Improvisasi

Jayden masih mencoba menghubungi Delia entah untuk yang ke berapa kalinya. Beberapa pesan bahkan belum dibacanya. Telepon pun tidak diangkatnya. Ia juga melihat Delia terakhir online tiga jam yang lalu. Saat Delia bilang akan pulang. Jayden menjadi khawatir, takut sesuatu hal buruk menimpanya. Bagaimana kalau ... Ah, Jayden segera menepis pikiran buruknya sendiri.

“Jay, bentar lagi on air ya.” Seorang crew mengingatkan Jayden. “Kamu bersiap di backstage, begitu pembawa acara memanggil, masuk bersama dengan Bintang.”

“Oke,” jawab Jayden.

Jayden sudah bersiap dengan setelan casualnya. Kaos oblong berwarna merah, dipadukan dengan jaket dan celana denim dan juga sneakers berwarna senada. Hari ini ia akan menjadi bintang tamu di acara Black and White.

Sekali lagi, ia membaca kertas yang berisi jawaban yang akan pembawa acara tanyakan padanya dan Bintang. Setelah yakin menghafalnya, ia menyimpannya di dalam tasnya, juga bersama dompet dan ponselnya.

Di lain sisi, Bintang pun sudah bersiap. Dress mini dengan rok slimfit di atas lutut berwarna merah menjadi pilihannya saat ini. Dipadukan dengan high heels berwarna senada yang menampakkan kaki jenjangnya saat berjalan. Rambut yang dibiarkan tergerai, serta make up minimalis yang menambah kecantikan wajahnya.

Lima menit membuka acara, Jayden dan Bintang dipanggil masuk oleh sang pembawa acara. Pria bertubuh sedikit gemuk dengan rambut klimis tersebut mempersilakan dua tamunya yang sedang menjadi trending topik di berbagai sosial media tersebut untuk duduk di sofa yang telah disediakan.

Wawancara pun dimulai. Bintang dan Jayden bergantian menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang mereka siapkan. Keduanya tampak seperti pasangan yang saling mencintai.

Pertanyaannya seputar awal karier mereka, bagaimana pertama kali masuk dunia entertainment, dan tentang rencana album mereka yang akan datang. Apakah ada rencana solo album, atau tetap duet. Jayden menjawab sesuai dengan contekan yang ia pelajari beberapa saat yang lalu. Dave yang memberikannya.

“Terakhir nih, soal hubungan kalian. Ada rumor kalau hubungan kalian itu hanya untuk mendongkrak popularitas. Gimana kalian menanggapinya?” tanya si pembawa acara.

Jayden dan bintang saling pandang. Pertanyaan ini tidak ada dalam draft.

“Itu hoax! Jangan dipercaya. Hubungan kami serius, iya kan Jay?” Bintang yang menjawab.

“Iya.” Jayden menimpali. “Cuma orang bodoh yang memakai cara-cara rendahan seperti itu hanya demi uang dan popularitas.”

Dan akulah orang bodoh itu. Batin Jayden.

Semua penonton bertepuk tangan mendengar jawaban Jayden.

“Jadi sejak kapan kamu mulai menyukai Bintang?” tanya pembawa acara itu lagi.

Jayden tiba-tiba tersenyum. Ia teringat pertemuan pertamanya dengan Delia beberapa tahun silam. Saat itu, ia begitu terpesona melihat senyum manis Delia yang tengah bercanda bersama teman-temannya di cafe.

“Sejak aku melihatnya pertama kali di cafe beberapa tahun lalu.” Jawaban spontan Jayden membuat Bintang seketika memegang tangannya.

“Jadi bagaimana sebenarnya kalian bertemu? Tadi Bintang bilang kalian bertemu di Chan Management, tapi kamu mengatakan hal yang lain?” pembawa acara tampak bingung. Pun dengan Bintang. Jawaban yang Jayden berikan tidak sinkron dengan jawaban Bintang.

Sadar akan kesalahannya, Jayden sedikit berimprovisasi. Setidaknya itu yang ia anggap, jika tidak ingin menyebutnya dengan 'berbohong untuk menutupi kebohongan lainnya'.

“Sebenarnya, aku sudah menyukainya semenjak pertama kali melihatnya di cafe, bertahun-tahun yang lalu. Melihat senyumnya, tawanya, dia begitu sibuk bercanda bersama dengan teman-temannya hingga tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya. Seorang laki-laki pengecut yang sangat ingin berkenalan dengannya.” Dia yang Jayden maksud adalah Delia. Oke, Jayden tidak berbohong untuk itu! Tapi ia sudah menyesatkan pikiran pemirsa dengan kata 'dia'. Penonton beranggapan 'dia' yang Jayden maksud adalah Bintang.

Jawaban Jayden membuat hati para wanita di studio menjadi meleleh. Pun dengan Bintang. Ia tidak bisa memungkiri ada sesuatu di sudut hatinya yang tersentuh. Apakah ia mulai menyukai pacar kontraknya?

“So sweet ...,” ucap pembawa acara tersebut. “Kamu benar-benar tidak menyadarinya Bi?” pertanyaan kali ini ditujukan untuk Bintang.

Bintang menggeleng, “seperti yang aku bilang tadi, aku tahunya kami bertemu di Chan Management. Aku tidak tahu Jay sudah menyimpan rasa sama aku dari lama.” Bintang menoleh ke arah Jayden dan tersenyum.

“Oke, karena waktu sudah mau habis, terakhir nih. Buat Jay, ada yang ingin kamu katakan kepada Bintang?”

Jayden menarik nafas dalam, dan mengembuskannya perlahan. Ia memenuhi isi kepalanya dengan Delia, agar ia mudah untuk mengungkapkan cinta.

Bola mata Jayden mengarah kepada Bintang, tapi dalam bayangannya, itu adalah Delia. “Sayang, aku ingin menghabiskan sisa waktu hidupku hanya bersama dirimu, karena aku tahu ada di sampingmu adalah kebahagiaan yang besar untukku. Terima kasih kamu selalu memberikan yang terbaik untuk membahagiakanku. Hari ini, kemarin, dan seterusnya, aku akan selalu bahagia dan berterima kasih kepadamu. Kamu adalah sumber kebahagiaanku. Kamu adalah cinta pertama dalam hidupku, dan aku ingin kamu yang menjadi terakhir bagiku. I Love you, now, and forever.”

Seisi studio bertepuk tangan usai Jayden mengatakannya. Mereka bisa melihat ketulusan dan kejujuran di mata Jayden.

Sementara itu, Bintang merasakan satu hal aneh di sudut hatinya. Sesuatu yang mendorong jantungnya berdegup lebih kencang. Sesuatu yang mendorong bibirnya untuk tersenyum. Sesuatu yang membuat dirinya merasa melayang.

Perasaan apa ini? Batin Bintang. Ia bahkan harus memegang dadanya untuk menetralkan kembali debaran jantungnya.

Acara pun di tutup. Bintang menjadi speechless karena ungkapan cinta dari Jayden. Ia kagum, Jayden bisa mengatakan hal seperti itu bahkan tanpa teks dan persiapan.

Semenjak keluar dari studio, Bintang lebih banyak diam. Tapi ia terlihat senyum-senyum sendiri.

“Bi!” Pria yang baru saja membuatnya melayang menghampirinya. “Maaf soal tadi.”

“Soal apa?” tanya Bintang.

“Pertanyaan tadi tidak ada dalam draft, jadi aku harus berimprovisasi. Maaf tidak membicarakannya dulu.”

“Oh ... Itu ... It's oke,” jawab Bintang. “Soal ucapan cinta itu ... Bagus!” lanjutnya dengan hati berdebar.

“Oh ... Soal itu ... Ya, aku akui, aku sedikit mendapat bantuan.”

“Bantuan?”

“Ya, ternyata cukup mudah jika kita membayangkan orang yang kita anggap istimewa ada di hadapan kita. Kata-kata itu menjadi keluar begitu saja.”

“Delia?” tanya Bintang meyakinkan.

Jayden menoleh ke kiri dan ke kanan, “jaga rahasia ya.”

Bintang diam mematung.

“Oke kalo gitu aku duluan ya, Bi. See you.” Jayden pergi begitu saja sari hadapan Bintang tanpa menunggu jawabannya. Ia ingin segera bertemu dengan Delia, dan memastikannya baik-baik saja.

Bintang masih berdiri di sana. Menatap kepergian Jayden yang begitu cepat menghilang. Baru saja beberapa saat yang lalu ia merasa hatinya berbunga-bunga, kini ia bagai terhempas ke dasar bumi usai melayang tinggi ke angkasa.

Harusnya Bintang tahu, ucapan cinta itu bukan untuknya. Cinta yang mereka tunjukkan di depan layar kaca adalah akting. Kenapa ia malah menganggap ini serius? Bintang tersenyum kecut menyikapi kebodohannya sendiri.

“Jay ...,” ucapnya lirih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!