senyum merekah di bibirnya, dia menjawil dagu Anindya dan menyikut lengan gadis itu.
"Idiiiihh ngapain aku cemburu? " Anindya memonyongkan bibirnya.
Rasanya ada yang aneh dalam hatinya seiring ucapan yang keluar dari bibirnya itu. Apa benar dia cemburu? Ah dia kan cuma ingin menggoda Rio saja tidak lebih. Tidak ada kata cemburu.
" Kalau benar dia suka sama aku gimana? "selidik Rio.
" Ya sudah sana kejar, tapi jangan dulu nikah ya tunggu sampai sandiwara kita selesai. " jawab Anindya santai.
Rio sedikit kecewa dengan jawaban Anindya. Dia kira tadi Anindya benar benar cemburu ketika bertanya soal siapa Hani. Tapi ternyata Anindya malah cuek.
Hmmm... Susah juga ternyata mendapatkan cinta Anindya. Dari dulu dia belum pernah berhasil.
Hani gadis belia tetangga sebelah rumah Rio yang memang menyimpan perasaan terhadap nya. Cantik dan sintal serta ceria. Tapi cukup berani untuk menyatakan perasaannya duluan kepada Rio.
Tentu saja Rio abaikan karena bagi dia Hani hanyalah gadis kecil yang lebih cocok sebagai adiknya. Tapi rupanya Hani tetap bersikukuh mengejar Rio tanpa mengenal lelah dan putus asa dia terus berusaha mendekati Rio baik itu lewat chatting ataupun lewat perantara ibunya. Seperti tadi siang. Ada saja alasan Hani untuk datang ke rumah Rio.
"Ri, cariin aku kerjaan dong. " pinta Anindya.
" Di tempat kerja aku mau? Kebetulan ada posisi kosong di bagian staf keuangan. " Rio menawarkan.
" Beneran? " Anindya yang asik tiduran sambil menonton tv bangkit dan duduk. Memasang Muka serius dan menatap lekat mata Rio.
" Beneran,,, siapin saja berkas lamarannya nanti aku masukin. "
" Oke aku siapin dulu ya" Anindya ngeloyor memasuki kamarnya menyiapkan berkas lamaran yang sengaja ia bawa dari rumahnya.
Rasanya bahagia banget dapat tawaran pekerjaan,walaupun belum tentu keterima. Tapi setidaknya ada secercah harapan bagi dia untuk bisa mandiri dan tidak bergantung pada Rio untuk membiayai hidupnya.
Di ruang tengah Rio tersenyum, dengan Anindya yang bekerja di tempat yang sama dengan dirinya berarti kesempatan untuk dekat dengan Anindya terbuka lebar. Tapi masalahnya jangan sampai perusahaan tahu tentang pernikahan mereka, karena ada aturan yang mengharuskan sepasang suami istri tidak bisa bekerja disitu. Salah satunya harus keluar.
"Nih " Anindya menyerahkan sebuah amplop coklat besar berisi surat lamarannya.
Rio menerimanya.
" Tapi Nin, perusahaan tidak mengizinkan suami istri bekerja disitu. Jadi gimana dong? " Rio tampak menyesal.
" Ya sudah jangan bilang kalau kita sudah nikah, kan nggak ada yang tahu Juga kalau kita sudah nikah. " jawab Anindya cuek.
Rio menggangguk. Iya juga nggak ada yang tau kalau kemarin dia cuti itu untuk nikah. Karena memang tidak ada rencana buat nikah.
" Oke baiklah, tapi jangan marah ya kalau nanti di kantor banyak yang cari perhatian aku hehe... " Rio menyeringai.
" Ter... se.... rah." Anindya berlagak tidak peduli, tapi sebenarnya hatinya sedikit ragu apakah dia sanggup melihatnya nanti. Rasa risih pastilah ada, tapi ya gimana lagi dia butuh pekerjaan ini. Untuk sementara waktu sambil dia menunggu panggilan dari perusahaan lain yang ia sudah kirimi surat lamaran via email.
Kecewa dengan sikap tak acuh Anindya, Rio memutuskan untuk tidur duluan.
" Besok aku ada meeting pagi, bangunkan aku kalau jam 5 belum bangun ya. " pinta Rio seraya memasuki kamarnya.
" lyaa.. "
Tak ada teman mengobrol akhirnya Anindya pun mengikutinya jejak Rio, setelah mengunci semua pintu dan jendela, mematikan televisi dan lampu dia pun masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
*****
" Hp harus stanby terus, jangan sampai tidak aktif karena orang HRD sewaktu waktu akan menghubungi mu. " suara Rio terdengar di ujung telepon.
" Iya siap bos" Anindya menggangguk semangat.
"Ingat berusaha sendiri ya aku cuma bisa bantu masukin lamaran kamu biar cepet di proses,selanjutnya tergantung usaha kamu sendiri. " tegas Rio. Padahal dia sudah meminta Bu Santi untuk mengusahakan agar Anindya bisa di terima bekerja disitu. Dia bilang begitu agar Anindya tidak merasa hutang budi padanya.
" Iya, aku akan berusaha sebaik mungkin,terima kasih sudah membantuku ya Ri."
"Sudah jadi kewajiban suami membantu istrinya sendiri. " pancing Rio.
Pipi Anindya mendadak panas mendengar ucapan Rio barusan. Hiiiiihh dia lupa dengan status mereka. Ada perasaan aneh menyelinap di hatinya. Membuat dia buru buru menutup sambungan telepon dari Rio tanpa pamit.
Aaahh sampai kapan harus seperti ini? Sampai kapan kepura puraan ini harus mereka jalani? Teringat sosok Yudistira kembali, seandainya dia datang dan tidak mengingkari janjinya waktu itu mungkin dirinya sudah bahagia sekarang.
"Hhhaaaaaaaahhhh" jerit Anindya sekuat tenaga di atas bantal yang di pakai menutupi mukanya.
**********
Sore harinya sepulang Rio dari kantor, seperti biasa Anindya menyiapkan semua keperluan Rio, dari mulai makan, minum, sampai mandi pun tak luput ia persiapkan.
Rio tersenyum senang mendapat perhatian begitu baik dari istrinya itu.
" Makasih ya... " ucap Rio menerima handuk yang di berikan Anindya
Anindya tersenyum seraya mengganguk. Sudah kewajiban dia melakukan itu semua. Walaupun hubungan pernikahan mereka hanya pura-pura tapi tetap ia ingin mengurus Rio layaknya suami sebagai balas budi atas jasanya menyelamatkan muka keluarganya.
" Byur... Byur..." terdengar percikan air dari kamar mandi.
Anindya masuk ke kamar Rio untuk menyiapkan baju gantinya.
" Berantakan sekali, dasar cowok asal kalau ambil baju, baru kemarin di rapihin sekarang udah acak acakan lagi. " gerutu Anindya sambil melipat kembali baju yang berantakan.
" Eeehh.... "
" iihh... kamu tuh ya kalau mau masuk ketuk dulu... "jerit Anindya menutup mukanya,melihat Rio yang masuk ke kamar hanya dengan memakai handuk yang terlilit asal.
" Lah pintu kamarnya terbuka kirain nggak ada kamu di dalam " Rio menyeringai sambil membenarkan handuknya.
" liiihh nyebelin.... " Anindya berlari keluar.
" Mau kemana, bukannya kamu seneng lihat aku kaya gini?" Rio tertawa terbahak melihat kelakuan istrinya itu.
Di kamarnya Anindya menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Nafasnya masih tersengal. Detak jsntungnya masih tak beraturan. Masih tergambar bentuk tubuh Rio diingatkannya. Walau sekilas terlihat dada bidang lelaki itu, otot perutnya yang sixpack terlihat seksi. Pikiran Anindya mulai kacau.
Ya ampun Anindya pikiran mu mulai aneh deh.
Anindya memukul kepalanya berkali-kali mengusir pikiran gila tentang Rio.
"Makan yuk. "Terdengar Rio di pintu kamar. Dia sudah memakai baju yang tadi disiapkan Anindya.
" Ayo... " Anindya mengikuti langkah Rio menuju meja makan. Otaknya kembali jernih sekarang.
" kenapa masih kebayang tubuhku yang seksi yaa? " Bisik Rio di telinga Anindya saat membantu Anindya mengambil piring dari lemari.
" liiihh,,, apaan sih. " Anindya menyikut lengan Rio. Pipinya bersemu merah menahan malu.
Rio tersenyum geli melihat istrinya yang terlihat salah tingkah. Yes suatu kemajuan, pikirnya. Bagaimanapun ia akan berusaha sekuat tenaga meluluhkan hati wanita pujaannya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Daylily
duh, macam ada manis²nyA 🤭😂
2021-07-11
0
Azz Ajjee
aku suka
2021-04-22
0
nobita
benih" cinta mulai muncul.. wwkwkwk
2021-04-09
0